Teori-teori yang menjelaskan kejahatan dari sudut pandang lain atau presfektif lain

jawaban mengapa orang tidak melakukan kejahatan. Teori ini mengkaji kemampuan kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga sosial membuat aturannya yang efektif. 83

c. Teori-teori yang menjelaskan kejahatan dari sudut pandang lain atau presfektif lain

Teori dalam perspektif lainnya merupakan alternative penjelasan terhadap kejahatan yang berbeda dari teori-teori lain yang sudah ada. Pada teori ini, berusaha membuktikan bahwa orang berbuat kriminal bukan karena cacat atau kekerangan internal tetapi karena apa yang dilakukannya oleh orang-orang yang berada dalam kekuasaan, khususnya mereka yang berada dalam sistem peradilan pidana. Menurut teori ini seseorang tidak akan dikatakan sebagai seorang penjahat apabila hukum tidak menjadikan perbuatan tersebut menjadi suatu perbuatan criminal. Ada tiga teori yang dilahirkan dari perspektif ini yaitu : 84 1 Labeling Theory Teori ini memandang para kriminal hukum sebagai orang yang bersifat jahat yang terlibat dlam perbuatan-perbuatan bersifat salah tetapi mereka adalah individu yang sebelumnya pernah berstatus jahat yang diberi oleh status pengadilan ataupun masyarakat. 83 Ibid, hlm 29. 84 Edwin H.Sutherland, Op cit, hlm 31. Universitas Sumatera Utara 2 Conflict Theory Teori ini lebih jauh mempertanyakan proses pembuatan hukum itu sendiri. Bahwa kejahatan itu tergangung terhadap berbagai kelompok kepentinganyang berusaha mengontrol pembutan dan penegakan hukum itu diciptakan oleh yang berkuasa untuk melindungi kepentigan- kepentingannya. 3 Radical Theory atau critical criminology Theory radical ini berbeda dengan teori konflik. Pada teori ini menganggap hanya ada satu segmen yang mendominasi yaitu the capitalist ruling class yang menggunakan hukum pidana untuk memeksakan moralitasnya kepada semua orang yang adadiluar mereka dengan tujuan untuk melindungi harta kekayaan mereka mendefenisikan setiap perbuatan yang mengancam status quo ini sebagai kejahatan. Dari penjelasan diatas tentang sebab-sebab kejahatan dari sudut pandang kriminologi memberikan sesuatu gambaran bahwa tindak pidana perdagangan orang dapat terjadi karena berbagai sebab, misalnya pendapat Bonger dan para ahli lainnya tentang kriminologi dengan menitik beratkan pada pendekatan sosiologis, yang menyatakan bahwa kejahatan dapat timbul akibat dari kemiskinan, hal ini sejalan dengan faktor-faktor menyebab TPPO yang dijelaskan selanjutnyapada bab ini yaitu faktor ekonomi yang inti permasalahannya adalah kemiskinan. 85 85 Ibid, hlm 33. Universitas Sumatera Utara Sedangkan bila kita melihat disisi lain tentang aliran-aliran kriminologi, seperti halnya aliran klasik, yang menjadi dasar pemikiran adalah bahwa manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang memiliki “kehendak bebas free will”oleh Cessare Becaria 1738-1794 dan Jeremi Betham 1748-1832, yang dimaksud dengan memiliki kehendak bebas adalah dalam bertingkah laku, manusia mempunyai kemampuan dalam memperhitungkan segala tindakan berdasarkan keinginannya, aliran ini mencerminkan bagaimana manusia mempunyai kebebasan berkehendak dimana dapat berbuat jahat atau berbuat kebaikan, hal tersebut sejalan dengan faktor penyebab terjadinya PTPPO pada poin penegakan hukumyang dibahas selanjutnya dalam bab ini, penulis berpendapat bahwa penegak hukum mempunyai free will dalam menegakkan hukum, walaupun ancaman dari perbuatan yang dilakukan selalu ada namun hal tersebut tidak menjamin kehendak bebas dapat sejalan sebagai mana mestinya. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan pelaku TPPO dimana sebelum dia melakukan perbuatannya dia mengetahui akibat dan sanksi yang akan terjadi bila dia melakukannya. Kemudian aliran neo-klasik lahir akibat paham ketidakadilan yang dilahirkan oleh aliran klasik. Hal ini tercermin dalam penghukuman sipelaku atau pemidanaannya. Setelah aliran neo-klasik muncul lah aliran positifis, yang melihat kejahatan secara empiris dengan menggunakan metode ilmiah untuk mengkonfirmasi fakta-fakta di lapangan dalam kaitannya dengan terjadinya kejahatan, oleh Cassare Lombroso 1835-1909, Enrico Ferri 1856-1928, dan Universitas Sumatera Utara Raffaele Garofalo 1852-1934. Aliran ini beralaskan paham determinisme yang menyatakan bahwa seseorang melakukan kejahatan bukan berdasarkan kehendaknya free wiil karena manusia tidak mempunyai kehendak bebas dan dibatasi oleh berbagai faktor, baik watak atau psikis pribadinya, faktor biologis, maupun faktor lingkungan atau sosialnya. Penulis berpendapat bahwa aliran positifis ini berkaitan terhadap faktor penyebab TPPO yang dilihat dari faktor “sosial budaya” sebagai mana diterangkan selanjutnya pada bab ini. Dimana selain memperhatikan psikis dan biologis pelaku, juga memperhatikan faktor sosiologis pelaku. Seperti social forces atau pengaruh darikekuatan-kekuatan yang menyebabkan orang melakukan perbuatan kriminal theory strain, cultural deviance atau penyimpangan budaya dan social control atau kontrol sosial. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Edwin H. Sutherlan yang menyatakan kriminologi adalah criminology is the body of knowledge regarding crime as a social phenomena yang artinya keseluruhan pengetahuan tentang kejahatan sebagai gejala sosial.

D. Berbagai Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Perdagangan

Orang Secara garis besar dalam Keputusan Presiden Reprublik Indonesia Nomor 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak menyebutkan faktor-faktor terjadinya perdagangan orang yaitu : 86 a. Kemiskinan 86 Keppres No 88 Tahun 2002 tentang RAN Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak. Universitas Sumatera Utara b. Ketenaga Kerjaan c. Pendidikan d. Migrasi e. Kondisi melemahkan ketahanan keluarga f. Sosial Budaya g. Media massa Dari uraian singkat Keppres diatas memberikan gambaran secara mendasar tentang faktor-faktor terjadinya perdagangan manusia, yang diuaraikan sebagai berikut :

1. Faktor Ekonomi

Dokumen yang terkait

Analisis Juridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Percobaan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dikaitkan Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

3 59 100

Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

2 99 187

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Pemalsuan Dokumen Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 (Studi Putusan No. 2960/PID.B/2008/PN.Medan)

0 34 116

Analisa Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Putusan Hakim Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 43 146

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Anak Yang Masih Dalam Kandungan Dihubungkan Dengan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 2 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Juridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Percobaan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dikaitkan Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

0 0 27

BAB II FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG - Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/20

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN - Analisa Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Putusan Hakim Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 28