Faktor-faktor Pembentuk Employee Engagement

commit to user menunjukan keterlibatan penuh dan antusiasme pada pekerjaannya. Employee engagement ditunjukkan dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar pekerja, memiliki kontribusi yang lebih dalam organisasi, merasa mendapat dukungan dan perhatian dari atasan dan rekan kerja, mendapatkan penerimaan dalam tempat kerja, dapat melakukan segala sesuatunya dengan cara yang lebih baik, dan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengembangan diri dan keterampilan

2. Faktor-faktor Pembentuk Employee Engagement

Towers Perrin’s Global Workforce Study 2003, dalam studinya menjelaskan bahwa dalam membentuk engagement dan membangun budaya kinerja yang tinggi tidak bisa hanya menggunakan satu pendekatan. Pendekatan yang tepat untuk diberikan ditentukan oleh banyak faktor, termasuk faktor demografis di tempat kerja, perjalanan kehidupan kerja, model dan sistem pembiayaan bisnis perusahaan, dan diantara faktor-faktor tersebut membutuhkan keahlian, lingkungan yang geografis, dan sesuai dengan budaya serta norma-norma yang dianut para pekerja. Albrecht 2010 dalam bukunya Handbook of Employee Engagement, menganalisis hasil penelitian cross sectional yang dilakukan oleh Bakker dan Demerouti 2007 mengenai berbagai pendorong employee engagement, yaitu: a. Job Demands Tuntutan Pekerjaan Tuntutan kerja adalah aspek dalam pekerjaan yang membutuhkan usaha dari segi fisik dan psikologis secara terus menerus dan commit to user dihubungkan dengan pengeluaran dari usaha tersebut, baik secara fisiologis maupun psikologis. Tuntutan pekerjaan tidak selalu negatif, namun dapat berubah menjadi stressor yang negatif dalam pekerjaan saat berada dalam tuntutan yang membutuhkan usaha besar dari seorang karyawan yang merasa sudah terbebani dengan tugas- tugasnya. Faktor-faktor yang terkait dengan job demands antara lain adalah: Tuntutan pekerjaan yang berlebihan secara fisik, tuntutan emosional, dan tuntutan kognitif. b. Job Resources Sumber Kerja Sumber kerja adalah aspek dalam pekerjaan yang terkait dengan aspek fisiologis dan psikologis, berfungsi untuk mencapai tujuan kerja, dapat mengurangi tuntutan pekerjaan, merangsang pertumbuhan, pembelajaran, dan perkembangan diri individu. Broeck, dkk., 2008 dalam Albrecht, 2010 menjelaskan, sumber kerja dapat menumbuhkan motivasi baik ekstrinsik maupun intrinsik. Sebagai motivasi ekstrinsik, sumber daya diperlukan untuk mengatasi tuntutan pekerjaan dan untuk mencapai tujuan kerja. Kemudian sebagai motivasi intrisnik, berkaitan dengan pandangan bahwa dengan memenuhi kebutuhan otonomi psikologis dasar, berhubungan, dan kompetensi, pekerjaan akan memotivasi pekerja secara intrinsik. Faktor-faktor dalam sumber kerja yang mempengaruhi employee engagement adalah: Adanya kontrol pekerjaan, dukungan sosial, otonomi, umpan balik, inovasi, dan iklim organisasi commit to user c. Personal Resources Sumber Pribadi Sumber pribadi merupakan aspek dari diri, yang pada umumnya dihubungkan dengan kegembiraan dan perasaan individu, individu dapat mengontrol dan memberikan dampak pada lingkungan dengan baik. Dalam sumber pribadi, dua hal yang menjadi faktor employee engagement adalah: Efikasi diri dan optimisme. Seijts dan Crim 2006 menjelaskan, pemimpin sebaiknya dapat menerapkan faktor-faktor yang dapat membentuk employee engagement, yang dijelaskan dalam ten C’s of employee engagement, yaitu: a. Connect: Pemimpin harus menunjukkan bahwa mereka menilai dan menghargai pekerjanya. b. Career: Pemimpin harus memberikan pekerjaan yang menantang dan bermakna, dengan kesempatan untuk mengembangkan karirnya. Karena setiap pekerja pasti ingin melakukan hal yang baru dalam pekerjaannya. c. Clarity: Para pemimpin harus mengkomunikasikan visi yang jelas, kesuksesan dalam kehidupan dan organisasi sebagian besar, ditentukan oleh bagaimana individu memiliki kejelasan tentang tujuan mereka dan apa yang benar-benar ingin mereka mencapai. d. Convey: Pemimpin menjelaskan harapannya terhadap pekerjanya dan memberikan umpan balik pada fungsi mereka dalam organisasi. commit to user Pemimpin menetapkan proses dan prosedur yang membantu tugas- tugas penting dan agar menguasai pekerjaannya, serta memfasilitasi pencapaian tujuan. Pemimpin yang baik dapat membimbing pekerjanya untuk meningkatkan kemampuan pekerjanya. e. Congratulate: Memberikan pujian dan pengakuan atas kinerja yang baik. Pemimpin yang baik selalu memberikan pengakuan dan penghargaan atas prestasi pekerjanya. f. Contribute: Pemimpin harus membantu pekerjanya untuk melihat bagaimana kontribusi mereka terhadap organisasi atas apa yang telah mereka kerjakan. g. Control: Karyawan harus diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. h. Collaborate: Pemimpin seharusnya mampu membangun tim dengan menciptakan lingkungan yang befokus pada kepercayaan dan kolaborasi. i. Credibility: Pemimpin harus dapat berjuang untuk menjaga reputasi organisasi dan menunjukkan standar etik yang tinggi, karena pekerja ingin memiliki kebanggaan terhadap pekerjaannya, kinerjanya, dan organisasinya. j. Confidence: Pemimpin membantu para pekerja untuk menciptakan kepercayaan terhadap organisasi dengan menunjukkan standar kinerja yang tinggi. commit to user Selanjutnya, dalam studi literatur dan wawancara dengan praktisi sumber daya manusia yang dilakukan oleh McBain 2007 mengklasifikasikan 3 tiga hal yang menjadi penggerak employee engagement yaitu: a. Organisasi Hal-hal dalam organisasi yang dapat menjadi penggerak employee engagement adalah visi dan nilai yang dianut, produk atau brand organisasi, dan budaya organisasi. b. Manajemen dan kepemimpinan Dalam manajemen dan kepemimpinan yang dapat menjadi penggerak employee engagement antara lain manajemen kepemimpinan senior, komitmen pemimpin, dan komunikasi. Kepemimpinan kemungkinan memiliki dampak terbesar dalam pembentukan employee engagement, sehingga pimpinan organisasi diharapkan memiliki beberapa keterampilan. Beberapa diantaranya adalah kemampuan berkomunikasi terutama kemampuan mendengarkan, memberikan feedback, penilaian kinerja, dan memberikan penghargaan McBain, 2007. c. Working Life Terkait faktor working life kehidupan kerja, hal-hal yang menjadi penggerak employee engagement antara lain: adanya pengakuan, dukungan rekan kerja, kesempatan untuk dapat mengembangkan potensi, kejelasan akan harapan, fleksibilitas, keseimbangan dalam pekerjaankehidupan, keterlibatan dalam pengambilan keputusan, dan commit to user lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja yang nyaman menjadi salah satu hal yang dapat menggerakkan employee engagement. Selanjutnya, Wellins, dkk. 2008, tim peneliti Development Dimensions International DDI, merumuskan hal-hal yang menjadi penggerak employee engagement berasal dari tiga hal yang utama, yaitu: a. Karakteristik personal individu A set of personal characteristics Penelitian yang dilakukan DDI menemukan bahwa setiap orang memiliki karakteristik personal yang berkolerasi terhadap employee engagement yang lebih tinggi. DDI mengungkapkan enam fakor yang berasal dari pekerja itu sendiri, yang berhubungan secara signifikan dengan terbentuknya employee engagement, antara lain: Kedekatan dengan pekerjaannya, penerimaan diri terhadap organisasinya, stabilitas emosional, keterbukaan terhadap pengalaman, orientasi terhadap penghargaan, dan efikasi diri. b. Kepemimpinan yang berbeda dari yang lain Exceptional leadership Pemimpin memiliki pengaruh yang kuat dalam pembentukan tingkat employee engagement karyawan. Pemimpin yang engaged dengan organisasinya menghasilkan pekerja yang engage pula dengan pekerjaannya, pemimpin yang engaged mendorong pekerja untuk tidak meninggalkan organisasinya, dan kinerja pemimpin yang baik meningkatkan engagement karyawan dengan organisasi. c. Strategi dan sistem organisasi Systems and strategies commit to user Strategi dan sistem organisasi yang dimaksud adalah dalam hal pengembangan karyawan dan kesejahteraan karyawan seperti promosi jabatan, manajemen kinerja, tunjangan dan kompensasi karyawan, pelatihan untuk pengembangan kemampuan karyawan, dan pengembangan karir yang jelas. Selanjutnya, dalam studi literatur yang dilakukan oleh tim peneliti Scottish Executive Social Research 2007, merumuskan faktor-faktor pembentuk employee engagement antara lain: a. Hubungan dan komunikasi dua arah antara pekerja dan atasannya, khususnya memberi dorongan untuk membuka komunikasi vertikal dari pekerja pada atasannya. b. Individu dapat menselaraskan dan menyatukan diri dengan produk, jasa dan nilai yang dianut organisasi. c. Kemampuan organisasi untuk mengkomunikasikan visi, strategi, tujuan yang ingin dicapai dan nilai yang dipercaya organisasi kepada para pekerjanya sehingga mereka mengerti dengan sangat jelas. d. Para pimpinan memberikan ruang gerak yang cukup bagi pekerja dan otonomi agar mereka dapat menggali potensi yang mereka miliki. e. Pemimpin yang berkomitmen, merupakan aspek yang paling penting dalam membangun keterikatan pekerja pada organisasi. Berdasar penjelasan mengenai berbagai faktor-faktor yang mendorong pembentukan employee engagement, dapat disimpulkan secara garis besar bahwa faktor yang mempengaruhi terbentuknya employee engagement antara commit to user lain dapat berasal dari faktor pekerjaan, faktor pemimpin, faktor organisasi, dan faktor individu. Faktor pekerjaan yaitu, tuntutan pekerjaan dan sumber pekerjaan; faktor pemimpin, yaitu pemimpin yang dapat memenuhi harapan karyawannya, memiliki komitmen, dan dapat membangun komunikasi secara vertikal dengan pekerjanya; faktor yang berasal organisasi, seperti visi misi organisasi, nilai-nilai, dan budaya organisasi; dan faktor yang berasal dari individu pekerja itu sendiri, seperti kedekatan dengan organisasi, efikasi diri, stabilitas emosional, perasaan bangga terhadap organisasinya, dan kemauan untuk dapat menselaraskan dan menyatukan diri dengan produk, jasa dan nilai yang dianut organisasi.

3. Karakteristik Employee Engagement

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Kepuasan Kerja.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF DENGAN KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Partisipatif Dengan Komitmen Organisasi Karyawan.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF DENGAN KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Partisipatif Dengan Komitmen Organisasi Karyawan.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional Dengan Kepuasan Kerja Pada Karyawan Pt. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta.

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional Dengan Kepuasan Kerja Pada Karyawan Pt. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta.

0 2 11

Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepemimpinan Transformasional terhadap Employee Engagement pada Karyawan PT “X” Bandung.

0 0 50

Hubungan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee engagement.

0 0 134

Hubungan antara Persepsi Dukungan Organisasi dan Persepsi Dukungan Supervisor dengan Komitmen Organisasi pada Karyawan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta.

0 0 2

HUBUNGAN ANTARA EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN P.T. AIR MANCUR.

0 1 21

Hubungan antara employee engagement dan persepsi budaya organisasi dengan komitmen organisasi pada karyawan P.T. Air Mancur

0 4 21