commit to user
D. Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee Engagement
1. Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
dengan Employee Engagement
Pemimpin memiliki peranan yang sangat penting dalam organisasi. Kepemimpinan merupakan penggerak dan penentu perjalanan suatu organisasi
Yukl, 1994. Tanpa ada pemimpin organisasi tidak dapat berjalan, dapat diibaratkan sebuah mobil yang tidak akan berjalan jika tidak ada
pengemudinya. Pemimpin memiliki fungsi-fungsi penting dalam organisasi yaitu memandu, menuntun, membimbing, memberi, atau membangun
motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi, memberikan pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya
kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan Kartono, 2005. Kepemimpinan memiliki pengaruh besar
terhadap perilaku dan kinerja karyawannya. Kepemimpinan yang tidak efisien dapat menyebabkan penurunan produksi, karyawan memiliki kecenderungan
untuk keluar, tingginya absentiisme, dan konflik-konflik lain di kalangan pegawai Kartono, 2005
Kemampuan memimpin dan keinginan untuk diikuti oleh bawahan didasarkan pada gaya kepemimpinan, gaya kepemimpinan akan sangat
commit to user
berpengaruh terhadap efektivitas kerja seorang pemimpin Sumarsono, 2004. Gaya kepemimpinan transformasional adalah tipe pemimpin yang
menginspirasi para pengikut untuk melampaui kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi dan mampu membawa dampak mendalam dan luar
biasa pada para pengikut Jewell dan Siegaal, 1998. Bass dalam Yukl, 1994 menjelaskan bahwa, bawahan dari pemimpin yang transformasional
mempunyai rasa kekaguman, kesetiaan dan hormat pada pimpinan serta termotivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan pada awalnya dari
mereka. Bawahan dimotivasi dengan dibuat sadar mengenai pentingnya hasil suatu pekerjaan, didorong untuk mementingkan organisasi daripada
kepentingan diri sendiri dan mengaktifkan kebutuhan mereka pada tingkat yang lebih tinggi.
Bass 1985, mengungkapkan bahwa pemimpin transformasional memimpin bawahannya melalui tiga cara, yaitu: meningkatkan tingkat
kesadaran bawahan mengenai pentingnya merencanakan langkah-langkah untuk mencapai hasil-hasil yang dituju, mendorong individu untuk lebih
mementingkan tim dan organisasi daripada kepentingan diri sendiri, dan mengaktifkan bawahan pada tingkat kebutuhan yang lebih tinggi.
Menurut Nicholls, 1994; Pawar dan Eastman, 1997, dalam Andarika dan Tondok, 2004, praktik gaya kepemimpinan transformasional mampu
membawa perubahan-perubahan yang lebih mendasar seperti nilai-nilai, tujuan, dan kebutuhan karyawan dan perubahan-perubahan tersebut
berdampak pada meningkatnya kepuasan kerja karyawan karena terpenuhinya
commit to user
kebutuhan yang lebih tinggi. Senada dengan pendapat para ahli sebelumnya, Bycio dkk., 1995; Howell dan Avolio, 1993, dalam Andarika dan Tondok,
2004 mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki keterkaitan yang positif terhadap kepuasan kerja karyawan karena karyawan
merasa dihargai eksistensinya. Pemimpin transformasional memiliki empat komponen utama, yaitu:
karisma, stimulasi intelektual, perhatian individu, dan motivasi inspirasional Bass, 1985. Karisma menjadi bagian penting dari kepemimpinan
transformasional, namun karisma itu sendiri tidak cukup untuk proses transformasional Bass, 1985. Pemimpin yang karismatik akan mampu
menumbuhkan antusiasme dan loyalitas di kalangan para anggota organisasi, mendorong mereka untuk mengemukakan pendapat dan pandangan mereka
secara bebas serta mampu mengarahkan perhatian mereka ke visi yang mengantisipasi situasi dan kondisi di masa datang Yukl, 1994. Strickland,
2007 dalam Roberson dan Strickland, 2010, melakukan penelitian mengenai hubungan antara gaya kepemimpinan karismatik dengan work engagement,
dan hasilnya adalah bahwa gaya kepemimpinan karismatik memiliki korelasi positif dengan work engagement dan menunjukkan korelasi negatif antara
kepemimpinan karismatik dengan intension turnover. Kemudian, pada penelitian yang dilakukan oleh Bono dan June, 2003, dalam Roberson dan
Strickland, 2010 menemukan bahwa pengikut dari pemimpin transformasional menghasilkan individu yang lebih engagement atau lebih
terikat dengan pekerjaannya.
commit to user
Kepemimpinan transformasional merupakan kombinasi pemimpin yang visioner, coaching pembinaan, afiliatif, dan gaya kepemimpinan
partisipatif. Euwema dkk., 2007, dalam Albrecht, 2010. Bass dalam Yukl, 1994 menyatakan bahwa seorang pemimpin disebut transformasional diukur
dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut terhadap bawahannya, yaitu para bawahan mempunyai rasa kekaguman, kesetiaan dan hormat pada
pimpinan serta termotivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan pada awalnya dari mereka. Hubungan ini berkualitas tinggi positif pada gilirannya
membuat pengikut merasa lebih terlibat, mungkin karena merasa didukung oleh pemimpin mereka dalam kemampuan mereka, dan membangun
kepercayaan bahwa mereka akan terhindar dari sanksi organisasi jika mereka engage di tempat kerjanya Macey dan Schneider, 2008, dalam Albrecht,
2010. Dari pemaparan mengenai dampak-dampak positif yang dihasilkan
dari model kepemimpinan transformasional tersebut, maka pekerja yang memiliki persepsi positif terhadap pemimpin transformasional ini diharapkan
dapat mengarahkan pula pada perilaku karyawan untuk semakin terikat dengan organisasinya secara fisik, kognitif, dan emosional sehingga karyawan
pada akhirnya berada pada tingkatan engaged dengan organisasi dan pekerjaannya.
2. Hubungan Antara Persepsi Budaya Organisasi dengan Employee