commit to user
berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau pada bagian- bagian organisasi, merupakan suatu mental programming dari organisasi, yang
merupakan pencerminan dari modal kepribadian organisasi. Selanjutnya Ogbonna dan Harris dalam Sobirin, 2007 mendefinisikan
budaya organisasi adalah, keyakinan, tata nilai, makna, dan asumsi-asumsi yang secara kolektif dibentuk oleh sebuah kelompok sosial guna membantu
mempertegas cara mereka dalam berinteraksi dan dalam merespon lingkungan. Senada dengan pengertian tersebut, Stoner, 1995, dalam
Robbins, 2006 menjelaskan budaya organisasi adalah sebagai suatu kerangka kerja kognitif yang meliputi sikap, nilai-nilai, norma perilaku, dan harapan-
harapan yang disumbangkan oleh anggota organisasi. Dari berbagai pengertian tersebut, disimpulkan bahwa budaya
organisasi adalah sebuah sistem nilai yang dibentuk secara bersama dari hasil keyakinan, tata nilai, makna, dan asumsi-asumsi, sikap, norma perilaku, dan
harapan-harapan anggota organisasi, digunakan sebagai identitas yang dimiliki oleh organisasi untuk mengarahkan perilaku anggota organisasinya.
2. Pengertian Persepsi Budaya Organisasi
Berdasar rumusan pengertian dari para ahli, pengertian persepsi adalah suatu proses kognitif yang didahului oleh penginderaan, meliputi kegiatan
individu memilih, mengorganisasikan, dan memberi arti pada stimulus atau objek lingkungan, yang kemudian menjadi sebuah cara pandang individu
commit to user
terhadap objek tersebut, serta akan mempengaruhi tingkah laku yang muncul kemudian.
Sedangkan pengertian budaya organisasi dari hasil simpulan dari penjabaran beberapa ahli adalah, sebuah sistem nilai yang dibentuk secara
bersama dari hasil keyakinan, tata nilai, makna, dan asumsi-asumsi, sikap, norma perilaku, dan harapan-harapan anggota organisasi, digunakan sebagai
identitas yang dimiliki oleh organisasi untuk mengarahkan perilaku anggota organisasinya.
Dari rumusan pengertian persepsi dan budaya organisasi tersebut, maka dapat disimpulkan pengertian persepsi budaya organisasi adalah cara
pandang individu terhadap sistem nilai yang dibentuk secara bersama dari hasil keyakinan, tata nilai, makna, dan asumsi-asumsi, sikap, norma perilaku,
dan harapan-harapan anggota organisasi, yang kemudian digunakan sebagai identitas organisasi untuk mengarahkan perilaku anggota organisasinya.
3. Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Bolman dan Deal 2003, dalam Yuwono dkk., 2005, budaya dalam organisasi setidaknya memainkan tiga peranan penting, yaitu:
memberikan rasa identitas bagi anggota-anggotanya, meningkatkan komitmen terhadap misi organisasi, dan memberikan klarifikasi serta memperkuat
perilaku. Selanjutnya, Robbins 2006, membagi fungsi budaya organisasi menjadi 5 lima, yaitu:
commit to user
a. Budaya mempunyai peran menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang
lainnya. b. Budaya memberikan rasa identitas keanggotaan organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada suatu yang lebih jelas daripada kepentingan diri pribadi seseorang.
d. Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial dengan memberikan standar-standar yang tepat mengenai seluruh tugas yang harus
dilakukan individu dalam organisasi. e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan mekanisme
pengendali yang memandu dan membentuk sikap dan perilaku individu dalam organisasi.
Noe dan Mondy 1996, dalam Mardiyanto, 2009 menjelaskan peran penting dari budaya organisasi, adalah:
a. Memberikan suatu sense of identity bagi para anggota organisasi dalam memahami misi dan visi serta menjadi bagian integral dari
organisasi. b. Menghasilkan dan meningkatkan komitmen terhadap misi organisasi.
c. Memberikan arah dan memperkuat standar perilaku guna pengendalian pelaku organisasi agar melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah disepakati bersama.
commit to user
Selanjutnya, Kreitner dan Kinicki 2005 budaya organisasi memiliki empat fungsi, yaitu:
a. Memberikan identitas organisasi kepada karyawannya. b. Memudahkan komitmen kolektif
c. Mempromosikan sistem stabilitas sosial, yang mencerminkan taraf sejauh mana lingkungan kerja dirasakan positif dan mendukung,
konflik serta perubahan diatur dengan efektif. d. Membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan
keberadaannya. Fungsi budaya organisasi ini membantu para karyawan memahami mengapa organisasi melakukan apa yang
seharusnya dilakukan dan bagaimana perusahaan mencapai tujuan jangka panjangnya.
Kemudian, Chatab 2007 menyebutkan fungsi-fungsi dari budaya organisasi adalah sebagai:
a. Identitas, yang merupakan cirri atau karakter organisasi b. Social cohesion, atau pengikat sosial
c. Sources, misalnya: inspirasi d. Sumber penggerak dan perilaku
e. Kemampuan meningkatkan nilai tambah f. Pengganti formalisasi
g. Mekanisme adaptasi terhadap perubahan Dari berbagai fungsi organisasi yang dijelaskan dapat disimpulkan
bahwa fungsi budaya organisasi secara umum adalah sebagai identitas anggota
commit to user
organisasi yang menjadi pembeda antara organisasi satu dengan yang lainnya, dapat membangun komitmen terhadap organisasi, meningkatkan stabilitas
sistem sosial, dan membentuk perilaku anggota organisasi.
4. Proses dan Faktor dalam Pembentukan Budaya Organisasi