commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Employee Engagement
1. Pengertian Employee Engagement
Konsep employee engagement pertama kali dibahas dalam literatur psikologi pada tahun 1990 oleh Kahn,
Kahn dalam Kular dkk, 2008 mendefinisikan secara konseptual istilah engagement adalah pemanfaatan diri
anggota organisasi terhadap peran mereka dalam setting pekerjaan, dengan bekerja dan mengekspresikan diri mereka secara fisik, kognitif, dan
emosional, yang akan mengarahkan pada keefektifan peran kerjanya di dalam organisasi. Kahn menyebutnya sebagai personal engagement, yang
merupakan kebalikan dari personal disengagement. Personal disengagement adalah penarikan diri anggota organisasi dengan tidak melibatkan diri secara
fisik, pikiran maupun emosional dalam performansi kinerjanya. Schaufeli dkk, 2002 dalam Albrecht 2010, mengartikan employee
engagement sebagai suatu keadaan yang berhubungan dengan pekerjaan, digambarkan secara positif, dan dikarakteristikkan dengan vigor kekuatan,
dedication dedikasi, dan absorption pengabdian. Lebih lanjut, menurut Schaufeli dkk., 2002 dalam James dkk, 2011 pekerja yang engage adalah
mereka yang memiliki “sense of energetic” perasaan giat, bertindak secara efektif dengan kegiatan dalam pekerjaannya, dan melihat diri mereka sebagai
commit to user
individu yang mampu menyelesaikan tugas-tugas dalam pekerjaannya dengan sepenuhnya.
McBain 2007 dalam hasil pengamatannya, menemukan unsur-unsur yang umum dari berbagai macam definisi employee engagement kemudian
meringkasnya menjadi sebuah definisi, yaitu bahwa definisi engagement dalam praktiknya dilihat sebagai penciptaan sebuah hubungan antara sasaran
organisasi dengan citra perusahaan. Hubungan ini memiliki aspek rasional dan emosional, dan sebagai akibat dari engagement ini, karyawan dari berbagai
level dipersiapkan dalam memberikan upaya yang lebih diatas tuntutan pekerjaan mereka.
Harter, dkk., 2002 dalam Smoak dan Endres, 2008 memberikan definisi employee engagement adalah sebagai bentuk keterlibatan individual
dan kepuasannya serta sebagai bentuk antusiasme dalam melakukan pekerjaan. Macey dan Schneider, 2008 dalam Wefald dan Downey, 2009
menambahkan bahwa engagement merupakan lawan dari disengagement, engagement secara umum digambarkan sebagai keterlibatan, kepuasan, dan
antusiasme pekerja, yang digunakan oleh organisasi dan konsultan untuk meningkatkan pemeliharaan karyawan, pekerja yang engagement akan lebih
bertahan dalam organisasi. Selain definisi dari para ahli tersebut, beberapa perusahaan, lembaga-
lembaga konsultan, dan lembaga-lembaga survei juga memberikan beberapa definisi employee engagement. Perusahaan Intuit Inc. menjelaskan bahwa
employee engagement menggambarkan bagaimana karyawan memikirkan,
commit to user
merasakan dan berperilaku terhadap pekerjaan, pengalaman dalam bekerja dan perusahaannya. Perusahaan Caterpillar, memberikan definisi employee
engagement ialah tingkat komitmen karyawan, usaha dalam pekerjaannya, dan keinginan untuk tetap tinggal di organisasinya dalam Vance, 2006.
Lembaga konsultan Development Dimensions International DDI mendefinisikan employee engagement sebagai tingkatan seseorang dalam
menikmati dan percaya terhadap apa yang ia lakukan, serta menganggap apa yang mereka lakukan itu bernilai dalam Wellins, ddk., 2008. Institute for
Employment Studies, 2004 dalam Smoak dan Endres, 2008 memberikan definisi employee engagement yaitu sikap positif yang ditunjukkan pekerja
terhadap organisasi dan nilai-nilai organisasi dalam tempat ia bekerja, karyawan yang engaged peka dengan situasi bisnis, mau bekerja bersama-
sama dengan para rekan kerjanya untuk meningkatkan performansi kinerja demi meningkatkan keuntungan bagi organisasi.
Towers Perrin’s Global Workforce Study 2003, menjelaskan definisi employee engagement adalah kemauan dan kemampuan yang dimiliki pekerja
untuk membantu perusahaan menuju kesuksesan, memberikan kebebasan lebih luas dalam menentukan usaha mereka untuk mencapai kesuksesan
tersebut menggunakan basis yang didukung oleh perusahaan. Hewitt Associates dalam Vance, 2006 berpendapat bahwa employee engagement
adalah tingkatan komitmen emosional dan intelektual pada organisasi atau kelompok, menghasilkan perilaku yang akan membantu organisasi, memenuhi
janjinya pada konsumen, dan akan meningkatkan produktivitas organisasi.
commit to user
Kemudian, Gallup Organization 2008, tim peneliti yang terkenal dengan pengembangan alat ukur employee engagement bernama Gallup 12Question
atau Q12, mendefinisikan engagement sebagai keterlibatan dan antusiasme pekerja pada pekerjaannya, yang dapat mendorong business outcome,
meningkatkan produktivitas karyawan, dan mempertahankan pekerja dalam organisasi. Gallup merumuskan pula dimensi yang dapat menunjukkan
employee engagement, yaitu terpenuhinya dimensi kebutuhan dasar pekerja, adanya dukungan atasan dan rekan kerja, penerimaan dalam tempat kerja,
serta mendapatkan kesempatan pengembangan dan pertumbuhan dalam Buckingham Coffman, 1999.
Dari beberapa penjelasan mengenai definisi employee engagement di atas, menurut penulis bahwa pengertian employee engagement memiliki
definisi yang kompleks dan masing-masing ahli serta institusi pun memiliki konsep dan definisi yang berbeda-beda pula, namun pengertian-pengertian
tersebut pada dasarnya memiliki sebuah kerangka yang secara umum sama, yaitu menggambarkan sebuah keberadaan sepenuhnya dari pekerja terhadap
pekerjaannya dan organisasinya. Maka, dari penjelasan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan definisi
dari employee engagement adalah suatu tingkatan keterikatan dan keterlibatan pekerja secara emosional, fisik, dan kognitif terhadap organisasi, yang akan
mengarahkan pada sikap positif pekerja terhadap organisasi dan nilai-nilai organisasi, sehingga pekerja mampu bekerja secara efektif dan memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan diri di lingkungan kerjanya, serta
commit to user
menunjukan keterlibatan penuh dan antusiasme pada pekerjaannya. Employee engagement ditunjukkan dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar
pekerja, memiliki kontribusi yang lebih dalam organisasi, merasa mendapat dukungan dan perhatian dari atasan dan rekan kerja, mendapatkan penerimaan
dalam tempat kerja, dapat melakukan segala sesuatunya dengan cara yang lebih baik, dan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengembangan diri
dan keterampilan
2. Faktor-faktor Pembentuk Employee Engagement