Prinsip Implementasi Program Pendidikan Konservasi

5.9 Program Pendidikan Konservasi

5.9.1 Prinsip Implementasi Program Pendidikan Konservasi

Program pendidikan konservasi disusun berdasarkan strategi prioritas yang diperoleh dari analisis dengan pendekatan SWOT. Program ini terdiri dari tema yang akan dijabarkan menjadi beberapa kegiatan yang merupakan gabungan beberapa materi. Program ini bertujuan untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik santri. Program pendidikan konservasi di Pesantren Darul Muttaqien disusun sebagai berikut:

A. Tema Program

Program ini diberi tema “Mengembangkan Santri Pro Konservasi”. Santri pro konservasi yaitu santri yang memiliki kemampuan dan komitmen untuk melakukan upaya konservasi . Santri pro konservasi sangat diperlukan untuk turut serta membantu menyelesaikan permasalahan lingkungan dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu, diperlukan program pendidikan konservasi bagi santri.

B. Tujuan

Tujuannya adalah menjadi program unggulan pesantren yang mampu mewujudkan lulusan santri yang beriman dan bertaqwa serta membentuk santri agar memiliki pengetahuan dan wawasan terhadap konservasi, sehingga akan muncul sikap pro konservasi yang pada akhirnya nanti akan muncul perilaku dan mampu menerapkan keterampilan-keterampilan pemanfaatan sumberdaya serta mampu menyebarluaskan konsep dan teknis konservasi kepada masyarakat.

C. Kelompok Sasaran

Kelompok sasaran program meliputi santri Madrasah Aliyah Pesantren Darul Muttaqien.

D. Pelaksana

D.1 Kurikuler Pelaksana program ini yaitu yaitu guru dengan pendekatan integratif dan OPDM Organisasi Pelajar Darul Muttaqien dengan pendekatan ekstrakurikuler. Pendekatan integratif perlu adanya kesediaan guru untuk mengintegrasikan materi konservasi pada mata ajaran yang diampunya. Persyaratan lain yaitu guru harus memiliki kompetensi yang memadai sehingga dapat menyampaikan materi konservasi dengan maksimal tanpa harus mengurangi atau mengubah kandungan asli mata ajaran yang menjadi wadah materi konservasi. Apabila materi konservasi yang disisipkan bersifat menambah kompetensi dasar, maka konsekuensi harus ada penambahan jam pelajaran, akan tetapi apabila materi konservasi yang disisipkan hanya berupa pengkayaam materi dengan memperbanyak contoh-contoh dan studi kasus maka tidak perlu menambah jam pelajaran. D.2 Ekstrakurikuler Pendidikan konservasi di Pesantren Darul Muttaqien dapat dilaksanakan dengan pendekatan ekstrakurikuler dengan membentuk klub baru “kader konservasi” di bawah Organisasi Pelajar Darul Muttaqien OPDM. Kegiatan ekstrakurikuler di Pesantren Darul Muttaqien dapat berupa ekstrakurikuler wajib maupun pilihan.

E. Materi Pengajaran

Materi pengajaran pada program pendidikan konservasi dikelompokkan ke dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik berdasarkan kajian karakteristik bio-fisik dan sosekbud lingkungan pesantren, serta disesuaikan dengan isu permasalahan lingkungan aktual tingkat lokal, nasional, maupun global.

F. Metode Pelaksanaan Program

Program akan dilaksanakan melalui pemberian teori dan praktek, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Metode pembelajaran meliputi kombinasi dari berbagai metode dengan tujuan untuk menghindari kejenuhan santri terhadap materi yang disampaikan, yaitu meliputi diskusi, bermain peran role playing, percobaan eksperimen, karyawisata fieldtrip, pengamatan langsung observasi, penyelidikan inquiry, dan pengajaran proyek. Shaleh 2005 mengemukakan bahwa banyak metode belajar-mengajar yang telah dikenal guru, akan tetapi, bagaimana menggunakan suatu metode dengan pendekatan keterampilan agar dapat menunjang siswa belajar aktif masih menjadi problem. Hal ini akan menjadi titik tolak uraian dalam peninjauan diagram yang menggambarkan hubungan antara beberapa metode yang dianggap cukup penting dalam pengaturan cara belajar, yaitu: metode pemberian tugas, metode demonstrasi dan eksperimen, metode proyek, metode diskusi, metode karyawisata, metode tanya jawab, metode sosiodrama dan bermain peran, metode bercerita, metode latihan, dan metode ceramah Shaleh 2005.

G. Media Pembelajaran

Media pembelajaran berdasarkan taksonomi Leshin et al. 1992 dalam Arsyad 2009 ada beberapa tingkatan. Pertama, media berbasis manusia yang terdiri dari guru, tutor, instruktur, main peran, kegiatan kelompok, dll. Kedua, media berbasis cetakan yang terdiri dari buku, penuntun, buku kerjalatihan, dan lembaran lepas. Ketiga, Media berbasis visual yang terdiri dari buku, charts, grafik, peta, figurgambar, transparansi, dan film bingkai atau slide. Keempat, media berbasis audio-visual yang terdiri dari video, film, slide bersama tape, dan televisi. Kelima, media berbasis komputer yang terdiri dari pengajaran dengan bantuan komputer dan video interaktif Media yang digunakan meliputi media cetak, media elektronik, dan lingkungan. Hamalik 1986 dalam Arsyad 2009 menyatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Arsyad 2009 menyatakan bahwa media disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, perlu dirancang dan dikembangkan lingkungan pembelajaran yang interaktif yang dapat menjawab dan kebutuhan belajar perorangan dengan menyiapkan kegiatan pembelajaran dengan medianya yang efektif guna menjamin terjadinya pembelajaran. Oleh karena itu, media yang akan digunakan yaitu media pembelajaran konvensional dengan metode modern.

H. Alokasi Waktu

Program pendidikan konservasi dengan pendekatan integratif dilaksanakan dengan menyesuaikan alokasi waktu standar kompetensi mata ajaran yang menjadi wadah integrasi yaitu 40 menitjam pelajaran. Waktu penyampaian materi disesuaikan dengan waktu penyampaian pokok pelajaran. Program pendidikan konservasi dengan pendekatan ekstrakurikuler dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun dengan waktu pertemuan satu kali dalam seminggu, pada hari Jumat. Waktu setiap kali pertemuan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Satu pertemuan minimal dalam durasi waktu selama 40 menit. Antara satu materi dengan materi lain tidak sama penggunaan alokasi waktu, tergantung dengan banyak sedikitnya materi yang akan disampaikan dan praktek yang akan dilaksanakan.

I. Evaluasi

Alat penilaian menurut Shaleh 2005 ada yang berbentuk tes dan ada yang berbentuk non-tes. Alat penilaian berbentuk tes merupakan semua alat penilaian yang hasilnya dapat dikategorikan menjadi benar dan salah, misalnya penilaian untuk mengungkapkan aspek kognitif dan psikomotorik. Alat penilaian non-tes hasilnya tidak dapat dikategorikan benar salah, dan umumnya dipakai untuk mengungkapkan aspek afektif. Evaluasi dalam program pendidikan konservasi ini dilakukan dengan tertulis dan non tertulis. Tertulis dilakukan dengan tes maupun kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan santri, sedangkan non tertulis dilakukan dengan diskusi, pengamatan sikap dan hasil karya untuk mengukur tingkat sikap dan juga keterampilan santri.

J. Rincian Program

Pembelajaran pendidikan konservasi menggunakan pendekatan kurikuler dan nonkurikuler. Pendekatan kurikuler dengan cara integratif, sedangkan pendekatan non-kurikuler dalam bentuk ekstrakurikuler dengan membentuk club baru.

5.9.2 Implementasi Program Pendidikan Konservasi dengan Pendekatan