3 Keterampilan HASIL DAN PEMBAHASAN

dalam kehidupan sehari-hari dan dapat mempengaruhi masyarakat untuk turut serta berperilaku positif selaras dengan lingkungan dan konservasi.

b.3 Keterampilan

Hasil analisis kuesioner tentang keterampilan santri terkait dengan konservasi dan lingkungan hidup pelaksanaan pendidikan konservasi di pesantren menunjukkan bahwa mayoritas masuk kategori sedang dengan persentase 75,39. Sebanyak 9,95 responden santri kategori tinggi dan bahkan responden sebanyak 14,66 masih memiliki tingkat keterampilan dalam kategori rendah. Dengan kalimat lain sebagian besar santri memiliki tingkat keterampilan dalam kategori sedang sampai rendah 90,05 dan hanya sebagian kecil 9,95 termasuk kategori tinggi. Ada sepuluh pertanyaan terkait keterampilan yang diukur Lampiran 13 yang dikelompokkan menjadi empat kelompok pertanyaan, yakni: 1 pemanfaatan sumberdaya alam, 2 pengelolaan sampah dan limbah, 3 penanaman, dan 4 pemeliharaan satwa. Hasil perhitungan rata-rata persentase tingkat keterampilan untuk masing-masing kelompok pertanyaan tersebut ditunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13 Rata-rata persentase tingkat keterampilan santri tentang konservasi No. Aspek Rataan 1. Pemanfaatan sumberdaya alam 41,23 2. Pengelolaan sampah dan limbah 31,78 3. Penanaman 15,50 4. Pemeliharaan satwa 11,49 Jumlah 100 Dilihat dari masing-masing kelompok pertanyaan tersebut di atas, maka hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar 90,05 santri tidak memiliki kompetensi terkait pemanfaatan sumberdaya alam dan pengolahan limbah dan sampah, karena sistem pendidikan di pesantren cenderung pada pembelajaran yang tekstual dan teroritis dengan indikasi banyaknya mata ajaran yang disampaikan, sempitnya jam pelajaran, dan adanya keterampilan guru yang cenderung kurang. Meskipun demikian, ada beberapa santri yang diketahui memiliki keahlian pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pengolahan limbah. Maksud dari kompetensi santri adalah kecukupan kompetensi terkait pemanfaatan sumberdaya alam, pengolahan sampah dan limbah, penanaman, dan perawatan satwa. Keterampilan dalam memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki santri sejauh mana dapat memanfaatkan sumberdaya alam menjadi sebuah produk baru. Keterampilan terkait dengan pengolahan sampah dan limbah yaitu keterampilan santri dalam pemanfaatan sampah organik maupun non organik menjadi produk baru, sedangkan pengolahan limbah terkait dengan keterampilan didalam membuat produk dari limbah melalui penerapan prinsip 4 R reduce, reuse, recycle, dan replanting. Adapun penanaman terdiri dari keahlian santri bercocok tanam, sedangkan pemeliharaan satwa merupakan tips yang dimiliki santri dalam memelihara satwa Lampiran 7. Hanya sebagian kecil santri yang memiliki keterampilan dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Sebagian santri 79,06 dapat membuat berbagai jenis obat-obatan dari tumbuhan, hal ini berdasarkan pengalaman santri di lingkungan keluarganya, bahkan mereka pernah mengonsumsi beberapa jenis obat alami dari tumbuhan Lampiran 9. Sebagian besar 72,25 tidak dapat membuat obat-obatan dari satwa, hal ini dikarenakan santri sebagian besar memiliki latar belakang keluarga ekonomi menengah ke atas, sehingga ketika sakit lebih menyukai untuk mengonsumsi obat-obatan generik, karena dinilai lebih efektif dan efisien. Bahkan hanya 35,6 santri yang memiliki keterampilan membuat produk dari sumberdaya alam. Keterampilan santri terhadap pemanfaatan sumberdaya alam tergolong sedang dikarenakan lingkungan rumah dan lingkungan pesantren tidak mendukung pengembangan keterampilan santri. Padatnya jam pelajaran yang ada di pesantren serta sistim penyampaian materi cenderung lebih teoritis, menjadi latar belakang tingkat sedangnya keterampilan santri. Santri memiliki keterampilan dalam mengelola sampah dan limbah. Santri secara keseluruhan santri 95,81 mengaku dapat membedakan antara sampah organik maupun non organik, akan tetapi berdasarkan pengamatan lapang, para santri mencampur sampah organik dengan non organik pada satu tempat dikarenakan tempat sampah yang disediakan memang tidak dikhususkan untuk masing-masing jenis sampah. Beberapa jenis kerajinan tangan dapat dihasilkan oleh santri, diantaranya pupuk kompos dari daun dan ranting tanaman, anyaman dari bambu, tas dari daun tanaman, dan kompos dari kotoran hewan. Hanya sebagian kecil santri yang dapat membuat produk dari sampah non organik, seperti tempat alat tulis, vas bunga, tas, tikar, lampion, mainan anak-anak, bunga, dan bingkai poto. Responden santri mayoritas 79,06 tidak dapat mengolah limbah air, bahkan hanya 47,64 santri yang memiliki keterampilan yang berkaitan dengan reduce, reuse, recycle, dan replanting. Rendahnya keterampilan santri pada aspek pengelolaan sampah dan limbah disamping karena pengetahuan santri yang kurang memadai, sarana prasarana pesantren yang kurang mendukung, dan tidak adanya fasilitator yang membimbing untuk pengembangan keterampilan santri. Bercocok tanam dapat dilakukan oleh sebagian besar santri 91,1 baik santri yang memiliki asal pedesaan maupun perkotaan. Pesantren memiliki program untuk menjaga kondisi lingkungan, salah satunya dengan menanam pohon. Penanaman pohon di lahan pesantren juga melibatkan santri. Selain itu, program penelitian dari mahasiswa salah satunya juga menanam tanaman obat yang dalam praktiknya melibatkan peran santri. Peran santri yang selalu dilibatkan dalam kegiatan penanaman melatarbelakangi mahirnya santri dalam bercocok tanam. Santri sebesar 67,54 memiliki kiat dalam memelihara satwa. Satwa yang mereka pelihara di rumah berupa satwa domestikasi seperti kucing dan burung. Kiat memelihara satwa umumnya yang mereka lakukan yaitu dengan pemberian pakan dan minum, pembersihan kandang, dan perawatan kesehatan. Pada dasarnya santri menguasai teknis umum dalam pengelolaan satwa, meski baru sebatas satwa domestikasi, akan tetapi ke depannya dapat dikembangkan terhadap pengelolaan pada satwaliar. Keterampilan santri sangat beragam dan sebagian besar cenderung belum menguasai keterampilan di bidang lingkungan hidup dan konservasi. Hal ini menunjukkan perlu diberikan pemberian materi yang lebih menekankan pada aspek keterampilan. Materi yang lebih menekankan softskill santri yang akan meningkatkan minat, bakat, dan kreativitas santri untuk dapat membuat produk dan memanfaatkan jasa sebagai life skill yang akan menjadi bekal santri ketika hidup di tengah-tengah masyarakat. Pelatihan dan pendampingan membutuhkan fasilitator yang profesional di bidang ini. Pelatihan keterampilan akan meningkatkan

b.4 Harapan