Harmoni dan Ketegangan Struktur Sosial Masyarakat

59 menjalankan tugas keseharian semisal sama-sama mengerjakan sawah ladang, pergi ke pasar dan berniaga, perkumpulan antar warga, dan pertemanan. Dalam masyarakat Sunda Kuningan, termasuk di Manislor, nilai-nilai rukun dan toleransi ini nampak juga dari filosofi atau ugeran yang berkembang di masyarakat seperti ugeran, ‘batur sakasur, batur sasumur, batur salembur’. Substansi ugeran ini adalah agar setiap orang menumbuhkembangkan kerukunan, dimulai dari kehidupan keluarga, kerabat, dan masyarakat pada umumnya. Nilai-nilai toleransi dan rukun tersebut harus dilakukan tanpa melihat kepada latar belakang pelaku, baik dari segi agama, suku maupun status sosial-ekonomi dalam masyarakat.

e. Harmoni dan Ketegangan

Kehidupan harmoni dalam kehidupan masyarakat Manislor dan Kuningan pada umumnya tidak dapat dilepaskan dari ugeran atau nilai-nilai lokal tersebut. Indikator pokoknya dapat dilihat dari keberadaan kelompok masyarakat dari berbagai latar belakang. Baik dari aspek keagamaan dan kepercayaan, suku, status sosial, dan ekonomi. Sebab jika tidak ada nilai-nilai kerukunan tidak akan mungkin kelompok- kelompok yang berlatar belakang tersebut tumbuh dan berkembang. Dalam kaitannya dengan hubungan antar umat beragama misalnya, kemajemukan tumbuh dan berkembang di setiap kecamatan yang ada di Kuningan, meskipun Islam masih menjadi agama mayoritas masyarakat. Hubungan internal kelompok Islam juga berkembang baik. Kelompok-kelompok Islam tersebut ada yang sudah terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan ormas di pemerintahan. Secara umum di Kuningan setidak-tidaknya terdapat sekitar 20 ormas Islam 1 yang selama ini saling hidup berdampingan, walaupun di antara mereka ada perbedaan pemahaman keagamaan dan metode gerakannya. Ormas Islam tersebut ada yang bersifat nasional juga ada yang bersifat lokal. 1 Ormas-ormas Islam tersebut yaitu: NU, Muhammadiyah, MUI, FPI, Persatuan Umat Islam PUI, Gerakan Reformasi Islam GARIS, Pengajian Al-Hidayah, Gerakan Anti Maksiyat GAMAS, Ikatan Persaudaran Haji Indonesia IPHI, Muslimat Nahdlatul Ulama, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Dewan Masjid Indonesia DMI, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia ICMI, Satuan Karya Ulama Indonesia Satkar UI, Badan Kordinasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia, Forum Komunikasi Pondok Pesantren, Persatuan Islam, Lembaga Pendidikan Islam Al Muhajirin, Jamaah Asysyahadatain Indonesia, Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah. Dalam hal ini JAI tidak di masuk kan ke dalam Ormas Islam, meskipun JAI dan GAI sudah berbadan hukum. Lihat dalam kesbanglinmas_daftar_ormas_kesamaan_agama_2013. 60 Memang sangat dimungkinkan terjadi ketegangan di antara kelompok- kelompok yang ada dalam masyarakat, namun selama ini belum pernah terjadi konflik kekerasan di antara mereka, kecuali konflik yang melibatkan Ahmadiyah.

f. Agama: Mayoritas sekitar 98 penduduk