83
6. Tindakan Agensi
Dalam merespon terhadap resistensi melalui berbagai bentuknya dari berbagai kelompok masyararakat dan negara, warga Ahmadiyah di Kuningan, tidaklah bersifat
diam. Sebaliknya mereka melakukan berbagai tindakan yang bertujuan untuk tetap bertahan. Berbagai tindakan itu sebagian dianggap sebagai bagian dari resistensi warga
Ahmadiyah terhadap negara dan kepentingan masyarakat. Sepanjang dinamika konflik antara Ahmadiyah dan nonAhmadiyah, khususnya sejak tahun 2002-2010, tindakan-
tindakan agensi Ahmadiyah Kuningan tersebut meliputi: resistensi, wacana dan
membangun aliansi. Pertama, beresistensi melalui tindakan nyata dalam berbagai
bentuk yaitu: 1 tetap mengembangkanmenyebarkan ajarannya. Hal ini dilakukan sebagai upaya menerobos dinding persepsi dan wacana yang diberikan oleh pihak
yang beresistensi kepadanya yaitu ajarannya dianggap dan dinilai mengganggu umat Islam Kuningan, sehingga diarang melakukan kegiatan dakwah. 2 penolakan
terhadap SKB Pemda Kuningan Desember 2002. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya pemerintah lokal telah mengeluarkan 2 SKB yang kemudian melahirkan
pengeluaran surat dari Bakor Pakem untuk menyidik pimpinan JAI karena dianggap melanggar KUHP. Untuk itu kemudian pimpinan Ahmadiyah bertemu Muspida
Kuningan untuk mengklarifikasi mengenai larangan kegiatan JAI 4 Januari 2005.
4
3 Upaya lain yaitu melakukan aksi balik dengan menggugat SKB Pemda melalui PUTN tingkat pertama 19 Februari 2005 dan meminta Pemda agar menunda
pelarangan SKB, sampai naik banding ke PUTN pusat 20 April 2005. 4 Berdialog
4
Klarifikasi secara nasional juga dilakukan pimpinan JAI pusat dalam kaitannya dengan ajaran mereka. Jema’ah JAI sendiri juga sudah menyampaikan dua belas butir klarifikasi tentang ajarannya yang
selama ini dianggap sesat. Inilah peran dua belas butir penjelasan Pengurus Besar Ahmadiyah yang perumusannya difasilitasi Departemen Agama dan pemantauannya oleh pemerintah selam 3 bulan yaitu
mulai Februari sampai April 2008 di 33 Kabupaten termasuk di Kuningan. Hasil pemantauan yang dilakukan melalui kunjungan lapangan ke beberapa daerah dan kajian tafsir al-Quran Ahmadiyah digunakan
Bakor Pakem, dalam merekomendasi agar pemerintah memberi peringatan keras kepada JAI. Hal ini terjadi pada april 2008.
Dalam banyak butir penjelasan, hal yang dianggap sangat prinsip adalah terkait dengan: 1 syahadat Ahmadiyah, 2 kitab suci mereka, 3 tidak mengkafirkan nonAhmadiyah, dan 4 hubungan sosial dengan
muslim yang lain. Yang menjadi masalah akhirnya adalah beberapa butir nomor 2 dan 3 terkait konsep kenabian menurut Ahmadiyah. Di sini pun mereka jelas mengakui nabi Muhammad; ketika Mirza Ghulam
Ahmadiyah disebut sebagai “nabi”. Itu dijelaskan dengan mengatakan bahwa ini adalah soal penafsiran, yang bisa keliru dan bisa juga benar, bisa jelek dan bisa pula baik. Biasanya penafsiran teologis seperti ini tidak bisa
diputuskan segera karena bisa saja hanya masalah semantik.
84
dengan MUI dan Muspika 22 Oktober 2006. 5 Mengajukan surat penggunaan kembali tempat ibadah mereka kepada pemda setempat 30 mei 2007. 6 Meminta
perlindungan hukum dan keamanan kepada Kapolres sehubungan dengan adanya ancaman dari Ormas Islam, sekaligus mengklarifikasi ajarannya sebagai responnya
terhadap ancaman dari Ormas Islam tersebut 22 dan 30 November 2007; 3 Desember 2007. 7 Tidak mau menandatangani kesimpulan pertemuan dengan
Muspika yang dianggap memojokkan posisi dan tidak sesuai kepentingannya 30 November 2007. 8 Mengirim surat dan meminta dialog agar bupati menunda
penyegelan tempat ibadah mereka 28 Juli 2010. 9 Melakukan upaya hukum ke Mabes Polri dan melaporkan kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan massa
Ormas Islam kepada Komnas HAM, Komnas Perempuan di Jakarta 29 Juli-4 Agustus 2010. 10 Melakukan siaran pers bersama Yayasan Lembaga Bantuan
Hukum Indonesia mengenai peristiwa penyerangan oleh massa Ormas Islam. Dalam merespon ancaman massa Ormas Islam, maka menarik apa yang dilakukan pihak
Ahmadiyah Manislor sebagaimana ditulis media.
TEMPO Interaktif, Kuningan — Ratusan jamaah Ahmadiyah di Desa Manis Lor,
Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan bersiap-siap menghadang penyegelan yang akan mesjid yang akan dilakukan Pemerintah Kabupaten Pemkab Kuningan,
Senin 267 hari ini. Berdasarkan pantauan, ratusan jamaah Ahmadiyah yang rata- rata terdiri dari kaum lelaki terlihat memblokir jalan masuk ke desa mereka.
Pemblokiran dilakukan terutama sebelum jalan masuk ke mesjid mereka. Nur
Rahim, Sekretaris
Umum Sekum
Ahmadiyah Manis
Lor, Kuningan,menjelaskan mereka hanya mempertahankan rumah Allah. “Kami hanya
mempertahankan rumah Allah,” katanya. Mereka, lanjut Nur Rahim, akan mempetahankan habis-habisan rumah Allah yang rencananya akan disegel oleh
Pemkab Kuningan hari ini. “Kami tidak berharap terjadi kerusuhan, tapi yang pasti kami akan mempertahankan habis-habisan rumah ibadah kami,” katanya.
Sementara itu berdasarkan pantauan ratusan polisi pun masih berjaga-jaga di jalan masuk Desa Manis Lor. Namun hingga kini aparat dari Pemkab Kuningan yang akan
melakukan penyegelan belum terlihat.Monday, July 26, 2010- TEMPOinteraktif-
w w w .t empoint erakt if.com hg bandung 2010 07 26 brk,20100726-266224,id.ht ml
Kedua, berwacana agar pemerintah melakukan dialog secara adil dan
seimbang. Hal ini terutama ketika mereka menilai apa yang dilakukan aparat pemerintah berpihak kepada kelompok nonAhmadiyah, walaupun pemerintah sempat
melakukan dialog dan meminta pandanganya. Ketiga, pembangunan aliansi dilakukan
melalui pendekatan kepada kekuatan sipil yang membela kepentingan minoritas dan hak-hak sipil dan hukum. Misalnya dengan Komnas HAM, Komnas Perempuan,
Kontras dan YLBHI.
85
C.
Syiah di Sampang: Mencari Keadilan Tanpa Batas
1. Profil