49
tersebut, semuanya disesuaikan dengan perkembangan situasi yang ada dan kepentingan para pelaku.
Tindakan-tindakan agensi berkaitan dengan penjalanan kekuasaan oleh semua pihak terutama oleh minoritas, baik dalam upaya mempertahankan diri dari pelaksanaan kuasa
pihak lain yang cenderung memarginalisasi maupun upaya memenangkan persaingan dalam satu atau banyak aspek. Termasuk juga tindakan-tindakan yang dapat
menyebabkan pengurangan tensi konflik, perdamaian, dan bahkan yang justru tindakan pihak minoritas yang disengaja untuk menyebabkan konflik. Tindakan-tindakan
agensi, sebagai bagian dari penjalanan kuasa, tersebut dilakukan dalam banyak bentuk, misalnya melalui wacana stereotip atau prasangka, regulasi, bernegosiasi, resistensi dan
akomodasi, termasuk melakukan aliansi dengan pihak lain.
Tindakan Agensi Ahmadiyah: Pada saat sekarang ini Ahmadiyah di Yogyakarta
lebih banyak mengambil tindakan dalam bentuk upaya mempertahankan diri agar supaya tetap ada. Untuk itu mereka melakukan berbagai strategi yaitu diam, sedikit
bermain dengan wacana, dan membangun aliansi.
a. Diam: Ketika terjadi tindakan konflik dalam berbagai bentuknya yang dilakukan
pihak luar, anggota Ahmadiyah nampaknya lebih banyak melakukan tindakan diam. Walaupun bukan berarti pasif sama sekali, justru dalam kediamannya tersebut mereka
intensif melakukan konsolidasi ke dalam. Tindakan ini dilakukan juga oleh Ahmadiyah di Yogyakarta. Dalam sebuah
pernyataan dan khutbah di masjid JAI, khatib selalu menekankan agar anggotanya berpasrah diri kepada Allah, bersabar dan saling mendoakan sesama anggotanya di
tempat lain. Selain itu mereka terus melakukan konsolidasi internal di antara anggotanya. Pada era informasi saat ini, konsolidasi internal itu selain dilakukan melalui berbagai
pertemuan seperti pada saat jumatan, juga lebih dimudahkan lagi dilakukan melalui handpohne.
Sementara di kalangan GAI, meskipun tidak terlalu memperoleh tekanan seberat JAI, mereka tetap melakukan tindakan diam ini. Mereka lebih banyak berintrosepeksi
terhadap kegiatan yang pernah diadakan yang justru direspon negatif oleh muslim lain, walaupun respon dari luar itu lebih banyak bersifat kesalahpahaman atau efek stereotif
terhadap JAI. Misalnya kegiatan pertemuanpengajian nasional tahunan, mulai tahun 2013 tidak diadakan lagi.
50
Seringkali diam itu dijadikan sebagai senjata dengan disandarkan kepada norma agama, sehingga dianggap mendapat pahala juga. Hal ini sebagaimana dituturkan oleh
pegawai di sekolah PIRI Ibu Su dan Pak Mt. Bagi keduanya jika orang lain mendzaliminya, maka yang terbaik adalah harus diserahkan kepada Allah. Sebab Allah-
lah yang lebih mengetahui siapa yang benar dan salah.
b. Bermain dengan Wacana: Selain melakukan tindakan diam, Ahmadiyah di
Yogyakarta mengikuti tindakan-tindakan sebagaimana dilakukan Ahmadiyah pada tingkat nasional dan daerah lain yaitu berwacana. Hanya saja mereka lebih banyak
mereaksi terhadap wacana yang bersifat stereotif wacana-stereotif yang dilakukan muslim nonAhmadiyah. Bentuk wacana dari kalangan Ahmadiyah ini dapat disebut juga
dengan pembalikan wacana, sebuah wacana yang berusaha merespon terhadap wacana yang dilontarkan oleh muslim lain atau pihak lain dengan tujuan meluruskan dan
mempertahankan diri. Sebuah wacana sangat terkait dengan persepsi antarpihak.
c. Persepsi Antar Pihak: Pola relasi antarkelompok ataupun antar individu sangat