124
asalnya. Karena itu ada beberapa keluarga yang sudah yang sebelumnya mau ditransmigrasikan tidak jadi berangkat.
Pegiat HAM dan Hukum: Peran yang dimainkan para pegiat dan lembaga
yang berfokus kepada hak-hak azasi manusia dan hukum banyak berasal dari luar Sampang. Peran mereka antara lain: Pertama, mengadvokasi warga Syiah dan
langsung terjun ke lokasi di ke Omber yairu Komnas HAM Pusat. Mereka melakukan penyelidikan ke Omben juga menemukan ‘local wisdom’, yaitu masyarakat menolak
terhadap warga Syiah yang akan kembali ke Omben kecuali mereka sudah bertaubat. Kedua, mengadvokasi di bidang hukum seperti yang dilakukan LBHI dan Kontras.
6. Tindakan Agensi Syiah
Pertama, akomodasi terpaksa dan resistensi: a Ketika para elite Sunni dan
politik meminta menandatangani perjanjian 26 Oktober 2009, Tajul Muluk menerimanya.
12
b Menerima tuntutan untuk mengungsi ke Malang sesuai tuntutan ulama sementara untuk meredakan ketegangan. c Kasus pengungsian di GOR dan
pemindahan ke Sidoarjo. Mereka menerima pengungsian yang dilakukan pemerintah yang berkaloborasi dengan elite Sunni dan Ormas Islam, namun mereka
menganggapnya bersifat sementara. Pada awalnya hal itu diterima karena beralasan demi keamanannya dari kemungkinan tindakan penyerangan lanjutan massa Sunni.
Hanya kemudian ketika ada tuntutan dan kebijakan agar mereka tidak kembali,
kecuali sudah bertaubat, mereka mulai beresistensi diam dan terbuka.
Resistensi diam dapat dilihat dari: a ketika menyikapi pendidikan yang diberikan aparat pemerintah, mereka menekankan kepada anak-anaknya supaya tidak
‘menggubris’nya ja’ ngedingagih. b begitu juga mereka tidak memedulikan program bantuan dari pemerintah. c Sikap Tajul Muluk yang berpikir-pikir dan tidak
menghadiri pertemuan dengan ulama untuk meminta dan mendengarkan kesediaannya menerima butir-butir perjanjian yang dianggap dipaksakan. Resistensi
12
Adapun isinya perjanjian jelas sangat merugikan kepentingan jiia dilihat dalam jangka pendek, namun sangat mungkin ada pertimbangan lain untuk kepentingan jangka panjang. Isi perjanjian tersebut
yaitu: 1 TM dilarang adakan ritual dan dakwah pahamnya karena meresahkan masyarakat. 2 TM harus bersediamenerimanya 3 Jika tidak mau TM harus siap diproses secara hukum. 4 Pakem, MUI, NU dan
LSM di Kabupaten Sampang akan memonitor dan mengawasinya. 5 Pakem, MUI, NU dan LSM siap menjaga meredam gejolak masyarakat jika TM menaati kesepakatan no. 1 dan 2.
125
terbuka dapat dilihat dari: a tindakan Tajul Muluk untuk berdiskusi dengan para kyai tentang persoalan keagamaan dengan membawa kitab, hal mini dilakukan ketika
para elite Sunni dan politik meminta penjelasan tentang pahamnya, namun diabaikan dan sebaliknya disodori naskah penjanjian yang harus ditandatanganinya. b
tindakan IJABI untuk mengeluarkan anak-anak usia sekolah Syiah dari lokasi pengungsian untuk disekolahkan di lembaga pendidikan Syiah di kota lain.
Kedua, wacana banyak dilakukan oleh kelompok yag menaungi ahlul bait di
Indonesia seperti ABI. Hal ink mereka melakukannya untuk membalik wacana dan stereotif sesat dari tokoh dan Ormas Islam. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan
pimpinan ABI berikut:
“Fatwa bahwa Syiah sesat seperti yang dikeluarkan oleh MUI Jatim janggal dari sisi manapun. Di negara anggota OKI Organisasi Konferensi Islam sendiri, kecuali
Indonesia, tidak ada itu yang namanya fatwa Syiah sesat. Bahkan di Arab Saudi sana tak pernah muncul fakta fatwa seperti yang dikeluarkan MUI Jatim,” ujar Sekretaris
Jenderal Ahlul Bait Indonesia Ahmad Hidayat, di Jakarta, Jumat 3182012...Muh. Istiqamahlppimakassar.com; via NahiMunkar.Com
D. An-Nadzir di Gowa: Berkeunikan Menuju Pusat Peradaban
1. Profil
Lokasi dan Sejarah: Kabupaten Gowa merupakan salah satu kabupaten yang
ada di Propinsi Sulawesi Selatan. Luas daerahnya sekitar 1.883 km2, dan beribu kota di Kota Sungguminasa. Secara administratif Gowa membawahi 18 kecamatan, salah
satunya adalah Kecamatan Bontomarannu, sebuah kecamatan yang menjadi tempat komunitas An-Nadzir, khususnya di Kelurahan Romanglompoa.
Adapun ke-18 kecamatan di Kabupaten Gowa meliputi: Bajeng, Bajeng Barat, Barombong,
Biringbulu, Bontolempangang,
Bontomarannu, Bontonompo,
Bontonompo Selatan, Bungaya, Manuju, Palangga, Parangloe, Parigi, Pattalasang, Somba
Opu, Tinggimoncong,
Tombolopao, dan
Tompobullu http:www.gowa.go.id
Secara historis Gowa populer karena terkait dengan sejarah kerajaan Islam di nusantara. Sejak abad ke-15, Kerajaan Gowa telah menjadi kerajaan maritim
yang memiliki pengaruh di perairan timur nusantara. Ketika Kerajaan Gowa-Tallo