Sifat Mekanik Karakteristik Campuran Plastik Sintetik dengan Pati Sagu dan Modifikasinya

79 Morfologi permukaan PP murni menunjukkan morfologi yang sangat homogen. Penambahan pati sagu dan modifikasinya dalam matriks PP menunjukkan perubahan morfologi permukaannya. Morfologi permukaan campuran PP dengan pati alami menunjukkan adanya granula pati yang masih utuh dan terperangkap dalam matriks PP. Ukuran granula pati yang lebih besar dibandingkan partikel PP menyebabkan campuran tersebut tidak homogen. Selama proses pencampuran, perbedaan ukuran granula pati alami dan partikel PP menyebabkan tumbukan antar keduanya, sehingga energi torque yang dibutuhkan berfluktuasi. Hal ini diperkuat dari hasil pengujian rheologi selama proses pencampuran PP dengan pati alami yang menghasilkan kurva energi torque yang berfluktuasi dibandingkan kurva energi torque campuran PP dengan pati modifikasi Gambar 50. Proses modifikasi pati menyebabkan perubahan bentuk dan struktur granulanya, dimana bentuknya tidak beraturan dan strukturnya menjadi bersifat amorf sifat birefringent -nya hilang. Perubahan inilah yang menyebabkan hasil analisis morfologi permukaan campuran PP dengan pati modifikasi menunjukkan sifat yang lebih homogen dibandingkan campuran PP dengan pati alaminya. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian rheologinya selama proses pencampuran, dimana campuran PP dengan pati alami menghasilkan kurva energi torque lebih berfluktuasi dibandingkan campuran PP dengan pati modifikasi Gambar 50. Secara umum, hasil analisis morfologi permukaan campuran PP dengan pati sagu dan modifikasinya terlihat bersifat porous. Hal ini diduga disebabkan tidak adanya penambahan bahan aditif dalam campuran tersebut, seperti plasticizer, sehingga campuran tersebut tidak homogen. Hasil penelitian Yang et al. 2006 yang mengguna- kan plasticizer ethylenebisformamide pada pati jagung untuk pembuatan thermoplastic starch TPS menunjukkan morfologi permukaan yang lebih homogen dibandingkan tanpa penambahan plasticizer Gambar 54.

b. Sifat Mekanik

Analisis sifat mekanik bahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji kekuatan tarik. Pengujian kekuatan tarik akan menghasilkan kurva tegangan-regangan stress-strain. Kurva tegangan-regangan hasil pengujian bahan plastik polipropilen murni PP, campuran PP dengan pati dan modifikasinya disajikan pada Lampiran 22. 80 Rekapitulasi hasil analisa uji kekuatan tarik disajikan pada Tabel 20, yang meliputi nilai tensile strength kekuatan tarik, E-modulus elastisitas, strain at break perpanjangan putus, dan toughness. a b c Gambar 54. Morfologi permukaan thermoplastic starch pati jagung dengan konsentrasi plasticizer ethylenebisformamide berbeda : a 0 , b 25 , dan c 35 Yang et al., 2006 Tabel 20. Rekapitulasi hasil pengujian kekuatan tarik campuran PP dengan pati sagu dan modifikasinya Perlakuan Parameter Kekuatan Tarik MPa Elastisitas MPa Perpanjangan Putus Toughness MPa PP + Pati Sagu 26,3 0,6 921 21 11,6 0,4 232 PP + Pati Asetat 27,2 0,4 888 73 29,6 2,0 720 PP + Amilosa 21,3 1,1 907 28 7,6 0,5 124 PP + Amilosa Asetat 27,5 0,3 928 16 15,0 1,3 360 Data rata-rata tiga kali pengukuran Hasil analisis sifat mekanik campuran PP dengan pati sagu dan modifikasinya Tabel 20 menunjukkan nilai yang berbeda. Hal ini diduga karena adanya perbedaan karakteristik bahan yang dicampur PP, pati sagu dan modifikasinya. Pati sagu memiliki bentuk oval, struktur granula bersifat kristalin dan ukuran granula lebih besar dibandingkan partikel PP. Proses modifikasi pati fraksinasi dan asetilasi menyebabkan berubahnya struktur granula pati sifat birefringent-nya hilang, sehingga amilosa hasil fraksinasi, pati asetat dan amilosa asetat memiliki struktur yang bersifat amorf. Menurut Zhang et al., 1997, meskipun bersifat amorf, masuknya gugus asetil dalam pati atau amilosanya dapat meningkatkan sifat hidrofobik pati asetat dan amilosa asetat. 81 Proses asetilasi pati atau amilosanya dapat meningkatkan sifat mekanik filmnya. Hasil penelitian Khalil et al. 1995 menunjukkan bahwa film pati jagung asetat memiliki sifat mekanik tensile strength, elongation at break dan abrasion resistance relatif lebih baik dibandingkan film pati jagung alaminya, dimana nilai-nilai tersebut untuk film pati jagung asetat berturut-turut 368 g, 4,6 dan 784 putaran, relatif lebih tinggi dibandingkan film pati alaminya, berturut-turut 355 g, 4,5 , dan 728 putaran. Ini dapat dijadikan acuan bahwa masuknya gugus asetil dalam pati atau amilosanya dapat meningkatkan sifat mekaniknya. Tensile strength kekuatan tarik menunjukkan tegangan maksimum yang dapat ditahan oleh suatu bahan, sebelum bahan tersebut putus atau patah. Nilai kekuatan tarik campuran PP dengan pati asetat 27,2 MPa atau dengan amilosa asetat 27,5 MPa relatif sama, dan nilai tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan campuran PP dengan pati alami dan amilosanya. Hal ini menunjukkan adanya muatan gugus asetil dalam pati dan amilosa dapat meningkatkan sifat kesesuaiannya dengan PP. E-modulus elastisitas menunjukkan perbandingan antara tegangan dan regangan atau disebut laju tegangan. E-modulus juga mengindikasikan sifat elastis bahan, artinya bahan yang mengalami regangan dapat kembali ke kondisi semula bila tidak ada gaya yang diberikan Surdia dan Saito, 1995. Pada Tabel 20 terlihat bahwa campuran PP dengan amilosa asetat menunjukkan nilai elastisitas yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Ini menunjukkan campuran PP dengan amilosa asetat memiliki sifat lebih elastis dibandingkan perlakuan lainnya. Proses fraksinasi dan asetilasi pati sagu secara bertahap menyebabkan perubahan sifat pati menjadi lebih fleksibel dan sesuai dengan PP. Strain at break perpanjangan putus menunjukkan regangan maksimum sebelum bahan tersebut putus atau patah. Strain at break juga mengindikasikan sifat bahan plastis Rosa et al., 2004. Pada Tabel 20 dapat dilihat campuran PP dengan pati asetat menunjukkan nilai perpanjangan putus yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Ini menunjukkan campuran PP dengan pati asetat bersifat lebih plastis dibandingkan perlakuan lainnya. Masuknya gugus asetil dalam pati diduga dapat meningkatkan sifat plastis bahan. Toughness menunjukkan absorbsi energi oleh bahan sebelum bahan tersebut putus patah, yang biasanya diekspresikan sebagai energy absorbed dalam pengujian benturan impact test. Luas daerah dibawah kurva 82 tegangan-regangan juga menentu-kan kekerasan bahan toughness. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa campuran PP dengan pati asetat memiliki nilai toughness yang relatif lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Ini menunjukkan bahwa campuran PP dengan pati asetat memiliki sifat lebih keras dan dapat mengabsorbsi energi lebih besar sebelum bahan tersebut putus patah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pimpan et al. 2001 melakukan penelitian tentang plastik biodegradable dari pati ubi kayu termodifikasi. Modifikasi dilakukan dengan cara mereaksikan pati dan maleic anhidridaMA 25, 50, dan 75 , menggunakan NaOH NaOH : MA = 2,2 : 1 dalam komposisi molar sebagai katalis, dan air sebagai pelarut pada lama waktu reaksi berbeda 2, 4, dan 6 jam. Setelah reaksi selesai, produk dinetralisasi dengan larutan HCl. Lembaran plastik dibuat dengan cara casting. Penambahan MA menyebabkan perubahan struktur kimia dibandingkan pati alaminya. Lembaran plastik yang dihasilkan juga menunjukkan sifat fleksibilitas yang meningkat dan toughness yang menurun dengan meningkatnya konsentrasi MA yang ditambahkan.

c. Sifat Biodegradable