Deskipsi Kritis dalam Sosiolinguistik

11 institusional, dan ideologis. Struktur-struktur linguistik digunakan untuk mensistematisasikan dan mentransformasi realitas. Oleh karena itu, dimensi- dimensi sejarah, struktur sosial, dan ideologi adalah sumber utama pengetahuan dalam membahas kritisisme dalam linguistik. Linguistik kritis sangat relevan bila digunakan untuk menganalisis fenomena komunikasi yang penuh dengan kesenjangan, yaitu adanya ketidaksetaraan hubungan antarpartisipan, misalnya komunikasi dalam politik, hubungan antara atasan dan bawahan, serta hubungan antara laki-laki dan perempuan, mislanya dalam politik gender. Menurut Fowler 1996 model linguistik ini menggunakan analisis linguistik untuk mengupas misrepresentasi dan diskriminasi dalam berbagai modus wacana publik. Topik-topik yang diteliti meliputi masalah- masalah, seperti seksisme, rasisme, ketidakadilan, politik, dan praksis komersial. Selanjutnya Fowler merumuskan analisis wacana publik sebagai sebuah analisis yang dirancang untuk memperoleh atau menemukan ideologi secara khusus dalam konteks sosial. Piranti-piranti untuk menganlisisnya adalah seleksi gabungan dari kategori deskriptif yang sesuai dengan tujuan dan struktur-struktur yang diidentifikasikan Halliday sebagi ideasional dan interpersonal. Linguistik kritis mengambil tradisi linguistik lainnya, misalnya menganlisis tindak ujaran, pengambilan giliran dalam bertutur, dan transformasi. Linguistik Kritis bertujuan untuk “defamiliarisasi” yang dioposisikan dengan “pembiasaan” dan” pemunculan kesadaran” consciousnessraising. Dalam arti bagaiman praksis kritis linguistik dapat memecahkan “defamiliarisasi” agar selanjutnya” muncul sebuah kesadaran” berkat dukungan struktur linguistik. 13

E. Wacana Kritis

1. Pengertian Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis AWK adalah sebuah upaya atau proses penguraian untuk member penjelasan dari sebuah teks ralitas sosial yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya, 13 Ibid, h. 45 12 dalam sebuah teks harus disadari akan adanya kepentingan. Oleh karena itu, analisis yang terbentuk nantinya disadari telah terpengaruh oleh sipenulis dari barbagai factor. Selain itu harus disadari pula bahwa di balik wacana itu terdapat makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang diperjuangkan. Wacana adalah proses pengembangan dari komunikasi yang menggunakan symbol-simbol yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa di dalam system kemasyarakatan yang luas. Melalui pendekatan wacana pesan- pesan komunikasi seperti kata-kata, tulisan, gambar, dan lain-lain, eksisitensinya ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya, misalnya konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, dan lain-lain. Kesemuanya itu dapat berupa nilai- nilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain. Jadi, analisis wacana yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek penulis yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungakapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi sang penulis dengan mengikuti struktur makna dari sang penulis sehingga bentuk distribusi dan produksi ideologi yang disamarkan dalam wacana dapat diketahui. Jadi, wacana dapat dilihat dari bentuk hubungan kekuasaan terutama dalam pembentukan subjek dan berbagai tindakan representasi. Pemahaman mendasar analisi wacana adalah adanya wacana tidak dipahami semata-mata sebagai objek studi bahasa. Bahasa tentu digunakan untuk menganalisis teks. Bahasa tidak dipandang dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dalam analisis wacana kritis selain pada teks juga pada konteks bahasa sebagai alat yang dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu termasuk praktik ideologi. Analisi wacana kritis dalam lapangan psikologi sosial diartikan sebagai pembicaraan. Wacana yang dimaksud di sini agak mirip dengan struktur dan bentuk wawancara dan praktik dari pemakainya. Sementara dalam lapangan politik, analisis wacana kritis adalah praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa. Karena bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran suatu subjek, dan