28
8. Paradigma Baru Pembangunan: Model Pembangunan yang Berpusat
Pada Rakyat
Sebagai konsep yang bertumpu pada aspek sosial budaya, pembangunan pada paradigma ini didefinisikan sebagai strategi pemberdayaan masyarakat yang
berorientasi pada nilai-nilai sosial budaya yang hidup dan berkembang. Maksudnya, proses pertumbuhan tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan
nilai tambah ekonomi, tetapi juga nilai tambah sosial secara adil eqiuty, setara equality yang pertisipatif sebagai upaya pengembangan kapasitas manusia dan
masyarakat berdasarkan pada spektrum helping people to help themselves, baik individu, kelompok, maupun orang sebagai kekuatan civil society.
53
Pendekatan ini berasumsi bahwa paradigma pembangunan memandang posisi masyarakat sebagai individu, kelompok, dan komunitasnya dalam konteks sosial-
budaya yang perlu dihargai, dilindungi dan dikembangkan eksistensinya. Sehingga apa pun aktif masyarakat. Pada konteks ini, masyarakat dipandang
sebagai entitas penting dalam dimensi pembangunan sosial. Dari sini kemudian pengakuan, penguatan dan pemberdayaan potensi rakyat, baik identitas simbol
dan nilai sosial-budaya, maupun harkat dan tujuan martabatnya, dapat dilakukan. Dengan demikian, hakikat tujuan pembangunan pada paradigma ini adalah usaha
meningkatkan kualitas hidup kesejahteraan, yang berfokus pada pengembangan manusia human development oriented.
54
Kenyataan, sejarah menunjukan bahwa akibat praktik pembangunan yang dikembangkan dengan ideologi tunggal negara kapitalis adalah bentuk neo-
kolonialisme gaya baru dalam tata ekonomi internasional. Sebagai contoh, kegagalan yang terjadi dalam berbagai program pembangunan tidak semata-mata
karena kekeliruan dan ketidakpekaan pemerintah, tetapi sedikit dari ilmuan sosial yang kurang memadai dan kritis. Akibatnya, masyarakat dan negara mengalami
kemerosotan nilai dan harga secara permanen. Identitas dan karakteristik wilayah
53
Ibid, h. 104-105
54
Ibid, h. 105
29
lokal mulai kehilangan legitimasinya, bersamaan dengan rapuhnya pranata- pranata sosial.
55
Sehingga model pendekatan yang berpusat pada rakyat, berasumsi bahwa masyarakat sudah saatnya menggugat struktur dan situasi keterpurukan secara
bertahap. Bersamaan dengan itu, masyarakat melakukan konstruksi ulang bangunan sosial budayanya yang berbau hegemoni. Menyitir pendapat Korten dan
Carner 1993, konsep pembangunan ini menekankan pada upaya penciptaan dan pemberdayaan proses inisiatif dan kreativitas masyarakat sebagai sumber daya
pembangunan yang utama, dan melihat ukuran kesejahteraan materiil dan spiritual sebagai tujuan akhir pembangunan. Lebih jauh Korten dan Carner
mengungkapkan pembangunan yang berpusat pada rakyat sebagai berikut: a.
Penekanan pada dukungan dan pembangunan usaha-usaha swadaya kaum miskin guna menagani kebutuhan mereka sendiri.
b. Kesadaran bahwa kendati sektor modern merupakan sumber utama
pertumbuhan ekonomi yang konvensional, namun sektor tradisional menjadi sumber utama bagi kehidupan sebagaian besar rumah tangga
masyarakat miskin. c.
Kebutuhan akan adanya kemampuan kelembagaan yang baru dalam usaha membangun kemampuan para penerima bantuan yang miskin,
demi pengelolaan yang produktif dan swadaya berdarkan sumber- sumber daya lokal.
Terhadap pendekatan ini rupanya Korten dan Carner secara tegas menyoroti perlunya pengakuan dan dukungan usaha mandiri swadaya, nilai-nilai
tradisional, dan sumber daya lokal dari masyarakat dalam strategi pembangunan.
56
Mengenai hal ini, lebih lanjut Korten menyatakan terdapat tiga dasar perubahan-perubahan struktur dan normatif dalam pembangunan yang berpusat
pada masyarakat yakni: a.
Memusatkan pemikiran dan tindakan kebijakan pemerintah pada penciptaan keadan-keadaan yang mendorong dan mendukung usaha
55
Ibid, h. 105-106
56
Ibid, h. 106