Deskripsi Kritis dalam Pragmatik

12 dalam sebuah teks harus disadari akan adanya kepentingan. Oleh karena itu, analisis yang terbentuk nantinya disadari telah terpengaruh oleh sipenulis dari barbagai factor. Selain itu harus disadari pula bahwa di balik wacana itu terdapat makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang diperjuangkan. Wacana adalah proses pengembangan dari komunikasi yang menggunakan symbol-simbol yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa di dalam system kemasyarakatan yang luas. Melalui pendekatan wacana pesan- pesan komunikasi seperti kata-kata, tulisan, gambar, dan lain-lain, eksisitensinya ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya, misalnya konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, dan lain-lain. Kesemuanya itu dapat berupa nilai- nilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain. Jadi, analisis wacana yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek penulis yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungakapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi sang penulis dengan mengikuti struktur makna dari sang penulis sehingga bentuk distribusi dan produksi ideologi yang disamarkan dalam wacana dapat diketahui. Jadi, wacana dapat dilihat dari bentuk hubungan kekuasaan terutama dalam pembentukan subjek dan berbagai tindakan representasi. Pemahaman mendasar analisi wacana adalah adanya wacana tidak dipahami semata-mata sebagai objek studi bahasa. Bahasa tentu digunakan untuk menganalisis teks. Bahasa tidak dipandang dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dalam analisis wacana kritis selain pada teks juga pada konteks bahasa sebagai alat yang dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu termasuk praktik ideologi. Analisi wacana kritis dalam lapangan psikologi sosial diartikan sebagai pembicaraan. Wacana yang dimaksud di sini agak mirip dengan struktur dan bentuk wawancara dan praktik dari pemakainya. Sementara dalam lapangan politik, analisis wacana kritis adalah praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa. Karena bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran suatu subjek, dan 13 lewat bahasa ideologi terserap di dalamnya, maka inilah yang dipelajari dalam analisis wacana kritis. 14 Menurut Fairclough dan Wodak AWK melihat pemakai bahasa baik tuturan maupun tulisan yang merupakan bentuk dari praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialeksis di antara peristiwa deskriptif tertentu dengan situasi, instituasi, dan struktur sosial yang membentuknya. Teun Van Dijk mengemukakkan bahwa “AWK digunakan untuk menganalisis wacana kritis, diantaranya politik, ras, gender, kelas sosial, hegemoni, dan lain- lain.” 15

F. Kritik Idiologi

1. AWK dan Ideologi

Kata ideologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu idea yang berarti gagasan, lugas berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu tentang ide-ide sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu, dan pengetahuan. Kata ideologi pun mengalami perkembangan. Dalam kasus sosiologi, ideologi diartikan sebagai: 1 perangkat kepercayaan yang ditentukan secara sosial; 2 sistem kepercayaaan yang melindungi kepentingan golongan elit; dan 3 sitem kepercayaan Sukanto. Selajutnya dalam kamus antropolgi, ideologi diartikan sebagai rangkaian konsep suatu cita-cita yang diemban dan diidam-idamkan oleh sekelompok golongan, gerakan atau negara tertentu Aryono. Raymond William Aisyah mengemukakan batasan ideologi sebagai berikut: 1 sistem nilai atau gagasan yang dimiliki oleh suatu kelompok atau lapisan masyarakat tertentu; 2 kesadaran atau gagasan yang keliru tentang sesuatu; dan 3 proses-proses yangb bersifat umum dalam produksi makna dan gagasan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa batasan ideologi ini adalah sebuah sistem nilai atau gagasan yang dimiliki oleh sekelompok atau lapisan masyarakat tertentu , termasuk proses-proses yang bersifat umum dalam produksi makna dan gagasan. 16 14 Ibid, h. 50 15 Ibid, h. 51 16 Ibid, h. 56-60