Karakteristik Analisis Wacana Kritis AWK

17 yang dominan mempersuasi dan mengonsumsikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominan yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar sesuai dengan apa yang dikatakan Van Djik. Idiologi dari kelompok dominan hanya efektiif jika didasarkan dengan pada kenyataan bahwa anggota komunikasi termasuk yang didominasi menanggap hal tersebut sebagai kebenaran dan kewajaran. Dalam hal ini kelompok dominasi memanupulasi ideologi kepada kelompok yang tidak mempunyai dominasi melalui kampanye disinformasi seperti demontrasi buruh menyebabkan suatu kerusuhan, yang selalu bertindak kriminal dilakukan melaui kontrol media, dan sebagainya. Apa peranan wacana dalam kerangka ideologi? Jawabannya ideologi terutama dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan individu atau anggota suatu kelompok, ideologi membuat angggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama dan dapat menghubungkan masalah mereka, dan ideologi juga memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dan kohesi di dalam kelompok. Dalam perspektif ini ideologi mempunyai beberapa implikasi penting. Pertama, ideologi secara inheren bersifat sosial, tidak sosial dan tidak individual, ideologi membutuhkan kekerasan di antara para anggota kelompok atau organisasi. Hal ini digunakan untuk membentuk solidaritas dan kesatuan langkah dalam bertindak dan bersikap, misalnya kelompok yang berideologi feminis, antiras, dan sebagainya. Kedua, ideologi meskipun bersifat sosial tetapi digunakan secara internal di antara anggota kelompok atau komunitas. Oleh karena itu, ideologi tidak hanya menyediakan fungsi koordinatif dan kohesi, tetapi juga membentuk identitas diri kelompok dan membedakan dengan kelompok lain. Ideologi di sini bersifat umum, abstrak, dan nilai-nilai yang terbagi antar anggota kelompok untuk menentukan dasar bagaimana masalah harus ditelaah. Dengan pandangan semacam ini, wacana lalu tidak dipahami sebagai sesuatu yang netral dan berlangsung secara alamiah, karena dalam setiap wacana selalu terkandung ideologi untuk mendoniasi dan berebut pengaruh. Oleh karena itu, AWK tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup, tetapi harus melihat konteks terutama bagaimana ideologi dari kelompok-kelompok yang ada tersebut berperan dalam membentuk wacana. Dalam teks misalnya bisa dianalisis apakah teks yang 18 muncul itu merupakan pencerminan dari ideologi seseorang. Apakah dia feminis, antifeminis, kapitalis, sosialis, dan sebagainya. 18

G. Kritik Pembangunan 1. Definisi Pembangunan

Inayatullah, mendefinisikan pembangunan sebagai perubahan menuju pola- pola masyarakat yang lebih baik dengan nilai-nilai kemanusiaan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri. Seers, mendefinisikan pembangunan sebagai suatu istilah teknis, yang berarti membangkitkan masyarakat di negara-negara sedang berkembang dari kemiskinan, tingat melek huruf literacy rate yang rendah, pengangguran, dan ketidakadilan sosial. Rogers, mendefinisikan pembangunan sebagai proses yang terjadi pada level atau tingkatan sistem sosial, sedangkan modernisasi sebagai proses yang terjadi pada level individu. 19

2. Pengertian Kritik Pembangunan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, krtitik diartikan sebagai „tanggapan, analisa, pertimbangan dan penilaian atas sesuatu hal secara mendalam;kupasan;kecaman.‟ 20 Kata kritik berasal dari krinein, bahasa Yunani, yang berarti „menghakimi; „membanding; atau „menimbang; kata krinein menjadi pangkal atau asal kata kreterion yang berarti „dasar; „pertimbangan; dan „penghakiman; orang yang melakukan pertimbangan dan penghakiman itu disebut krites yang berarti „hakim; bentuk krities inilah yang menjadi dasar kata kritik 21 . Berdasarkan dari pengertian tentang kritik di atas penulis menyimpulkan bahwa 18 Ibid, h. 63-65 19 Sumadi Dilla, Komunikasi Pembangunan Pendekatan Terpadu, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2102, h. 57-58 20 Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Jakarta: PT. Media Pustaka Phoenix, 2010, h.499 21 Atra Semi, Kritik Sastra, Bandung: PT. Angkasa, 2013, h. 1 19 kritik pembangunan itu adalah kecaman yang ditujukan untuk pemerintah karena adanya ketidak merataan pembangunan dalam segala bidang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Proses pembangunan terutama bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik secara spiritual, mau pun matrial. Peningkatan taraf hidup masyarakat mencakup suatu perangkat cita-cita yang meliputi hal-hal sebagai berikut: 22 a. Pembangunan harus bersifat rasionalistis b. Adanya rencana pembangunan dan proses pembangunan c. Peningkatan produktivitas d. Peningkatan standar kehidupan e. Kedudukan, peran, dan kesempatan yang sederajat dan sama dibidang politik, sosial, ekonomi dan hukum f. Pengembangan lembaga-lembaga sosial dan sikap dalam masyarakat

3. Cara Melangsungkan Pembangunan

Pembangunan untuk mencapai tujuan tertentu itu, dapat dilakukan melalui cara-cara tertentu. 23 a. Struktural b. Spiritual c. Struktural dan spiritual Syarat yang Ditentukan. Masyarakat harus aktif memecahkan masalah- masalah dan memiliki sikap terbuka bagi pikiran-pikiran dan usaha-usaha baru. Di samping itu, diperlukan adanya kelompok-kelompok yang kreatif, serta massa yang kritis. 24 . Tahap-tahap Pembangunan. Apabila pembangunan dikaitkan dengan tahap-tahapnya, dikenal adanya tahap perencanaan, penerapan, atau 22 Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006, h. 360 23 Ibid, h. 361 24 Ibid, h.362 20 pelaksanaan, dan evaluasi. 25 Kebutuhan Pembangunan. Tujuan pokok pembangunan adalah untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras, adil dan merata. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. 26 Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan tersebut, maka ada tiga hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni: 27 1. Pembangunan iptek harus berada dalam kesimbangan yang dinamis dan efektif dengan pembinaan sumber daya manusia, pengembangan sarana dan prasarana iptek, pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta rekayasa dan produksi barang dan jasa. 2. Pembangunan iptek tertuju pada peningkatan kualitas, yakni untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan hidup bangsa. 3. Pembangunan iptek harus selaras relevan dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup. Penguasaan, pemanfataan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilaksanakan oleh berbagai pihak, yakni: 28 1. Pemerintah, yang mengembangkan dan memanfaatkan iptek untuk menunjang pembangunan dalam segala bidang. 2. Masyarakat, yang memanfaatkan iptek itu untuk pengembangan masyarakat dan mengembangkannya secara swadya. 3. Akademisi terutama dilingkungan perguruan tinggi, mengembangkan iptek untuk disumbangkan kepada pembangunan. 25 Ibid, h.362 26 Omar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1994, h. 21 27 Ibid, h. 22 28 Ibid, h. 23 21

4. Teori Awal Pembangunan: Dari Modernisasi, Ketergantungan Menuju

Satu Dunia Paradigma awal pembangunan yang berlangsung di berbagai negara berkembang miskin merupakan sebuah aksioma yang melekat tentang pembangunan yang dianggap sebagai proses pertumbuhan, proses modernisasi, dan proses distribusi sosial. Berawal dari perbedaan ekonomi dan sosial yang mencolok panca Perang Dunia II, timbulah keinginan kuat untuk mencari solusi dengan konsep dan gagasan mengubah keadaaan menjadi lebih baik. Untuk mencapai ke arah itu diperlukan usaha dan strategis yang progresif agar mampu mengatasi keadaan secara menyeluruh di segala bidang, yang disebut modernisasi. 29

5. Teori Modernisasi

Istilah ˮmodernˮ berasal dari perkataan Latin modernus yang secara harfiah berarti ˮmutakhirˮ atau ˮbaru sajaˮ, yang dapat diartikan pula ˮtidak kunoˮ atau tidak ˮtidak tradisionalˮ. Pendapat mengenai makna sebenarnya dari istilah modern itu di antara para ahli tidak ada yang sama. 30 Teori modernisasi lahir sekitar tahun 1950-an, yang ditandai beberapa momentum penting, yaitu: pertama, terjadinya revolusi intelektual disetiap negara untuk melakukan respons terhadap Perang Dunia II. Kedua terjadinya perang dingin antara negara komunis di bawah pimpinan negara sosialis Uni Soviet USSR yang berideologi kapitalis. Dominasi yang ditunjukan oleh kedua negara tersebut bermuara pada ekspansi wilayah di negara-negara berkembang untuk menerapkan ideologi mereka. Akibatnya, negara-negara saat itu terpolarisasi ke dalam bentuk negara maju-terbelakang Dunia Ketiga, negara kaya-negara miskin, negara sosialis-negara kapitalis, negara pusat-negara pinggiran, dan lain- lain, yang berkembang saat itu seriring dengan perubahan dan kemajuan masyarakat bangsa. 31 Menurut Fakih, Amerika justru merasa khawatir dengan 29 Ibid, h. 64 30 Onong Uhjana Effedy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, h. 96 31 Ibid, h. 66