29
lokal mulai kehilangan legitimasinya, bersamaan dengan rapuhnya pranata- pranata sosial.
55
Sehingga model pendekatan yang berpusat pada rakyat, berasumsi bahwa masyarakat sudah saatnya menggugat struktur dan situasi keterpurukan secara
bertahap. Bersamaan dengan itu, masyarakat melakukan konstruksi ulang bangunan sosial budayanya yang berbau hegemoni. Menyitir pendapat Korten dan
Carner 1993, konsep pembangunan ini menekankan pada upaya penciptaan dan pemberdayaan proses inisiatif dan kreativitas masyarakat sebagai sumber daya
pembangunan yang utama, dan melihat ukuran kesejahteraan materiil dan spiritual sebagai tujuan akhir pembangunan. Lebih jauh Korten dan Carner
mengungkapkan pembangunan yang berpusat pada rakyat sebagai berikut: a.
Penekanan pada dukungan dan pembangunan usaha-usaha swadaya kaum miskin guna menagani kebutuhan mereka sendiri.
b. Kesadaran bahwa kendati sektor modern merupakan sumber utama
pertumbuhan ekonomi yang konvensional, namun sektor tradisional menjadi sumber utama bagi kehidupan sebagaian besar rumah tangga
masyarakat miskin. c.
Kebutuhan akan adanya kemampuan kelembagaan yang baru dalam usaha membangun kemampuan para penerima bantuan yang miskin,
demi pengelolaan yang produktif dan swadaya berdarkan sumber- sumber daya lokal.
Terhadap pendekatan ini rupanya Korten dan Carner secara tegas menyoroti perlunya pengakuan dan dukungan usaha mandiri swadaya, nilai-nilai
tradisional, dan sumber daya lokal dari masyarakat dalam strategi pembangunan.
56
Mengenai hal ini, lebih lanjut Korten menyatakan terdapat tiga dasar perubahan-perubahan struktur dan normatif dalam pembangunan yang berpusat
pada masyarakat yakni: a.
Memusatkan pemikiran dan tindakan kebijakan pemerintah pada penciptaan keadan-keadaan yang mendorong dan mendukung usaha
55
Ibid, h. 105-106
56
Ibid, h. 106
30
rakyat untuk memenuhhi kebutuhan mereka sendiri, dan untuk memecahkan masalah mereka sendiri di tingkat individu, keluarga,
dan komunitas. b.
Mengembangkan strukutur-struktur dan proses organisasi-organisasi yang berfungsi menurut kaidah-kaidah sistem organisasi.
c. Mengembangkan sistem produksi-konsumsi yang diorganisasi secara
teritorial berlandaskan kaidah pemilikan dan pengendalian lokal.
57
9. Krisis Dalam Teori Pembangunan dan Dalam Dunia
a. Krisis Teori dan Teori-teori Krisis
Krisis pembangunan dewasa ini merupakan tantangan bagi teori pembangunan dalam berbagai aspek, satu diantaranya adalah ketika kita tidak
benar-benar punya teori krisis. Teori krisis merupakan krisis itu sendiri, ketidak mampuan kita untuk memahami dengan benar fenomena krisis dalam konteks
proses pembangunan merupakan dakwaan dalam ilmu sosial pada umumnya dan studi pembangunaan pada khususnya.
58
b. Erosi Kepercayaan Diri
Selama 1980-an studi pembangunan ditantang oleh kecenderungan fundamentalis dan pendekatan disiplin tunggal dalam dunia akademik, serta
kecenderungan neokonservatif dalam politik.
59
c. Konsep Mengenai Krisis
Satu isu teoritis, yang sejauh ini belum dibahas secara memuaskan dalam teori pembangunan, adalah fungsi “krisis” dalam proses pembangunan, dan status
teoretis yang aktual dari konsep itu sendiri. Di Eropa, contohnya, era pertumbuhan ekonomi yang stabil dan kurang lebih otomatis tampaknya sudah berlalu,
penggauran telah mencapai tingkat yang lebih tinggi antara 10 dan 15 persen dibanyak negara bahkan selama masa pemulihan belakangan ini, selain itu marak
bermunculan pencarian gaya hidup alternatif, seakan-akan orang merasa bahwa
57
Ibid, h. 106-107
58
Bjorn, Hettne. Teori Pembangunan dan Tiga Dunia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, h. 14-15
59
Ibid, h. 15
31
mereka kehilangan jalan disuat u tempat. Biasanya “krisis” didefinisikan dan
dipahami dengan cara yang berbeda di tempat-tempat yang berbeda di Eropa, konsep ini lebih umum dipakai oleh golongan sayap kiri dan secara khusus
menunjuk pada permasalahan di dalam perkembangan kapitalis.
10. Modernisasi dan Pembangunan Bangsa Nation Building
Krisis dalam teori pembangunan, terjadi bukan karena teori telah sampai pada ajalnya, seperti yang tampaknya diisyaratkan oleh keletihan berteori dewasa ini,
melainkan disebabkan oleh kegagalan menjawab dengan serius pertanyaan lama: pembangunan milik siapa? Para ahli ekonomi pembangunan pada khususnya,
mengalamatkannya pada pemerintah dengan asumsi bahwa pembangunan nasional harus diberi prioritas politis yang paling tinggi, dan bahwa anjuran
mereka akan didengarkan. Selain itu, negara dilihat sebagai suatu unit yang homogen, otonom dari pelaku-pelaku lain, memiliki kekuasaan politik dan
ekonomi, mengendalikan relasi ekonomi eksternal, dan dengan kapasitas tekno administratif dan manajerial yang perlu untuk mengimplementasikan rencana-
rencana Gurrieri 1987. Proyek pembangunan bangsa adalah unik karena alasan yang sederhana yaitu
bahwa proyek itu menggunakan wilayah tertentu dan penduduk tertentu yang tinggal di wilayah tersebut sebagai “alat-alat pembangunan”. Akan tetapi, setaip
proyek pembangunan bangsa mengandung elemen-elemen dasar:
60
1. Kontrol politik dan militer yang ekslusif atas wilayah tetentu.
2. Usaha mempertahankan wilayah ini dari kemungkinan klaim dari luar.
3. Penciptaan kesejahteraan materiil dan legitimasi politik di wilayah ini.
11. Modernitas menurut para ahli
Everett Rogers. “Moderenisasi merupakan proses dengan mana individu berubah dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup lebih kompleks dan maju
secara teknologis serta cepat berubah”. Black mendefinisikan modernisasi sebagai proses dengan mana secara historis lembaga-lembaga yang berkembang
60
Ibid, h. 50-52