orang lain yang mengajak berbicara. Anak dapat merespon terhadap reaksi orang-orang lain yang berhubungan dengannya. Pada saat ini
fungsi pendengaran memegang peranan penting. Apabila anak tuli, maka tidak akan mencapai tahap laling.
Echollia
Suatu proses bicara dimana anak mulai menirukan ucapan orang lain yang ada di sekitarnya. Meskipun anak belum paham terhadap
pembicaraan orang lain di sekitarnya, namun anak ingin memberikan respon terhadap suara yang didengarnya.
True Speech bicara sebenarnya
Pada tahap ini anak dapat berbicara dengan betul, artinya maksud yang dikehendaki anak dengan benda atau hal-hal yang dimaui anak sudah
coco k, misalnya anak mengucapkan ”oti” artinya anak minta roti atau
makan roti. Jadi anak sudah tahu tentang penggunaaan kata untuk maksud sesuatu benda, hanya saja ucapannya belum jelas. Ini biasanya
terjadi pada anak berusia satu tahun.
5. Reaksi Sosial Terhadap Orang Dewasa
Pada masa ini bayi senang sekali bila diajak berhubungan atau berteman oleh orang lain, misalnya diajak berbicara, bermain, dan anak juga sudah
memahami atau menanggapi orang lain yang marah atau yang bersikap ramah. Makin besar anak makin membutuhkan tidak hanya kontak fisik fisical contact
namun juga kontak psikis psychological contact. Kontak fisik dapat diwujudkan dengan menggendong, menggandeng tangan, mengelus rambut, mencium,
memandikan, sedangkan kontak psikis dapat berupa pemberian perhatian, kasih sayang, dorongan. Reaksi orang-orang dewasa di sekitarnya tersebut terhadap
anak akan menambah atau meningkatkan rasa sosial anak terhadap
lingkungannya. Demikian pula pergaulan dengan lingkungan akan sangat berguna bagi anak, karena dengan pergaulan tersebut anak dapat mengenal
pola-pola perilaku dari orang lain yang mungkin akan membentuk pengalaman, dan juga dapat membentuk pola-pola baru bagi dirinya, namun dapat pula pola-
pola baru tersebut bertentangan dengan pola-pola yang ada pada dirinya. Beberapa perilaku penting yang sering muncul pada masa bayi, antara
lain: a.
Imitasi peniruan, yakni bayi senang sekali meniru tingkah laku atau sikap orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya, misalnya menirukan
orang tertawa, tersenyum, cemberut, kata-kata sederhana, tepuk tangan. b.
Shyness perasaan malu, yakni pada masa ini anak mudah sekali merasa malu atau takut terhadap orang-orang yang belum dikenalnya.
Akan tetapi sebaliknya anak menjadi tidak mudah takut atau malu setelah dapat mengenal lebih terhadap orang tersebut.
c. Dependency ketergantungan, yakni anak tidak dapat hidup tanpa
bantuan orang lain. Tanpa berhubungan dengan orang lain anak akan sulit melangsungkan kehidupannya, misalnya kegiatan mandi, makan,
minum, kebutuhan kasih sayang. d.
Acceptance of the authority, menerima kekuatan atau kekuasaan yang melebihi dirinya yang ada di luar dirinya. Hal ini hanya dikenal oleh anak
yang lebih besar. Anak mengenal adanya orang-orang lain yang lebih kuat dari dirinya, sehingga anak dapat mengharapkan sesuatu dari orang
tersebut. Hal ini erat kaitannya dengan dependency.
e.
Rivalry persaingan dan resistant behavior. Resistant behavior bertujuan untuk menunjukkan kekuatan. Dengan adanya saingan-saingan di luar
dirinya, maka anak ingin mencoba mengatasi seberapa besar kekuatan dirinya untuk bersaing atau untuk mengatasi saingan-saingan itu. Dengan
demikian anak mendapat kepuasan, karena dia “mencoba” kemampuannya yang berguna untuk mendorong anak mencoba sesuatu
yang lebih baik. Pada saat anak membutuhkan kontrol dari orang dewasa dan sekitarnya agar tidak mengalami salah perkembangan.
f.
Attention seeking perhatian akan sesuatu. Pada masa ini timbul niat atau kemauan anak untuk mengenal lebih lanjut atas apa yang dilihatnya,
misalnya bermain-main dengan jenggot ayahnya. g.
Cooperation behavior, manifestasi tingkah laku dapat diwujudkan dalam bentuk bermain bersama-sama temannya, bergurau dengan temannya,
bergaul dan bergabung dengan teman-temannya.
6. Pola Bermain Masa Bayi