Teori Perkembangan Moral menurut Further Teori Perkembangan Moral ditinjau dari teori belajar

4. Teori Perkembangan Moral menurut Further

Further dalam Monks, dkk 1982: 256, menyatakan bahwa tingkah laku moral yang sesungguhnya baru timbul pada masa remaja. Menjadi remaja harus mengerti, menjalankan, mengamalkan nilai-nilai. Berarti remaja sudah dapat menginternalisasikan penilaian-penilaian moral, menjadikannya sebagai nilai pribadi. Hal ini nampak dalam sikap dan tingkah lakunya.

5. Teori Perkembangan Moral ditinjau dari teori belajar

Teori ini menolak adanya sifat bawaan dalam perkembangan moral, dan mengemukakan bahwa semua tingkah laku adalah tingkahlaku yang dipelajari. Menurut teori ini kata hati adalah sustu sistem norma yang telah diinternalisasikan menjadi milik pribadi, sehingga tingkahlaku tidak karena hadiah, hukuman atau penguat yang lain, melainkan karena sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan. Berdasarkan kelima teori perkembangan moral ini dapat disimpulkan bahwa proses belajar dan proses perkembangan kognitf, serta perubahan pola hubungan sosial dari masa kanak-kanak ke masa remaja memegang peranan penting dalam perkembangan moral. Dari beberapa hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral antara lain: orang dewasa yang simpatik, orang yang terkenal, tokoh masyarakat yang menjadi idolanya, orangtua, pendidik, teman dan penalaran yang mendasarinya. Di sekolah, pendidik memilki peran yang sangat penting dalam perkembangan moral, karena seorang pendidik dapat mengembangkan nilai-nilai moral kepada peserta didiknya, sebagai berikut: a. memperkenalkan nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat. b. Mengembangkan rasa empati peserta didik, supaya mereka lebih memperhatikan orang lain. c. Membangkitkan perasaan bersalah d. Memperkuat kata hati e. Menciptakan komunikasi antara pendidik dengan peserta didik. Di samping itu pendidik memberikan berbagai informasi yang berhubungan dengan moral, memberikan kesempatan kepada peserta didiknya untuk ikut serta dalam pembicaraan pengambilan suatu keputusan dan dalam pengembangan aspek moral f. Menciptakan lklim lingkungan yang konduksif. Untuk ini pendidik harus memberi model atau contoh mengenai perilaku yang bermoral. Peserta didik selain mempunyai lingkungan sekolah, juga mempunyai lingkungan keluarga, organisasi dan masyarakat. Maka para orangtua, tokoh masyarakat, pimpinan organisasi pramuka, palang merah, karangtaruna, organisasi pemuda lainya harus memberi contoh mengenai perilaku yang bermoral

G. BAHAYA DAN MASALAH-MASALAH PADA MASA REMAJA