1. Teori Psikodinamika
Teori ini memandang akan pentingnya pengaruh lingkungan, terutama lingkungan yang diterima oleh individu pada awal perkembangannya. Lingkungan
awal merupakan pondasi yang menjadi pijakan kuat pada tahun-tahun berikutnya. Komponen yang bersifat sosio-afektif sebagai penentu dinamika
perkembangan individu. Adapun dua ahli yang termasuk dalam pengkajian Teori
Psikodinamika adalah Sigmund Freud dan Erik Erikson.
a. Teori Sigmund Freud
Dalam menguraikan teorinya, Freud mengembangkan satu penjelasan tentang struktur dasar dari kepribadian. Teorinya menyatakan bahwa kepribadian
tersusun dari tiga komponen: id, ego dan superego. Id ada sejak lahir dan terdiri dari instink dan dorongan mendasar yang mencari kepuasan langsung, tanpa
menghiraukan konsekuensinya. Jika tidak dikendalikan, id akan menempatkan individu dalam konflik mendalam dengan orang lain dan masyarakat. Unsur
kedua dari struktur kepribadian adalah ego, yang mulai berkembang selama tahun pertama kehidupan. Ego terdiri dari proses mental, daya penalaran dan
pikiran sehat, yang berusaha membantu id menemukan ekspresi tanpa mengalami masalah. Ego bekerja menurut prinsip realitas. Unsur ketiga dari
struktur kepribadian adalah superego, yang berkembang dari puncak kedewasaan, identifikasi dan model orang tua, serta dari masyarakat. Superego
mewakili nilai-nilai sosial yang tergabung dalam struktur kepribadian dari individu. Ini menjadi kata hati yang berusaha mempengaruhi perilaku untuk menyesuaikan
diri dengan harapan-harapan sosial. Id dan superego sering bertentangan, menyebabkan kesalahan, kegelisahan, dan gangguan. Ego berusaha
memperkecil konflik dengan menjaga keseimbangan dari dorongan instink dan larangan-larangan masyarakat. Menurut Freud, salah satu cara orang
mengurangi atau menghilangkan kegelisahan dan konflik adalah dengan menggunakan mekanisme pertahanan defense mechanism yang merupakan
alat yang dapat mengubah realitas yang ada dengan tujuan untuk memperkecil sakit jiwa psychic pain. Mekanisme pertahanan digunakan secara tak sadar dan
menjadi patologis atau penyakit jika digunakan secara berlebihan. Beberapa mekanisme pertahanan diri adalah ;
1. Repression
penekanan─berkenaan dengan dorongan hati yang tidak pantas dengan mendesaknya ke dalam pikiran tidak sadar.
Dorongan ini terus menyebabkan konflik dan menggunakan pengaruh yang kuat terhadap perilaku kita.
2. Regression
kemunduran─kembali ke bentuk-bentuk awal atau kembali pada kemampuan tahap perkembangan sebelumnya, yaitu
bentuk kekanak-kanakan
dari perilaku
ketika menghadapi
kegelisahan. Misalnya anak yang sudah bersekolah di Sekolah Dasar kembali ngompol atau menghisap ibu jari.
3. Sublimation
─menggantikan perilaku yang tidak disukai atau yang tidak layak dengan perilaku yang diterima secara sosial. Misalnya
remaja yang merasa marah dan ingin sekali memukul temannya, melakukan kegiatan olahraga untuk melampiaskan rasa marah
tersebut 4.
Displacement penggantian─-mengubah emosi yang kuat dari
sumber frustrasi dan melepaskannya kepada obyek atau orang lain. Misalnya, seorang anak yang marah pada temannya, kemudian
melampiaskan perasaannya pada hewan peliharaannya. 5.
Reaction formation
pembentukan reaksi─bertindak
yang sepenuhnya
berlawanan dengan
perasaannya untuk
menyembunyikan perasaan-perasaan atau kecenderungan yang tidak
diterima. Sebagai contoh seseorang yang menyukai orang lain, tetapi justru memperlihatkan perilaku seolah-olah membenci orang yang ia
sukai tersebut. Menurut Freud, mekanisme pertahanan yang paling kuat dan paling
meresap the most powerful and pervasive adalah represi. Represi bekerja menolak dorongan-dorongan id yang tidak diinginkan di luar kesadaran dan
kembali ke pikiran tidak sadar. Represi adalah landasan dari semua mekanisme pertahanan. Adapun tujuan setiap mekanisme pertahanan ialah menekan atau
menolak keinginan-keinginan yang mengancam di luar kesadaran Rice, 2002. Selain mekanisme pertahanan diri, Freud menekankan pentingnya masa
kanak-kanak. Freud berpikir bahwa kepribadian orang dewasa ditentukan oleh cara-cara mengatasi konflik antara sumber-sumber kenikmatan oral, anal, dan
kemudian alat kelamin, serta tuntutan-tuntutan realitas. Bila konflik ini tidak diatasi, individu dapat mengalami perasaan yang mendalam pada tahap
perkembangan psikoseksual
tertentu. Adapun
tahapan perkembangan
psikoseksual pada awal masa kanak-kanak menurut Freud adalah :
Pertama, tahap oral ialah tahap pertama yang berlangsung selama 18
bulan pertama kehidupan, dalam mana kenikamatan bayi berpusat disekitar mulut. Mengunyah, menghisap, dan menggigit adalah sumber utama
kenikmatan. Tindakan-tindakan ini mengurangi tekanan atau ketegangan pada
bayi. Kedua, tahap anal ialah tahap yang berlangsung antara usia 1 dan 3
tahun. Kenikmatan terbesar pada anak meliputi lubang anus atau fungsi pengeluaranpembersihan yang diasosiasikan dengannya. Dalam pandangan
Freud, latihan otot-otot lubang dubur mengurangi tekananketegangan.
Ketiga, tahap phalik ialah tahap yang berlangsung antara usia 3 dan 6
tahun; phallic berasal dari kata latin phallus, yang berarti “alat kelamin laki-laki
penis.” Selama tahap phallic kenikmatan berfokus pada alat kelamin, ketika anak menemukan bahwa manipulasi diri dapat memberi kenikmatan. Dalam
pandangan Freud, tahap phalik memiliki arti khusus dalam perkembangan kepribadian karena selama periode inilah Oedipus complex muncul. Istilah ini
berasal dari mitologi Yunani dimana Oedipus, putra Raja Thebes, tanpa sengaja membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Oedipus complex ialah konsep Freud
pada anak kecil yang mengembangkan suatu keinginan yang mendalam untuk menggantikan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati
afeksi dari orang tua yang berbeda jenis kelamin dengannya. Bagaimana Oedipus complex diatasi? Pada usia kira-kira 5 hingga 6 tahun, anak-anak
menyadari bahwa orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dapat menghukum mereka atas keinginan incest mereka incestuous wishes. Untuk
mengurangi konflik ini, anak mengidentifikasikan diri dengan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya, dengan berusaha keras menjadi seperti orang
tua yang sama jenis kelaminnya itu. Namun, bila konflik tidak teratasi, individu dapat terfiksasi pada tahap phalik
Keempat, tahap laten ialah tahap yang berlangsung antara kira-kira usia
6 tahun dan masa pubertas; anak menekan semua minat terhadap seks dan mengembangkan ketrampilan sosial dan intelektual. Kegiatan ini menyalurkan
banyak energi anak ke dalam bidang-bidang yang aman secara emosional dan menolong anak melupakan konflik pada tahap phallic yang sangat menekan.
Kelima, tahap genital ialah tahap, yang berawal dari masa pubertas dan
seterusnya. Tahap ini ialah suatu masa kebangkitan seksual; sumber kenikmatan seksual sekarang menjadi seseorang yang berada diluar keluarga. Freud yakin
bahwa konflik yang tidak teratasi dengan orang tua terjadi kembali selama masa remaja. Bila teratasi, individu mampu mengembangkan suatu bubungan cinta
yang dewasa dan berfungsi secara mandiri sebagai seorang dewasa.
b. Teori Erik Erikson