Hubungan Teman Sebaya, serta Implikasinya pada Pendidikan Konflik Sosial, serta Implikasinya pada Pendidikan Perilaku Prososial, dan Implikasinya pada Pendidikan

dapat mereka kerjakan, apa yang tidak; kesalahan-kesalahan yang mereka buat; prestasi yang dicapai; serta tantangan-tantangan yang ada dan diterima anak. Jangan melakukan pemujian yang berlebihan terhadap anak.

d. Hubungan Teman Sebaya, serta Implikasinya pada Pendidikan

Anak yang populer umumnya mampu menginterpretasi, memprediksi, dan merespon perilaku orang lain. Mereka disukai dan dicari anak-anak lain sebagai teman, sehingga terlibat dalam interaksi yang makin kompleks. Interaksi demikian dapat makin meningkatkan kemampuan anak, tidak hanya dalam keterampilan sosial, tetapi juga kemampuan kognitifnya. Sementara anak yang ditolak dan diisolasikan oleh anak-anak lain terbukti memiliki keterampilan sosial lebih rendah, dan berakibat pada interaksi yang kurang kompleks dan kurang menyenangkan. Anak prasekolah yang ditolak dapat terjerat dalam lingkaran penolakan yang terus menerus hingga tahun berikut dalam perkembangannya. Apabila anak mengalami kesulitan bergabung dengan teman-teman sebayanya, pendidik dapat bertindak sebagai model dengan memberikan contoh bagaimana cara berpartisipasi dan bergabung dalam kelompoknya.

e. Konflik Sosial, serta Implikasinya pada Pendidikan

Apabila seorang anak tidak dapat mengatasi konflik sosial secara verbal, maka ia akan beralih menggunakan kekerasan fisik untuk mengatasinya. Dalam hal ini, pendidik perlu membantu anak bagaimana cara mengungkapkan perasaannya secara verbal, dan mengatasi konflik sosial yang ada secara verbal pula. Misal, Harap jangan mengambil balok biru itu dari saya, saya membutuhkannya untuk membuat bangunan rumah. Dengan demikian pendidik telah membantu anak menyatakan perasaannya, dan mengatasi situasi konflik sosial dengan model yang baik.

f. Perilaku Prososial, dan Implikasinya pada Pendidikan

Perilaku prososial terlihat apabila anak menunjukkan empati atau altruisme. Anak-anak prasekolah sering menunjukkan perilaku agresif untuk mempertahankan mainannya. Sebagai pendidik penting untuk memberikan model tentang perilaku prososial kepada anak-anak tersebut. Salah satu kunci penting untuk memahami orang lain ialah kemampuan untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku orang dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda. Dengan bermain permainan sosiodrama, pendidik dapat mengajarkan anak untuk mencoba berpikir dari sudut pandang orang lain, yang tidak semata-mata dari sudut pandangnya sendiri.

g. Ketakutan-Ketakutan Anak beserta Implikasinya pada Pendidikan