Perkembangan Intelektual pada Masa Kanak-kanak Awal a. Perkembangan kognisi

sudah dapat memanjat. Antara usia 3 – 4 tahun anak dapat mempelajari sepeda roda tiga dan berenang. Keterampilan kaki lain yang dikuasai anak adalah lompat tali, keseimbangan tubuh dalam berjalan di atas dinding atau pagar, sepatu roda, bermain sepatu es, menari.

c. Implikasinya pada Pendidikan

Sebagai pendidik, anak perlu memperhatikan keseimbangan gizi, agar pertumbuhan anak secara konsisten terjamin berjalan baik.Sehubungan dengan perkembangan motorik tangan, anak dapat dilatih kemandirian yang berkait dengan kehidupan sehari-hari seperti berpakaian sendiri, mandi sendiri, dan lain sebagainya. Selain itu, anak muali dilatih menggunakan gunting, pensil maupun crayon untuk mengembangkan keterampilan motorik halusnya. Untuk perkembangan motorik kaki, anak dapat distimulasi dengan permainan sepeda roda tiga, bermain bola, dan permainan lain yang banyak mengaktifkan kaki.

2. Perkembangan Intelektual pada Masa Kanak-kanak Awal a. Perkembangan kognisi

Pada masa kanak-kanak awal, anak berpikir konvergen menuju ke suatu jawaban yang paling mungkin dan paling benar terhadap suatu persoalan. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak pada masa kanak-kanak awal berada pada tahap perkembangan praoperasional 2 – 7 tahun, istilah praoperasional menunjukkan pada pengertian belum matangnya cara kerja pikiran. Pemikiran pada tahap praoperasional masih kacau dan belum terorganisasi dengan baik Santrock, 2002, yang sering dikatakan anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Adapun ciri-ciri berpikir pada tahap praoperasional adalah sebagai berikut: a. Anak mulai menguasai fungsi simbolis; sebagai akibatnya, anak mulai mampu bermain pura-pura pretend play, disamping itu penguasaan bahasa menjadi semakin sistematis. b. Terjadi tingkah laku imitasi; anak suka melakukan peniruan besar- besaran, terutama pada kakak atau teman yang lebih besar usianya dan dari jenis kelamin yang sama. Tingkah laku imitasi ini dilakukan secara langsung maupun tertunda. Pada tingkah laku imitasi tertunda, anak setelah melihat tingkah laku orang lain, tidak langsung menirukan, melainkan ada rentangan waktu beberapa saat baru menirukan. c. Cara berpikir anak egosentris; yaitu suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif sudut pandang seseorang dengan perspektif orang lain Santrock,2002. Sebagai contoh, ketika Mary ditelpon ayahnya dan ditanya apakah ibunya ada, Mary mengangguk- angguk. Dalam hal ini Mary tidak dapat mengerti bahwa anggukannya tidak dapat dilihat oleh ayahnya yang ada di suatu tempat yang jauh dari dirinya. d. Cara berpikir anak centralized, yaitu terpusat pada satu dimensi saja Monks dkk., 1998. Sebagai contoh, pada suatu eksperimen, anak dipertunjukkan dua buah gelas A dan B yang sama diameter dan tingginya, pada kedua gelas itu diisi air jeruk yang sama banyaknya, kemudian anak ditanya air jeruk yang ada di gelas A dengan gelas B mana yang lebih banyak, maka anak dengan cepat menjawab: “sama banyaknya”. Jawaban ini didasarkan pada pandangan tentang garis sejajar yang ditariknya dari permukaaan air jeruk yang ada di gelas A dan gelas B. Setelah itu dengan disaksikan anak, air jeruk yang ada di gelas B dituangkan ke dalam gelas C yang diameternya lebih kecil, tetapi lebih tinggi, kemudian anak ditanya lagi, mana yang lebih banyak antara air jeruk yang ada di gelas A dengan gelas C. Dengan cara yang sama dari sebelumnya, anak menjawab bahwa air jeruk di gelas C lebih banya, karena permukaannya lebih tinggi. Dalam hal ini anak mengabaikan dimensi lebar gelas, dan hanya memperhatikan dimensi tinggi dari gelas. Cara berpikir seperti ini dikatakan belum menguasai gejala konservasi. e. Berpikir tidak dapat dibalik; operasi logis anak pada masa ini belum dapat dibalik. Sebagai contoh, Adi ditanya: “Adi, kamu punya saudara tidak?”, jawab Adi: “punya”. Setelah itu Adi ditanya lagi, “Siapa nama saudaramu?”, Adi menjawab: “Mita”, kemudian sekali lagi Adi ditanya:”Apakah Mita mempunyai saudara?”, adi menjawab: “Tidak”. Dalam hal ini Adi tidak sadar bahwa dirinyalah saudara Mita Monks dkk., 1998 f. Berpikir terarah statis, artinya dalam berpikir anak tidak pernah memperhatikan dinamika proses terjadinya sesuatu. Dari ciri-ciri berpikir yang sudah diuraikan tersebut menunjukkan bahwa cara berpikir anak masih banyak kekurangannya.

b. Perkembangan bahasa dan bicara