6. Media Audio Visual sebagai Sumber Belajar
Belajar mengajar merupakan proses mengelola sejumlah nilai untuk disampaikan kepada peserta didik. Melalui nilai-nilai tersebut
memungkinkan adanya perubahan yang terjadi setelah proses belajar. Seperti yang dikatakan oleh Robert M. Gagne, learning
is a process of which certain kinds of living organisms are capable-many animals, including human beings, but not plants.
It is a process which enables these organisms to modify their behavior fairly rapidly in a more or less permanent way, so
that the same modificatiuon does not have to occur again and again in each new situation.
36
Nilai-nilai yang disampaikan tersebut berasal dari berbagai sumber belajar, antara lain yaitu manusia, buku, perpustakaan, media
massa, dan lingkungan. Untuk menyampaikan sumber belajar tersebut diperlukan media sebagai alat menyampaikan nilai-nilai tersebut.
Media yang digunakan untuk menyampaikan sumber belajar disebut media pendidikan.
Media pendidikan
sangat membantu
guru dalam
menyampaikan materi dalam proses pembelajaran. Karena selain sebagai alat bantu berkomunikasi guru dengan siswa media juga media
juga digunakan sebagai alat untuk merangsang motivasi siswa dalam belajar. Penggunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar
bertujuan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut media pendidikan yang digunakan tidak
harus mahal yang sederhana pun bisa digunakan. Gurulah yang harus pandai menggunakan media pendidikan, selain itu guru juga harus
36
Robert M. Gagne, Essentials of learning for instruction, California: The Dryden Press, 1974, cet.I, h. 5.
mampu memanipulasi media sebagai pengantar atau perantara informasi dari sumber belajar yang disampaikan kepada peserta didik.
Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar abad pertengahan ke-20 alat visual untuk mengkonkritkan ajaran ini
dilengkapi dengan digunakannya alat audio sehingga kita kenal adanya alat audio visual atau audio visual aids AVA.
37
Media audio visual berkaitan dengan indera penglihatan dan pendengaran. Pesan yang
disampaikan dalam media visual disampaikan dalam lambang-lambang grafis dan audio, baik verbal maupun non-verbal. Media audio visual
memiliki kelebihan sebagai berikut; 1 Harganya lebih murah dan relative popular, 2 Dapat mengembangkan daya imajinasi, 3 Dapat
mengatasi ruang dan waktu, 4 Dapat menyajikan pengalaman dunia luar ke dalam kelas, 5 Merangsang partisipasi aktif siswa, 6 Siaran
yang aktual dapat memberikan kesegaran, 7 Program dapat diputar ulang kembali.
7. Rekaman Wawancara Sebagai Sumber Belajar
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab antara pewawancara dengan narasumber untuk meminta keterangan,
informasi, atau pendapat mengenai suatu hal. Sedangkan rekaman adalah
suatu proses
mencatat, mendokumentasikan,
atau mengabadikan sesuatu hal baik yang bersifat audio maupun audio
visual. Dapat disimpulkan bahwa rekaman wawancara adalah suatu dokumentasi kegiatan wawancara.
Rekaman wawancara yang bersifat audio visual dapat digunakan sebagai salah satu media pendidikan. Media tersebut dapat
dikelompokan sebagai media pendidikan audio visual karena dapat
37
Sadiman. Op.Cit., h.7.
dirasakan dengan setidak-tidaknya dua alat indera yaitu indera pendengaran dan indera penglihatan. Pesan yang disampaikan melaui
media audio visual dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif baik verbal maupun nonverbal. Pengajaran melalui media audio visual
bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor, film, tape recorder, dan proyektor.
D. Penelitian yang Relevan
Berikut ini hasil penelitian yang relevan dari beberapa mahasiswa mengenai keterampilan menulis teks berita. Skripsi
Eliawat i dengan judul penelitian”Peningkatan Kemampuan Menulis
Teks Berita Melalui Latihan Paragraf Rumpang Siswa KelasVII SMP Negeri 243 Jakarta”.
38
Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta.
Dari hasil skripsi tersebut dapat dilihat meningkatnya perolehan nilai siswa pada kompetensi menulis teks berita siswa pada
siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan sebesar 4. Pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 62,43 dan pada siklus II
mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 66,43. Akan tetapi, dari hasil skripsi ini dijelaskan bahwa ada beberapa siswa yang
mengalami kekurangan pada aspek kebahasaan. Oleh karena itu, dalam skripsinya peneliti menyarankan dan memberikan latihan yang cukup
kepada siswa dalam menulis teks berita melalui paragraf rumpang. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kompetensi siswa
kelas VII SMP Negeri 243 Jakarta dalam menulis teks berita mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran menulis teks
38
Eliawati, Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita Melalui Latihan Paragraf Rumpang Siswa KelasVII SMP Negeri 243 Jakarta, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta,2007.
berita melalui latihan paragraf rumpang. Selain itu ada juga beberapa siswa yang masih kurang pada aspek kebahasaan.
Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan peneliti di atas terletak pada metode yang digunakan dalam proses pembelajaran
menulis teks berita. Penulis melakukan penelitian keterampilan menulis teks berita dengan menggunakan media rekaman wawancara
sedangkan Eliawati menggunakan metode latihan paragraf rumpang dalam proses pembelajaran menulis teks berita.
Selain penelitian yang dilakukan oleh Eliawati, ada juga penelitian yang dilakukan oleh Tania Zainiyah dengan judul skripsi
“Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VII SMP Negeri I
Bojonggede 2009”.
39
Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta.
Hasil penelitiannya adalah pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terbukti efektif meningkatkan kemampuan menulis
teks berita. Berdasarkan penelitian, dapat diketahui bahwa kelas ekperimen mencapai skor rata-rata yang lebih besar jika dibandingkan
dengan skor rata-rata kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diperoleh skor rata-rata postes 75,53 sedangkan pada kelas kontrol hanya
memperoleh skor rata-rata 64,43. Selain itu, kemampuan menulis teks berita yang lebih besar terjadi pada semua siswa di kelas eksperimen
100, sedangkan di kelas kontrol terdapat 4 orang siswa yang tidak mengalami perubahan, jadi hanya 26 siswa yang mengalami perubahan
86,67.
39
Tania Zainiyah, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VII SMP Negeri I Bojonggede, Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta,2009.