Ciri-Ciri Bahasa Jurnalistik Teks Berita

12. Menghindari kata tutur Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari- hari secara informal. 13. Menghindari kata dan istilah asing Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan makna setiap makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif dan komunikatif juga membingungkan. 14. Pilihan kata diksi yang tepat Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif tetapi juga tidak boleh keluar dari asa efektivitas. Artinya setiap kata yang dipilih, memang tepat dan akurat, sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khalayak. 15. Mengutamakan kalimat aktif Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. 16. Menghindari kata atau istilah teknis Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut. 17. Tunduk kepada kaidah etika Salah satu fungsi utama pers adalah edukasi, mendidik to education, fungsi ini bukan saja harus tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikel-artikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya.

8. Menulis Teks Berita

Hal yang paling mendasar sebelum seseorang menulis berita adalah bagaimana cara seseorang memulainya? Pertanyaan ini kadang membuat kita binggung bagaimana memulai menulis sebuah berita. Kebiggungan ini kadang berdampak pada rasa spikologis seperti, seseorang jadi tidak percaya diri, takut atau khawatir tulisannya dianggap, dan akhirnya dari dampak spikologis tersebut membuat seseoran jadi tidak pernah melakukannya. Untuk bisa keluar dari permasalahan tersebut, seseorang harus memulai membangun mental serta menumbuhkan rasa percaya diri kita. Kedua sikap tersebut dapat tumbuh dengan kita membiasakan diri untuk membaca, berdiskusi, dan latihan menulis. Apabila kebiasan tersebut sudah sering dilakukan maka tanpa disadari kemampuan menulis akan tumbuh dengan sendirinya. Untuk mengawali dalam menulis berita tentukanlah sebelumnya topik yang akan ditulis. Apabila telah menemukan topik buatlah sebuah autline mengenai apa yang akan ditulis. Autline ini bertujuan sebagai peta sehingga hasil tulisan sesuai dengan apa yang dimau. Setelah kedua hal tersebut dikuasai mulailah memasuki tahapan berikutnya yaitu langkah-langkah dalam menulis berita. Mudrajad Kuncoro menjelaskan empat langkah dalam penulisan berita. Keempat bagian tersebut meliputi 1 judulwajah yang mencerminkan tema; 2 lead sapaanpendahuluan yang memancing minat dan gairah; 3 tubuh yang ramping dan dinamis; 4 penutup bergaya pamit. Judul haruslah mencerminkan isi tulisan, selain itu judul juga harus menarik perhatian bakal pembaca, karena siapa yang akan membaca tentu pasti akan membaca judul terlebih dahulu. Oleh karena itu judul harus dibuat semenarik mungkin agar dapat mengundang rasa keingintahuan seseorang mengenai apa yang disajikan. Lead dapat diartikan “pendahuluan”, lead mempunyai peranan penting karena berada diawal alinea. Karena Posisi lead berada diawal alinea maka lead berfungsi sebagai sapaan kepada pembaca. Umumnya Lead adalah kalimat atau paragraph dapat menggugah selera pembaca dari keseluruhan tubuh tulisan. Oleh karena itu lead haruslah mengenai suatu informasi yang penting dari keseluruhan isi berita. Dalam membuat lead tidaklah harus terpaku pada posisi lead yang letaknya diawal alinea. Lead dapat dibuat setelah tulisan selesai, caranya yaitu dengan mengkopi paragraf yang dianggap penting dari tubuh tulisan tersebut. Selanjutnya memoles paragraf tersebut sedemikian rupa menjadi kalimat yang benar-benar baru. Tubuh yang ramping dan dinamis letaknya berada setelah judul dan lead. Hal-hal yang menarik sebelumnya telah dasampaikan pada judul dan lead. Maka dapat dikatakan bagian ini merupakan sisa-sisa perihal yang menarik. Agar tubuh tulisan tidak kehilangan hal yang menarik maka perlu adanya pemolesan alinea demi alinea agar tampak menarik. Kalimat tersusun membentuk sebuah alinea. Dalam alinea terdapat gagasan yang ingin disampaikan oleh penulisnnya. Gagasan tersebut disampaikan oleh satu kalimat dan selajutnya didukung oleh penjelasan kalimat lainnya. Seperti halnya pada satu alinea pada kalimat pertama menegaskan „‟apa‟‟ yang akan diceritakan dalam bentuk gagasan, gambaran, atau definisi. Selanjutnya kalimat kedua menjelaskan mengenai hal yang tersirat pada kalimat yang sebelumnya. Hal keterkaitan tersebut terus berlanjut hingga membentuk satu gagasan dalam satu alinea. Sehingga berlanjut hal yang lebih besar lagi yaitu susunan alinea yang membentuk suatu tema atau topik. Susunan-susunan ini bertujuan agar pembaca mempunyai gambaran yang jelas tentang gagasan atau tema yang jelas dalam satu bacaan. Penutup bergaya pamit biasanya dibuat pada satu alinea baru dan terasa sebagai alinea akhir. Gaya pamit ini bisa dihasilkan dengan menyelipkan kata demikian, saatnya, jadi, inilah, oleh karena itu, atau maka. Seperti contoh apabila menggunakan kata akhirnya kata ini memberikan kesan pamit, asal setelah kata tersebut diikuti dengan nada yang menurun.

C. Media Pendidikan

1. Hakikat Media Pendidikan

Secara bahasa media, berasal dari bahasa Latin medius yang artinya tengah, perantara, atau pengantar. Sedangkan dalam bahasa Arab media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Hal tersebut sama seperti halnya yang diungkapkan oleh Sudarwan, media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. 28 Sedangkan Azhar Arsyad menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. 29 Hal yang sama juga dinyatakan oleh Arsyad, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat 28 Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, cet.I, h. 7. 29 Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, Jakarta: CV.Rajawali, 1986, cet.I, h. 7.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MEDIA TEKS WAWANCARA PADA SISWA SMA TARUNA MANDIRI PAMULANG – TANGERANG SELATAN

0 4 115

Kemampuan menulis karangan deskripsi berdasarkan teks wawancara siswa kelas VII A MTS Al Jamhuriyah Kecamatan Cinere, Kota Depok

4 76 86

Hubungan Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di SMP Islamiyah Sawangan Depok

1 9 91

Supervisi klinis dalam mengantisipasi konflik di SMP Islamiyah Sawangan Depok

0 4 104

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA TEKS WAWANCARA PADA SISWA KELAS VII SMP Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Menggunakan Media Teks Wawancara Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Sjarbini Gesi Sragen Tahun A

0 1 15

PENDAHULUAN Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Menggunakan Media Teks Wawancara Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Sjarbini Gesi Sragen Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 7

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA TEKS WAWANCARA PADA SISWA KELAS VII SMP Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Menggunakan Media Teks Wawancara Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Sjarbini Gesi Sragen Tahun A

0 2 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN MEDIA TEKS WACANA DIALOG PADA SISWA KELAS VIIA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN MEDIA TEKS WACANA DIALOG PADA SISWA KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA.

0 0 14

Peningkatan Keterampilan Menulis Hasil Wawancara Menjadi Bentuk Narasi dengan Teknik Menulis Berita Siswa Kelas VII F SMP Negeri 01 Kandeman, Batang Tahun Ajaran 2008/2009.

0 0 233

KEEFEKTIFAN TEKNIK DICTOGLOS PADA PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA.

0 0 176