Hak Asasi Manusia dan Penyandang Disabilitas

Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul 17 oleh suasana, sehingga membuat kesulitan bagi diri sendiri maupun orang lain. i. “Autis” adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. j. “Gangguan mental Psikotik” adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau aneh. k. “Epilepsi” adalah penyakit saraf menahun yang menimbulkan serangan mendadak berulang-ulang tak beralasan. l. “tourette’s syndrome” adalah kelainan saraf yang muncul pada masa kanak-kanak yang dikarakteristikan dengan gerakan motorik dan suara yang berulang serta satu atau lebih tarikan saraf yang bertambah dan berkurang keparahannya pada jangka waktu tertentu.

3. Hak Asasi Manusia dan Penyandang Disabilitas

Berakhirnya Perang Dunia II telah menggerakkan suatu kegiatan untuk memajukan hak asasi manusia sebagai angenda internasional. Perkembangan dan pemajuan HAM sangat cepat, hal ini dapat dilihat dari konsep dan perangkat hukum yang mengaturnya. Sehingga pada akhir abad 20 hampir seluruh masalah yang berhubungan dengan pemenuhan HAM menjadi hal penting dalam tatanan Negara demokrasi. Hak asasi dianggap sebagai konsep etika politik modern dengan gagasan inti adanya tuntutan moral bagaimana manusia Warga Negara diperlakukan oleh manusia yang lain Pemerintah. Hal ini dilakukan agar perlindungan terhadap manusia Warga Negara dapat dilakukan dari kesewenangan manusia yang lain Pemerintah. Pengertian Hak Asasi Manusia yang temuat dalam piagam Hak Asasi Manusia secara kodrati, universal dan abadi sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul 18 diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, hak kesejahteraan, yang karena itu tidak boleh dilanggar dan dirampas oleh siapapun juga. Berdasarkan DUHAM Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, penertian Hak Asasi Manusia adalah : Semua orang termasuk penyandang disabilitas dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikarunai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul dengan satu sama lain dalam semangat persaudaraan. Klasifikasi Hak Asasi Manusia meliputi: a. Hak Individu, hak yang dimiliki masing – masing orang. b. Hak Kolektif ; hak masyarakat yang hanya dapat dinikmanti secara berasama – sama, seperti hak akan perdamaian, hak pembangunan, hak akan mendapatkan lingkungan hidup yang bersih. c. Hak Sipil dan Politik; yang temuat dalam International Covenan Politic and Sipil Right yang terdiri dari 33 pasal. Yang termasuk Hak ini adalah hak atas kebebasan berfikir, berkeyakinan dan beragama, dan sebagainya. d. Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya; yang termuat dalam International Covenent on Economic, Social and Culture Right yang terdiri dari 13 pasal. Termasuk dalam hak ini adalah Hak untuk mendapatkan pekerjaan, Pendidikan, non diskriminasi, dan sebagainya. Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas muncul sebagai respon atas situasi pelaksanaan hak asasi manusia di kalangan penyandang disabilitas. Sejumlah Konvensi Internasional terkait hak asasi manusia telah muncul, namun kenyataannya hak-hak penyandang disabilitas masih terpinggirkan, belum menjadi arus utama kebijakan berbagai negara. Berdasarkan kondisi tersebut maka disusunlah Konvensi Internasional Mengenai Hak-hak penyandang Disabilitas yang dimasudkan untuk mengingatkan, mengulang kembali, dan menegaskan hak-hak setara yang dimiliki penyandang disabilitas yang sebenarnya sudah diatur dalam berbagai Konvensi Interbasional. Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul 19

B. Kajian terhadap asasprinsip yang harus digunakan dalam perumusan Peraturan Daerah ini:

Kenvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas menegaskan prinsip-prinsip yang harus menjadi acuan pelaksanaan Konvensi, yakni: 1. penghormatan atas martabat yang melekat, otoritas individual termasuk kebebasan untuk menentukan pilihan dan kemandirian orang-orang; 2. nondiskriminasi; 3. partisipasi dan keterlibatan penuh dan efektif dalam masyarakat; 4. penghormatan atas perbedaan dan penerimaan orang-orang penyandang disabilitas sebagai bagian dari keragaman manusia dan rasa kemanusiaan; 5. kesetaraan kesempatan; 6. aksesibilitas; 7. kesetaraan antara laki-laki dan perempuan; dan 8. penghormatan atas kapasitas yang berkembang dari penyandang disabilitas anak dan penghormatan atas hak penyandang disabilitas anak untuk melindungi identitas mereka. Prinsip-prinsip di atas merupakan prinsip dasar dalam pelaksanaan hak asasi manusia penyandang disabilitas. Artinya tanpa menjalankan prinsip tersebut maka hak-hak penyandang disabilitas akan sulit diwujudkan karena penyandang disabilitas akan terus terpinggirkan dalam isu hak asasi manusia. Oleh karena itu prinsip-prinsip tersebut harus menjadi prinsip dalam merumuskan norma aturan ketika menyusun dan melaksanakan peraturan daerah.

C. Praktik Empiris

1. Temuan Penelitian

a. Hak Hidup

1 Masih adanya praktek aborsi terhadap janin yang mengalami disabilitas. 2 Keberadaan virus yang mengakibatkan peluang 70 janin menjadi disabilitas.