Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul
81 tindak kekerasan eksploitasi dan dan diskriminasi. Kelompok tersebebut meliputi
keluarga, anak, perempuan, lanjut usia, penyandang cacat baca: penyandang disabilitas, dan tuna sosial. Lingkup pelayanan kesejahteraan sosial yang
diberikan meliputi Pasal 20: perawatan, bantuan sosial, bimbingan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan dan pelatihan, pelayanan bantuan hukum,
pelayanan administrasi kependudukan, pemeliharaan taraf kesejahteraan, dan perlindungan sosial khusus lainnya. Di samping itu juga pelayanan publik berupa
aksesibilitas sarana umum dan lingkungan, aksesibilitas sarana dan prasarana transportasi, dan kemudahan dalam mendapatkan layanan publik.
Dilihat dari tbentuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial di atas, Perda ini memang telah mengatur berkait hak-hak penyandang disabilitas, tetapi
pengaturannya belum secara secara komprehensif dan rinci. Bagaimana layanan atau hak-hak itu diberikan belum diatur. Dengan demkian Perda ini belum
memadai sebagai instrumen hukum untuk penguatan hak-hak penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul.
B. Pembahasan
Sebagian besar peraturan perundang-undangan yang dikaji belum mengatur mengenai hak-hak penyandang disabilitas. Adapun peraturan yang
sudah mengatur mengenai hak-hak penyandang disabilitas, materi yang diatur belum meliputi semua aspek hak-hak penyandang disabilitas yang tercantum
dalam Konvensi Mengenai Hak-hak penyandang Disabilitas.. Pengaturan juga belum mencakup upaya penjabaran tanggung jawab negara dalam rangka
pemajuan, penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan hak asasi penyandang disabilitas secara komprehensif.
Peraturan perundang-undangan sektoral masih sebatas menyebutkan hak asasi penyandang disabilitas yang terkait dengan sektornya dan belum
memuat Structure of The Policy dan Culture of The Policy
. Bahkan ada yang tidak secara tegas memuat pengaturan tentang pemenuhan dan perlindungan hak-hak
penyandang disabilitas. Antar Peraturan Perundang-undangan sektoral masih belum tampak kesesuaiannya. Masing-masing sector belum saling mengkaitkan
Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul
82 untuk memperkuat hak-hak penyandang disabilitas.
Keberadaan Perauran Daerah DIY Nomor 4 Tahun 2012 dan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul belum sepenuhnya mengadopsi ketentuan yang diatur
dalam Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas. Di sisi lain materi yang telah diatur masih bersifat umum sehingga pelaksanaanya memerlukan
penjabaran yang lebih rinci. Oleh karena itu belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan hukum dalam rangka penguatan hak-hak penyandang
disabilitas di Kabupaten Bantul.
Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul
83
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
A. LANDASAN FILOSOFIS
Berdasarkan perspektif kebudayaan, pembangunan merupakan proses pembudayaan manusia. Perspektif ini melihat manusia secara individu
sebagai pusat
pembangunan. Sebagai
pusat pembangunan
maka pembangunan yang dilakukan atau kebijakan yang dibuat harus
memperhatikan kepentingan warga negaranya, tanpa ada pengecualian terhadap suatu kelompok warga. Hal tersebut selaras dengan pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, bahwa negara dibentuk antara lain untuk melindungi, mencerdaskan, dan memajukan kesejahteraan warga negaranya.
Penegasan itu merupakan nilai yang seharusnya mendasari penyelenggaraan negara baik di tingkat nasional maupun daerah. Pada dasarnya pembangunan
yang berperspektif kebudayaan adalah pembangunan yang memajukan, menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak warga negara. Penyandang
disabilitas sebagai manusia sudah seharusnya mendapat perhatian, terutama terkait pemecahan permasalahan yang dihadapinya. Setiap warga negara
yang mempunyai hak dan kewajiban yang setara, harkat dan martabat yang sederajat yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara 1945 serta
mempunyai peran dan kedudukan yang sama dalam hak asasi manusia. Kabupaten Bantul mempunyai slogan “Projo Tamansari”. Projo
Tamansari merupakan singkatan dari profesional, ijo royo-royo, tertib, aman, sehat dan asri. Rangkaian kata tersebut dapat dijabarkan bahwa pemerintah
bekerja sungguh-sungguh, rakyat makmur dan sehat, lingklungan tertib, aman dan asri. Slogan ini kiranya juga dapat menjadi dasar komitmen dari
semua pemangku kepentingan dalam memperkuat hak-hak penyandang disabilitas.