Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul
49
mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya. Ini berarti bahwa hanya
penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental serta miskin yang mendapat asuransi kesejahteraan social. Mereka yang tidak miskin tidak
mendapatkannya. Jenis disabilitas lainnya juga tidak mendapatkan asuransi ini. Sekali lagi, ini juga diskriminasi.
Undang-undang ini, melalui pasal 15, juga mengamanatkan tentang adanya bantuan social dalam bentuk aksesibilitas. Aksesibilitas adalah hal yang
sangat dibutuhkan dan merupakan hak penyandang disabilitas. Dalam Pasal 17, juga disebutkan tentang bantuan hukum kepentingan
warga negara--termasuk di dalamnya adalah penyandang disabilitas--yang menghadapi masalah hukum dalam pembelaan atas hak, baik di dalam maupun di
luar pengadilan
20. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
Dalam UU ini ada beberapa pasal yang terkait kepentingan penyandang disabilitas, salah satunya Pasal 45 yang menyatakan bahwa salah satu fasilitas
pendukung penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan manusia usia lanjut.
Pada Pasal 80 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dinyatakan bahwa Surat Izin Mengemudi D berlaku untuk mengemudikan kendaraan khusus bagi
penyandang cacat. Kemudian dalam Pasal 242 juga diamanatkan agar pemerintah pusat,
pemerintah daerah, danatau perusahaan angkutan umum wajib memberikan perlakuan khusus di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada penyandang
disabilitas. Bahkan apabila amanat tersebut tidak dilaksanakan, maka pihak terkait dapat dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis, denda
administratif, pembekuan izin, hingga pencabutan izin, sebagaimana disebut dalam Pasal 244.
21. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul
50 menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
danatau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pasal 4 menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus
berasaskan kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan tidak
diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu dan kecepatan, kemudahan, dan
keterjangkauan. Sejalan dengan isi
Convention on the Rights of Persons with Disabilities
yang kemudian di sahkan melalui Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011, pada pembukaan poin v yang
mengakui
pentingnya aksesibilitas kepada
lingkungan fisik, sosial, ekonomi dan kebudayaan, kesehatan dan pendidikan,
serta informasi dan komunikasi, yang memungkinkan penyandang disabilitas untuk menikmati sepenuhnya semua hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental. Maka Perlu penjaminan negara terhadap penyandang disabilitas atas penyelenggaraan pelayanan publik yang merupakan penghormatan asas
persamaan atau tidak diskrimatif bagi penyandang disabilitas. Asas-asas aksesibilitas yang telah dijelasakan pada bab sebelumnya
dikuatkan kembali dalam Pasal 29 ayat 1 dan ayat 2 yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan diwajibkan memberikan pelayanan dengan perlakuan
khusus kepada anggota masyarakat tertentu termasuk penyandang disabilitas sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta pemanfaatan sarana,
prasarana, danatau fasilitas pelayanan publik dengan perlakuan khusus atau bagi para penyandang disabilitas dilarang dipergunakan oleh orang lain yang tidak
berhak.
22. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan