Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul
83
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
A. LANDASAN FILOSOFIS
Berdasarkan perspektif kebudayaan, pembangunan merupakan proses pembudayaan manusia. Perspektif ini melihat manusia secara individu
sebagai pusat
pembangunan. Sebagai
pusat pembangunan
maka pembangunan yang dilakukan atau kebijakan yang dibuat harus
memperhatikan kepentingan warga negaranya, tanpa ada pengecualian terhadap suatu kelompok warga. Hal tersebut selaras dengan pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, bahwa negara dibentuk antara lain untuk melindungi, mencerdaskan, dan memajukan kesejahteraan warga negaranya.
Penegasan itu merupakan nilai yang seharusnya mendasari penyelenggaraan negara baik di tingkat nasional maupun daerah. Pada dasarnya pembangunan
yang berperspektif kebudayaan adalah pembangunan yang memajukan, menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak warga negara. Penyandang
disabilitas sebagai manusia sudah seharusnya mendapat perhatian, terutama terkait pemecahan permasalahan yang dihadapinya. Setiap warga negara
yang mempunyai hak dan kewajiban yang setara, harkat dan martabat yang sederajat yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara 1945 serta
mempunyai peran dan kedudukan yang sama dalam hak asasi manusia. Kabupaten Bantul mempunyai slogan “Projo Tamansari”. Projo
Tamansari merupakan singkatan dari profesional, ijo royo-royo, tertib, aman, sehat dan asri. Rangkaian kata tersebut dapat dijabarkan bahwa pemerintah
bekerja sungguh-sungguh, rakyat makmur dan sehat, lingklungan tertib, aman dan asri. Slogan ini kiranya juga dapat menjadi dasar komitmen dari
semua pemangku kepentingan dalam memperkuat hak-hak penyandang disabilitas.
Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul
84
B. LANDASAN SOSIOLOGIS
Tidak ada angka yang pasti berapa sebenarnya jumlah penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul karena belum ada pendataan atau sensus
secra khusus yang menjangkau seluruh penyandang disabilitas. Namun diperkirakan, pada tahun 2007 jumlah penyandang disabilitas telah mencapai
7.169 orang sorotbantul.com, 2014. Jumlah ini masih jauh dari prevalensi penyandang disabilitas yang menurut WHO dapat mencapai 15 dari
populasi. Saat ini jumlah penduduk Kabupaten Bantul lebih dari 1 juta jiwa. Secara umum penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul,
sebagaimana telah diuraikan dalam BAB III masih mengalami hambatan- hambatan yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Masih banyak keluarga
yang menyembunyikan dan membatasi anaknya karena alasan sebagai penyandang disabilitas. Masih terdapat perilaku diskriminatif tang dilakukan
oleh penyrdia layanan public, sara dan prasarana umum kurang mendukung kebutuhan mobilitasnya dan mengekspreikan diri. Akibatnya penyandang
disabilitas tidak mendapatkan hak-haknya untuk mengembangkan diri sebagaimana warga negara lainnya. Hanya sekitar 60 penyandang
disabilitas yang dapat menikmati pendidikan dan hanya 20 penyandang disabilitas yang mempunyai pekerjaan atau melakukan usaha mandiri.
C. LANDASAN YURIDIS