Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul 50 menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, danatau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pasal 4 menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus berasaskan kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. Sejalan dengan isi Convention on the Rights of Persons with Disabilities yang kemudian di sahkan melalui Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011, pada pembukaan poin v yang mengakui pentingnya aksesibilitas kepada lingkungan fisik, sosial, ekonomi dan kebudayaan, kesehatan dan pendidikan, serta informasi dan komunikasi, yang memungkinkan penyandang disabilitas untuk menikmati sepenuhnya semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental. Maka Perlu penjaminan negara terhadap penyandang disabilitas atas penyelenggaraan pelayanan publik yang merupakan penghormatan asas persamaan atau tidak diskrimatif bagi penyandang disabilitas. Asas-asas aksesibilitas yang telah dijelasakan pada bab sebelumnya dikuatkan kembali dalam Pasal 29 ayat 1 dan ayat 2 yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan diwajibkan memberikan pelayanan dengan perlakuan khusus kepada anggota masyarakat tertentu termasuk penyandang disabilitas sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta pemanfaatan sarana, prasarana, danatau fasilitas pelayanan publik dengan perlakuan khusus atau bagi para penyandang disabilitas dilarang dipergunakan oleh orang lain yang tidak berhak.

22. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Dalam UU Nomor 39 tahun 2009 tentang Kesehatan hanya ada sedikit pasal yang terkait langsung dengan penyandang disabilitas. Pada bab ke VII tentang kesehatan Ibu, bayi, anak, remaja, lanjut usia dan penyandang cacat, Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul 51 dibagian tiga tentang kesehatan lanjut usia dan penyandang cacat. Pasal 139 ayat 1 menyebutkan “ upaya pemeliharan kesehatabn penyandang cacat harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial, ekonomi dan bermartabat.” Pada pasal 2 disebutkan “Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi penyandang cacat untuk dapat tetap hidup mandiri, dan produktif secara sosial dan ekonomi.” Bagian ke 10 UU ini mengatur tentang pelayanan kesehatan pada bencana. Pasal 82 – 85 mengatur aspek preventif yang upaya-upaya mencegah kecacatan lebih lanjut. Bagian ke 13 menjelaskan Penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran. Dalam bagian ini pasal 95 ayat 1 menyebutkan ‘penanggulangan gangguan penglihatan dan pendengaran yang dilakukan melalui pelayanan promotof, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang ditunjukkan untuk meningkatkan derajat kesehatan indera penglihatan, dan pendengaram masyarakat. Kemud ian Pasal 63 1 yang berbunyi : “Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh akibat penyakit danatau akibat cacat, atau menghilangkan cacat. “ Pasal inipun hanya mengatur rehabilitasi medik, sementara masih banyak aspek masalah kesehatan lain yang dimiliki oleh penyandang disabilitas, diantaranya: aksesibilitas layanan, asesmen medis yang komprehensif, sistem layanan, dan deteksi. Kebijakan di bidang kesehatan yang cukup mengakomodasi kepentingan difabel adalah yang terkait dengan kebijakan masalah jaminan kesehatan. Skema jaminan kesehatan sudah berlapis mulai dari JAMKESMAS pada tingkat nasiona, JAMKESOS JAMKESUS pada tingkat propinsi, JAMKESDA pada tingkat daerah kabupatenkota, bahkan masih bisa diberlakukan kebijakan khusus jika belum bisa tercover dalam skema-skema tersebut. Namun demikian dalam pelaksanaannya masih dijumpai beberapa persoalan terkait dengan penggunaan skema jamina sosial bagi penyandang disabilitas. Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul 52

23. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit