Penilaian Konsumen Terhadap Jus Buah Kemasan Winner

69 bahwa rasa jus buah Winner cukup enak, tidak khasbiasa saja, dan belum ada keinginan untuk mencoba kembali dan dua orang 6,67 menyatakan jus buah Winner kurang enak. Sebaran responden jus buah Winner dalam menilai rasa dapat dilihat pada Tabel 19. Kemasan yang digunakan produk jus buah yang dikeluarkan CV WPIU menggunakan botol plastik berukuran 250 mililiter. Kemasan tersebut terdiri dari tiga bahasa dan telah memiliki label halal, tanggal kadaluarsa, dan izin dari dinas kesehatan. Sebanyak dua responden 6,67 menyatakan bahwa kemasan sangat menarik, perpaduan warna-warna dan gambar kemasan sangat sesuai, menarik perhatian, lebih menarik untuk dilihat dibandingkan dengan produk jus buah lainnya, dan sebanyak 15 responden 50 menyatakan bahwa kemasan cukup menarik perhatian, akan tetapi tujuh orang responden 23,33 menyatakan bahwa kemasan kurang menarik, perpaduan warna-warna dan gambar tidak sesuai, kurang menarik, kurang sesuai untuk produk yang dijual. Harga jual eceran produk jus buah Winner kemasan 250 ml adalah Rp 3.500,00 per botol. Jika dilihat dari segi harga, sebanyak 16 orang responden 53,33 menilai bahwa harga jus buah Winner sama dengan harga jus buah merek lainnya dan tiga orang responden 10 menyatakan bahwa produk jus buah Winner sedikit lebih murah bila dibandingkan dengan produk jus buah lainnya dan satu orang responden menyatakan harga jus buah Winner paling murah bila dibandingkan dengan jus buah merek lainnya. Sementara itu 10 orang responden 33,33 menyatakan harga produk jus buah Winner sedikit lebih mahal dibandingkan dengan produk jus buah lainnya. Aspek lainnya yang diberi penilaian oleh konsumen yaitu intensitas promosi. Intensitas promosi yang dinilai yaitu seberapa sering perusahaan memberikan informasi mengenai produk jus buah Winner kepada konsumen. Sebanyak 16 orang responden 53,33 menyatakan bahwa mereka sangat jarang memperoleh informasi mengenai jus buah Winner, 13 orang 43,33 menyatakan jarang mendapatkan informasi, dan satu orang 3,33 menyatakan cukup sering mendapatkan informasi. Hal ini terkait dengan produk jus buah Winner yang masih belum memasuki pasar supermarket dan proporsi penjualan produk CV WPIU 70 persen disalurkan melalui distributor yang tersebar di luar 70 kota, sedangkan 30 persen melalui penjualan langsung, baik ke sekolah-sekolah, universitas, kantor, maupun melalui pameran. Jus buah kemasan yang mudah diperoleh, baik di supermarket maupun di warung sering menjadi pilihan bagi konsumen. Hasil pengumpulan data dari 30 responden, sebanyak 13 responden 43,33 menyatakan jus buah kemasan Winner tidak mudah diperoleh, sembilan responden 30 menyatakan tidak tahu, empat orang responden 13,33 menyatakan jus buah Winner mudah diperoleh, dua orang responden 6,67 menyatakan sangat mudah diperoleh, sedangkan dua orang responden 6,67 menyatakan jus buah Winner sangat tidak mudah diperoleh. Banyaknya responden yang menyatakan jus buah Winner tidak mudah diperoleh dan tidak tahu, menunjukkan bahwa konsumen kurang mendapatkan informasi mengenai dimana saja mereka dapat memperoleh jus buah kemasan Winner tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan perlu memperluas pemasarannya, khususnya di wilayah Jabodetabek dan disertai dengan promosi yang gencar. Penilaian konsumen terhadap jus buah Winner yang diproduksi oleh CV WPIU dapat dilihat pada Tabel 19. 71 Tabel 19. Penilaian Responden Terhadap Jus Buah Winner Produksi CV WPIU No. Aspek Jumlah Persentase

1. Rasa

Sangat Enak Enak 15 50,00 Cukup Enak 13 43,33 Kurang Enak 2 6,67 Tidak Enak Total 30 100 2. Kemasan Sangat Menarik 2 6,67 Menarik 6 20,00 Cukup Menarik 15 50,00 Kurang Menarik 7 23,33 Tidak Menarik Total 30 100 3. Harga Paling murah 1 3,33 Sedikit lebih murah 3 10,00 Sama dengan merek lainnya 16 53,33 Sedikit lebih mahal 10 33,33 Paling mahal Total 30 100 4. Intensitas Promosi Sangat sering Cukup sering 1 3,33 Jarang 13 43,33 Sangat jarang 16 53,33 Total 30 100 5. Kemudahan Memperoleh Sangat mudah 2 6,67 Mudah 4 13,33 Tidak tahu 9 30,00 Tidak mudah 13 43,33 Sangat tidak mudah 2 6,67 Total 30 100 72

6. 2 Analisis Lingkungan Eksternal Makro

6.2.1 Ekonomi

Krisis perumahan di AS masih berdampak pada perekonomian dunia, tidak terkecuali perekonomian negara-negara maju. Pada tahun 2008 banyak negara di luar AS yang telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Jatuhnya perekonomian global ke masa resesi akan mengakibatkan turunnya permintaan akan produk Indonesia di pasar global dan menekan ekspor dengan sangat signifikan. Dampak negatif akan sangat dirasakan pada industri yang berorientasi ekspor yang berakibat pada Pemutuan Hubungan Kerja PHK yang sulit dihindari. Secara keseluruhan, kontribusi ekspor terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia relatif kecil, yaitu hanya sekitar 29 persen, lebih kecil dari negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Singapura, misalnya, memiliki rasio ekspor terhadap PDB sekitar 230 persen dan Malaysia sekitar 110 persen. Rendahnya rasio ekspor terhadap PDB Indonesia menyebabkan Indonesia relatif lebih sedikit terpengaruh oleh resesi perekonomian global dibadingkan dengan negara lain di Asia Tenggara. Jika dilihat dari indikator-indikator ekonomi makro domestik saat ini, perekonomian Indonesia telah melambat sejak memasuki semester kedua tahun 2008. Hal ini terlihat dari mulai jatuhnya Coincident Economic Index CEI sejak bulan Juli tahun 2008. CEI merupakan indeks yang menggambarkan keadaan ekonomi pada suatu saat. CEI yang meningkat menggambarkan ekonomi yang terus membaik, sedangkan CEI yang menrurun menunjukkan keadaan ekonomi yang memburuk. Kenaikan harga bahan pangan di semester pertama tahun 2008 dan kenaikan harga BBM pada bulai Mei tahun 2008 telah menyebabkan menurunnya daya beli konsumen. Selain itu, keterlambatan realisasi belanja pemerintah dan suku bunga yang terus meningkat hingga bulan Oktober 2008 menyebabkan perekonomian Indonesia melambat. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. 73 Walaupun perekonomian Indonesia melambat, terdapat beberapa indikasi bahwa perekonomian Indonesia dapat terhindar dari perlambatan yang lebih buruk. Pertama, mulai membaiknya daya beli masyarakat sejak bulan Juli 2008. Hal ini terlihat dari kenaikan Indek Kepercayaan Konsumen IKK sejak bulan Juli 2008 Gambar 10. IKK adalah indeks yang menggambarkan penilaian masyarakat terhadap keadaan ekonomi mereka. IKK juga dapat menggambarkan daya beli masyarakat. IKK yang meningkat menggambarkan keadaan ekonomi masyarakat yang baik yaitu meningkatnya daya beli masyarakat. Sebaliknya, IKK yang menurun menunjukkan meburuknya keadaan ekonomi masyarakat karena menurunnya daya beli. Pada bulan November 2008, IKK telah mencapai level tertinggi dalam satu tahun terakhir. Walaupun pada bulan Desember IKK sedikit menurun, akan tetapi level IKK masih pada level yang relatif tinggi yang berarti daya beli konsumen yang masih baik. Gambar 10. Indeks Kepercayaan Konsumen Tahun 2002-2008 Sumber : danareksa-research.com [2 Maret 2009] Kedua, semakin terkedalinya inflasi yang mendorong perbaikan daya beli konsumen. Walaupun angka inflasi masih dua digit hingga sampai dengan akhir tahun 2008, kenaikan harga cenderung menurun, bahkan pada Bulan Desember 2008 terjadi deflasi penurunan harga yang disebabkan oleh jatuhnya harga pangan dan harga minyak dunia ke level yang rendah Gambar 11 . Akibatnya, harga komoditas pangan di dalam negeri juga mengalami penurunan. Pemerintah bahkan telah menurunkan harga BBM bersubsidi. Tekanan inflasi akan semakin