65 WPIU dikemas dalam botol plastik berukuran 250 ml yang mencantumkan merek
dagang, no registrasi Dinkes no IRT 213327603088, label halal dengan No.MUI- JB 1006230904, komposisi gizi, barcode, nama perusahaan, dan tanggal
kadaluarsa. Label kemasan CV WPIU terdiri dari tiga bahasa, yaitu Bahasa indonesia, Inggris, dan Arab. Karakteristik berbagai produk jus buah CV WPIU
dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Karakteristik Produk Minuman Sari Buah pada CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul Tahun 2009 Produk
Keterangan Sari Buah Belimbing :
Warna cairan : kuning muda Bahan baku : belimbing, gula,
air, asam sitrat, natrium benzoat, TBM
Sari Buah Jambu Biji Merah : Warna Cairan : merah muda
Bahan Baku : jambu biji merah, gula, air, natrium bezoat, asam
sitrat, TBM
Sari Buah Wortel-Nanas Wornas Warna cairan : jingga
Bahan baku : wortel, nanas, gula, air, natrium benzoat,
asam sitrat, TBM Sumber : CV Winner Perkasa Indonesia Unggul 2009
VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 6.1
Gambaran Umum Konsumen Jus Buah Kemasan Winner
Penilaian terhadap gambaran umum konsumen jus buah Winner dilakukan sebagai bahan pertimbangan untuk perumusan strategi pengembangan usaha.
Analisis gambaran umum konsumen dilakukan secara deskriptif mengenai karakteristik konsumen jus buah kemasan Winner dan penilaian konsumen
terhadap atribut jus buah kemasan yang dikeluarkan CV WPIU.
6.1.1 Karakteristik Konsumen Jus Buah Kemasan Winner
Karakteristik konsumen jus buah Winner dilihat dari data demografi. Adapun variabel demografi yang digunakan meliputi jenis kelamin, usia, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Variabel demografi merupakan dasar yang populer untuk membedakan para pelanggan dan sering
sangat berhubungan dengan keinginan, preferensi, dan tingkat pemakaian konsumen Kotler, 1995.
Sebaran usia responden yang mengkonsumsi jus buah kemasan Winner dibagi ke dalam lima kelompok usia, yaitu usia 17 – 23 tahun sebagai kelompok
masa transisi, usia 24 – 30 tahun sebagai kelompok usia masa pembentukan karir, usia 31 – 40 sebagai masa peningkatan karir, usia 41 – 50 tahun sebagai masa
kemapaman, dan usia 51 – 65 tahun sebagai masa pensiun Khasali, 2003. Berdasarkan sebaran responden pada Tabel 17, maka dapat dilihat bahwa
mayoritas konsumen jus buah Winner berada pada kelompok usia 17 – 23 tahun sebanyak 19 orang yang terdiri dari pelajarmahasiswa dengan persentase 63,33
persen. Sebaran responden menurut status perkawinan mayoritas belum menikah, yaitu sejumlah 21 orang atau 70 persen dari total responden, sedangkan responden
menikah berjumlah sembilan orang. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa pangsa pasar jus buah kemasan Winner didominasi oleh kalangan generasi muda.
Hal ini terkait dengan karakter generasi muda mudah menerima dan selalu ingin mencoba hal baru, serta mudah terpengaruh oleh gaya hidup yang sedang
berkembang. Responden jus buah kemasan Winner lebih banyak berjenis kelamin pria
dibandingkan dengan jenis kelamin wanita. Hal ini dapat dilihat dari sebaran responden menurut jenis kelamin yang terdiri dari 18 orang pria dan 12 orang
67 pria. Banyaknya responden pria dibandingkan dengan wanita disebabkan oleh
aktifitas pria yang lebih padat dan lebih banyak menguras tenaga jika dibandingkan dengan responden wanita, sehingga pria lebih cenderung
mengkonsumsi jus buah untuk menghilangkan dahaga. Menurut Engel 1994, variabel pendidikan merupakan salah satu variabel
yang objektif dan tepat dalam mengukur kelas sosial. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara pandang, cara
berpikir, bahkan mempengaruhi persepsi mereka terhadap suatu produk. Tingkat pendidikan kosumen jus buah Winner pada umumnya baik, hal ini dapat dilihat
dari Tabel 18, yaitu mayoritas telah melewati jenjang pendidikan menengah ke atas dengan tingkat pendidikan terakhir S1 sarjana sebanyak 15 orang 50 dan
SMA sebanyak sembilan orang 30. Responden yang telah melewati jenjang pendidikan atas akan cederung lebih kritis dalam menilai produk yang
dikonsumsi. Tingkat pendapatan dari responden jus buah Winner dibagi menjadi beberapa
skala pendapatan, diantaranya Rp 500.000,00 per bulan, Rp 500.000,00 – Rp 999.999,99 per bulan, Rp 1.000.000,00 – Rp 2.499.999,99 per bulan, Rp
2.500.000,00 – Rp 4.999.999,99 per bulan, dan Rp 5.000.000,00 per bulan. Dari hasil pengumpulan data kuesioner, diperoleh bahwa mayoritas konsumen jus buah
Winner berada pada kelompok pendapatan Rp 500.000,00 – Rp 999.999,99 per bulan, yaitu sebanyak 17 orang atau 56,67 persen. Hal ini dikarenakan mayoritas
konsumen jus buah Winner merupakan pelajarmahasiswa yang masih bergantung kepada orangtua. Bagi pelajarmahasiswa, tingkat pendapatan per bulan
merupakan rata-rata uang saku tiap bulan yang didapat dari orangtua. Selain itu menunjukkan bahwa responden jus buah Winner merupakan golongan ekonomi
menengah ke bawah yang sensitif terhadap harga. Hal ini dapat menjadi pertimbangan apabila perusahaan bermaksud untuk menaikkan harga produk dari
harga semula. Sebaran karakteritik umum responden jus buah Winner dapat dilihat pada Tabel 18.
68
Tabel 18. Karakteristik Umum Konsumen Jus Buah Winner Produksi CV WPIU
No Karakteristik Demografi
Jumlah Persentase
1. Jenis Kelamin
Pria 18
60,00 Wanita
12 40,00
Total 30
100 2.
Umur
17 – 23 19
63,33 24 – 30
6 20,00
31 – 40 3
10,00 41 – 50
1 3,33
51 – 65 1
3,33
Total 30
100 3.
Status Perkawinan Belum Menikah
21 70,00
Menikah 9
30,00
Total 30
100 4.
Pendidikan Terakhir
SD 2
6,67 SMP
2 6,67
SMA 9
30,00 Diploma
1 3,33
S1 Sarjana 15
50,00 S2 Pascasarjana
1 3,33
Total 30
100,00 5.
Pekerjaan
Pelajar mahasiswa 19
63,33 Karyawan Swasta
6 20,00
Ibu Rumahtangga 2
6,67 Belumtidak bekerja
3 10,00
Total 30
100 6.
Tingkat pendapatan Bulan 500.000
7 23,33
500.000 – 999.999 17
56,67 1.000.000 – 2.499.999
4 13,33
2.500.000 – 4.999.999 1
3,33 5.000.000
1 3,33
Total 30
100
6.1.2 Penilaian Konsumen Terhadap Jus Buah Kemasan Winner
Atribut yang dinilai dari jus buah kemasan Winner terdiri dari rasa, kemasan, harga, intensitas promosi, dan kemudahan memperoleh produk. Jika
dilihat dari rasa, sebanyak 15 orang responden 50 menyatakan bahwa jus buah Winner enak, memiliki rasa yang khas sehingga mudah diingat, ada
keinginan untuk mencoba kembali. Sedangkan 13 orang responden menyatakan
69 bahwa rasa jus buah Winner cukup enak, tidak khasbiasa saja, dan belum ada
keinginan untuk mencoba kembali dan dua orang 6,67 menyatakan jus buah Winner kurang enak. Sebaran responden jus buah Winner dalam menilai rasa
dapat dilihat pada Tabel 19. Kemasan yang digunakan produk jus buah yang dikeluarkan CV WPIU
menggunakan botol plastik berukuran 250 mililiter. Kemasan tersebut terdiri dari tiga bahasa dan telah memiliki label halal, tanggal kadaluarsa, dan izin dari dinas
kesehatan. Sebanyak dua responden 6,67 menyatakan bahwa kemasan sangat menarik, perpaduan warna-warna dan gambar kemasan sangat sesuai, menarik
perhatian, lebih menarik untuk dilihat dibandingkan dengan produk jus buah lainnya, dan sebanyak 15 responden 50 menyatakan bahwa kemasan cukup
menarik perhatian, akan tetapi tujuh orang responden 23,33 menyatakan bahwa kemasan kurang menarik, perpaduan warna-warna dan gambar tidak
sesuai, kurang menarik, kurang sesuai untuk produk yang dijual. Harga jual eceran produk jus buah Winner kemasan 250 ml adalah Rp
3.500,00 per botol. Jika dilihat dari segi harga, sebanyak 16 orang responden 53,33 menilai bahwa harga jus buah Winner sama dengan harga jus buah
merek lainnya dan tiga orang responden 10 menyatakan bahwa produk jus buah Winner sedikit lebih murah bila dibandingkan dengan produk jus buah
lainnya dan satu orang responden menyatakan harga jus buah Winner paling murah bila dibandingkan dengan jus buah merek lainnya. Sementara itu 10 orang
responden 33,33 menyatakan harga produk jus buah Winner sedikit lebih mahal dibandingkan dengan produk jus buah lainnya.
Aspek lainnya yang diberi penilaian oleh konsumen yaitu intensitas promosi. Intensitas promosi yang dinilai yaitu seberapa sering perusahaan
memberikan informasi mengenai produk jus buah Winner kepada konsumen. Sebanyak 16 orang responden 53,33 menyatakan bahwa mereka sangat jarang
memperoleh informasi mengenai jus buah Winner, 13 orang 43,33 menyatakan jarang mendapatkan informasi, dan satu orang 3,33 menyatakan
cukup sering mendapatkan informasi. Hal ini terkait dengan produk jus buah Winner yang masih belum memasuki pasar supermarket dan proporsi penjualan
produk CV WPIU 70 persen disalurkan melalui distributor yang tersebar di luar
70 kota, sedangkan 30 persen melalui penjualan langsung, baik ke sekolah-sekolah,
universitas, kantor, maupun melalui pameran. Jus buah kemasan yang mudah diperoleh, baik di supermarket maupun di
warung sering menjadi pilihan bagi konsumen. Hasil pengumpulan data dari 30 responden, sebanyak 13 responden 43,33 menyatakan jus buah kemasan
Winner tidak mudah diperoleh, sembilan responden 30 menyatakan tidak tahu, empat orang responden 13,33 menyatakan jus buah Winner mudah diperoleh,
dua orang responden 6,67 menyatakan sangat mudah diperoleh, sedangkan dua orang responden 6,67 menyatakan jus buah Winner sangat tidak mudah
diperoleh. Banyaknya responden yang menyatakan jus buah Winner tidak mudah diperoleh dan tidak tahu, menunjukkan bahwa konsumen kurang mendapatkan
informasi mengenai dimana saja mereka dapat memperoleh jus buah kemasan Winner tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan perlu memperluas
pemasarannya, khususnya di wilayah Jabodetabek dan disertai dengan promosi yang gencar. Penilaian konsumen terhadap jus buah Winner yang diproduksi oleh
CV WPIU dapat dilihat pada Tabel 19.
71
Tabel 19. Penilaian Responden Terhadap Jus Buah Winner Produksi CV WPIU
No. Aspek
Jumlah Persentase
1. Rasa
Sangat Enak Enak
15 50,00
Cukup Enak 13
43,33 Kurang Enak
2 6,67
Tidak Enak
Total 30
100 2.
Kemasan
Sangat Menarik 2
6,67 Menarik
6 20,00
Cukup Menarik 15
50,00 Kurang Menarik
7 23,33
Tidak Menarik
Total 30
100 3.
Harga
Paling murah 1
3,33 Sedikit lebih murah
3 10,00
Sama dengan merek lainnya 16
53,33 Sedikit lebih mahal
10 33,33
Paling mahal
Total 30
100 4.
Intensitas Promosi
Sangat sering Cukup sering
1 3,33
Jarang 13
43,33 Sangat jarang
16 53,33
Total 30
100 5.
Kemudahan Memperoleh
Sangat mudah 2
6,67 Mudah
4 13,33
Tidak tahu 9
30,00 Tidak mudah
13 43,33
Sangat tidak mudah 2
6,67
Total 30
100
72
6. 2 Analisis Lingkungan Eksternal Makro
6.2.1 Ekonomi
Krisis perumahan di AS masih berdampak pada perekonomian dunia, tidak terkecuali perekonomian negara-negara maju. Pada tahun 2008 banyak negara di
luar AS yang telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Jatuhnya perekonomian global ke masa resesi akan mengakibatkan turunnya permintaan
akan produk Indonesia di pasar global dan menekan ekspor dengan sangat signifikan. Dampak negatif akan sangat dirasakan pada industri yang berorientasi
ekspor yang berakibat pada Pemutuan Hubungan Kerja PHK yang sulit dihindari. Secara keseluruhan, kontribusi ekspor terhadap Produk Domestik
Bruto Indonesia relatif kecil, yaitu hanya sekitar 29 persen, lebih kecil dari negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Singapura, misalnya, memiliki
rasio ekspor terhadap PDB sekitar 230 persen dan Malaysia sekitar 110 persen. Rendahnya rasio ekspor terhadap PDB Indonesia menyebabkan Indonesia relatif
lebih sedikit terpengaruh oleh resesi perekonomian global dibadingkan dengan negara lain di Asia Tenggara.
Jika dilihat dari indikator-indikator ekonomi makro domestik saat ini, perekonomian Indonesia telah melambat sejak memasuki semester kedua tahun
2008. Hal ini terlihat dari mulai jatuhnya Coincident Economic Index CEI sejak bulan Juli tahun 2008. CEI merupakan indeks yang menggambarkan keadaan
ekonomi pada suatu saat. CEI yang meningkat menggambarkan ekonomi yang terus membaik, sedangkan CEI yang menrurun menunjukkan keadaan ekonomi
yang memburuk. Kenaikan harga bahan pangan di semester pertama tahun 2008 dan kenaikan harga BBM pada bulai Mei tahun 2008 telah menyebabkan
menurunnya daya beli konsumen. Selain itu, keterlambatan realisasi belanja pemerintah dan suku bunga yang terus meningkat hingga bulan Oktober 2008
menyebabkan perekonomian Indonesia melambat. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi perusahaan.
73 Walaupun perekonomian Indonesia melambat, terdapat beberapa indikasi
bahwa perekonomian Indonesia dapat terhindar dari perlambatan yang lebih buruk. Pertama, mulai membaiknya daya beli masyarakat sejak bulan Juli 2008.
Hal ini terlihat dari kenaikan Indek Kepercayaan Konsumen IKK sejak bulan Juli 2008 Gambar 10. IKK adalah indeks yang menggambarkan penilaian
masyarakat terhadap keadaan ekonomi mereka. IKK juga dapat menggambarkan daya beli masyarakat. IKK yang meningkat menggambarkan keadaan ekonomi
masyarakat yang baik yaitu meningkatnya daya beli masyarakat. Sebaliknya, IKK yang menurun menunjukkan meburuknya keadaan ekonomi masyarakat karena
menurunnya daya beli. Pada bulan November 2008, IKK telah mencapai level tertinggi dalam satu tahun terakhir. Walaupun pada bulan Desember IKK sedikit
menurun, akan tetapi level IKK masih pada level yang relatif tinggi yang berarti daya beli konsumen yang masih baik.
Gambar 10. Indeks Kepercayaan Konsumen Tahun 2002-2008 Sumber : danareksa-research.com [2 Maret 2009]
Kedua, semakin terkedalinya inflasi yang mendorong perbaikan daya beli konsumen. Walaupun angka inflasi masih dua digit hingga sampai dengan akhir
tahun 2008, kenaikan harga cenderung menurun, bahkan pada Bulan Desember 2008 terjadi deflasi penurunan harga yang disebabkan oleh jatuhnya harga
pangan dan harga minyak dunia ke level yang rendah Gambar 11 . Akibatnya, harga komoditas pangan di dalam negeri juga mengalami penurunan. Pemerintah
bahkan telah menurunkan harga BBM bersubsidi. Tekanan inflasi akan semakin
74 terkendali hingga bulan Desember 2009 diperkirakan inflasi tahunan akan turun
ke level 6,52 persen.
Gambar 11. Tingkat Inflasi Indonesia May 2008 – Januari 2009
Sumber : www. bi.go.id [2 Maret 2009]
Ketiga, terbukanya ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga dikarenakan semakin terkendalinya inflasi. BI rate telah turun mencapai 8,25
persen terhitung 4 Februari 2009 . Penurunan BI rate akan diikuti oleh penurunan suku bunga lainnya, termasuk suku bunga pinjaman. Suku bunga yang rendah
akan cenderung memicu belanja konsumen, karena bunga yang rendah akan mendorong masyarakat yang memiliki dana untuk membelanjakan uangnya
karena bunga yang diterima dari deposito atau tabungan menjadi tidak sebesar sebelumnya. Di samping itu, masyarakat yang tidak memiliki dana juga tidak
lebih segan untuk meminjam uang dari perbankan karena bunga yang lebih rendah. Keadaan ini akan mendorong konsumsi masyarakat. Kenaikan konsumsi
masyarakat akan mendorong pengusaha untuk meningkatkan aktivitas bisnisnya untuk memenuhi kenaikan permintaan. Gambaran perekonomian Indonesia
menurut indikator ekonomi dapat dilihat pada Tabel 20.
75
Tabel 20. Tabel Indikator Perekonomian Indonesia Tahun 2006 – 2009
Forecasting Indikator Ekonomi
2006 2007
2008F 2009F
Gross Domestic Product yoy 5,5
6.3 6,3
4,5 – 5,9 Inflasi yoy
6,6 6.6
11,6 6,52
BI Rate 9,8
8.0 9,3
8,0 USDIDR
9.020 9.419
10.780 9.507
Ekspor yoy 9,4
8.0 13,7
3,6 Impor yoy
8.6 8.9
13,6 5,7
Sumber : Danareksa Research Institute dalam Agro Observer edisi Maret 2009
6.2.2 Politik dan Kebijakan Pemerintah
Kebijakan yang terkait dengan industri minuman antara lain pemerintah menurunkan tarif bea masuk bahan baku untuk industri minuman, bahan baku
industri kimia dan bahan baku untuk industri kecil kerajinan perak. Penurunan ini ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 19 PMK.0112009
tertanggal 13 Februari 2009. Latar belakang ditetapkannya PMK ini yaitu untuk mendukung sektor riil dalam menghadapi krisis. Dalam Peraturan Meneteri
Keuangan tersebut juga ditetapkan kebijakan menaikkan tarif pada produk tertentu. Produk-produk yang dinaikkan tarif bea masuknya adalah industri
minuman, industri kimia, industri logam yang terkait dengan kawat dan paku dan industri alat-alat mesin pertanian. Kebijakan menaikkan tarif ini dilakukan untuk
memberikan perlindungan sementara terhadap beberapa produk jadi yang diproduksi industri hilir dalam menghadapi serbuan produk-produk impor.
Kondisi perekonomian Indonesia yang mulai membaik mendorong Pemerintah Kota Depok untuk meningkatkan iklim investasi daerah. Hal ini dapat
dilihat dari arah kebijakan penanaman modal Kota Depok, yaitu meningkatkan investasi daerah berbasis tenaga kerja dengan kerangka anggaran penyediaan
insenif bagi dunia usaha, memperkuat struktur permodalan dan kinerja BUMD, serta kemitraan dunia usaha dan pemerintah. Salah satu program yang dilakukan
76 sebagai langkah implementasi kebjakan tersebut yaitu melaksanakan kegiatan
memfasilitasi kemitraan antara usaha besar dan kecil dalam rangka investasi daerah Disperindag Depok, 2009.
Kebijakan Penanaman Modal yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Depok dengan mengacu kepada :
1.
Undang-undang No. 1 Tahun 1967 Jo No. 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing PMA.
2.
Undang-undang No. 6 Tahun 1968 Jo No 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Negeri PMDN berdasarkan keputusan Presiden Rl No. 99 Th. 1998
tentang bidangjenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan
syarat kemitraan dan Undang-undang No.9 Tahun 1995, tentang usaha kecil.
3.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 99 Tahun 1998 tentang bidangjenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidangjenis
usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan syarat kemitraan.
4.
Keputusan Walikota Depok Nomor 821.2991KptsPerindagHk2004 tentang pembentukan tim fasilitasi dalam rangka kemitraan antara usaha
kecil, menengah dengan usaha besar. Kebijakan lain yang menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan bagi
perkembang dan perusahaan yaitu terkait dengan kebijakan Rencana Strategis Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Pertanian yang menjadikan belimbing
sebagai ikon Kota Depok. Dijadikannya belimbing sebagai ikon Kota Depok meningkatkan dukungan pemerintah terhadap perusahaan yang bergerak pada
pengolahan komoditas unggulan Kota Depok. Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan Pemerintah Kota Depok tersebut menjadi peluang CV WPIU untuk
menjalin kerjasama dalam pengembangan usaha.
6. 2.3 Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan
Bisnis makanan dan minuman merupakan bisnis yang selalu dibutuhkan. Hal ini terkait dengan energi, nutrisi, vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk
menunjang aktivitas hidup manusia. Demikian halnya dengan bisnis jus buah
77 terkait dengan pentingnya buah-buahan bagi kesehatan sebagai penyedia pasokan
vitamin, serat, dan antioksidan yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu, kebutuhan akan konsumsi buah tidak terbatas pada golongan konsumen tertentu. Hal ini
terbukti bahwa banyaknya penjual jus buah, baik di pinggir jalan, pusat perbelanjaan, maupun supermarket. Meningkatnya kesadaran akan pola hidup
sehat dengan mengkonsumsi buah seiring dengan pendidikan formal dan non formal yang diperoleh masyarakat menjadi peluang bagi perusahaan untuk
berkembang. Seiring dengan kepadatan aktifitas masyarakat, khususnya masyarakat di
kota besar, selera masyarakat juga berubah kepada produk-produk yang dapat dikonsumsi secara praktis. Hal ini dapat dilihat dari hasil penyebaran kuesioner
terhadap 30 responden jus buah Winner mengenai pengenalan kebutuhan akan jus buah kemasan yang terdiri dari frekuensi mereka mengkonsumsi minuman jus
buah kemasan, alasan yang mendorong motivasi mereka mengkonsumsi jus buah kemasan, serta manfaat yang diinginkan dari mengkonsumsi minuman jus
buah tersebut. Hasil penyebaran kuesioner terhadap 30 responden, 15 orang responden
50 mengkonsumsi rata-rata 1-3 kali jus buah kemasan dalam sebulan, 12 responden 40 mengkonsumsi jus buah kemasan rata-rata 4-6 kali jus buah
kemasan dalam sebulan, dua orang konsumen 6,67 mengkonsumsi rata-rata 7- 10 kali jus buah kemasan dalam sebulan, dan 1 orang konsumen 3,33
menyatakan mengkonsumsi lebih dari 10 kali jus buah kemasan dalam sebulan. Dari 30 responden tersebut, 15 orang 50 menyatakan bahwa motivasi mereka
mengkonsumsi jus buah kemasan adalah kepraktisan, delapan orang responden 26,67 dengan alasan sekedar ingin mencoba, empat orang responden 26,67
dengan alasan rasanya yang khas, dan tiga orang responden 10 dengan alasan kandungan gizi. Kemudahan mengkonsumsi dalam bentuk jus buah berbagai
kemasan dan ukuran membuat jus buah diminati konsumen di tengah kesibukan mereka.
Melalui kuesioner tersebut juga diperoleh informasi mengenai manfaat apa yang mereka cari dengan mengkonsumsi minuman jus buah kemasan. Hasil
penyebaran kuesioner menunjukkan bahwa 18 orang responden 60
78 menyatakan bahwa manfaat yang dicari dari minuman jus buah kemasan adalah
sebagai minuman selingan, sedangkan 12 orang responden 40 mencari manfaat menjaga kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah
menganggap bahwa mengkonsumsi minuman jus buah sebagai bagian gaya hidup, baik dengan fungsi sebagai minuman selingan, maupun dengan fungsi kesehatan.
Adapun hasil penyebaran kuesioner terhadap proses pengenalan kebutuhan akan minuman jus buah kemasan dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Hasil Penilaian Konsumen Terhadap Pengenalan Kebutuhan Konsumsi
Jus Buah Kemasan
No. Keterangan
Jumlah Persentase
1. Frekuensi pembelian
1 – 3 kali 15
50,00 4 – 6 kali
12 40,00
7-10 kali 2
6,67 Lebih dari 10 kali
1 3,33
Total 30
100 2.
Motivasi Pembelian
Praktis 15
50,00 Sekedar ingin mencoba
8 26,67
Kandungan gizi 3
10,00 Rasanya yang khas
4 13,33
Total 30
100 3.
Manfaat yang dikehendaki
Menjaga kesehatan 12
40,00 Sebagai minuman selingan
18 60,00
Simbol status sosial 0,00
Total 30
100
Faktor lain yang dapat menjadi peluang bagi perusahaan ialah peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk dapat meningkatkan permintaan
pasar karena tingkat kebutuhan yang bertambah. Pengaruh pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan
peningkatan lapangan kerja dapat dimanfaatkan perusahaan karena menurunnya tingkat upah. Akan tetapi, meningkatnya jumlah penduduk dapat menjadi
ancaman bagi perusahaan karena bertambahnya wirausahawan yang menjadi
79 pesaing perusahaan. data laju pertumbuhan penduduk Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 22.
Tabel 22. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008
Tahun Penduduk 000 Jiwa
Laju Pertumbuhan 2005
218.868 -
2006 222.747
1,77 2007
225.642 1,30
2008 228.523
1,28 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia 2009
6.2.4 Teknologi
Perkembangan teknologi yang berkembang pada dunia usaha saat ini antara lain teknologi komputerisasi akuntansi, mekanisasi produk, teknologi
informatika dan komunikasi, serta teknologi transportasi yang memberikan peluang bagi pengusaha untuk mengembangkan usahanya. Kemajuan teknologi
pengolahan di bidang industri pengolahan sari buah telah menghasilkan berbagai diversifikasi produk minuman sari buah baik dalam bentuk jus, sirup, maupun
serbuk. Salah satu teknologi mendasar dalam proses produksi yang digunakan pada usaha jus buah kemasan Winner adalah penggunaan pulper yang berfungsi
menghancurkan dan memisahkan daging buah agar diperoleh sari buah yang diinginkan.
Salah satu bentuk kemajuan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam segi pemasaran ialah perkembangan teknologi di bidang
informatika, yaitu penggunaan internet sebagai sarana perusahaan untuk mengetahui perkembangan industri minuman sari buah, informasi pengembangan
produk, maupun sebagai media promosi. Konsumen sendiri telah terbiasa dengan teknologi internet dan e-commerce sebagai sarana untuk memperoleh produk yang
mereka inginkan. Berdasarkan statistik, hingga 30 Juni 2008 jumlah pengguna internet di Indonesia menduduki peringkat kelima di Asia, yaitu 25 juta users
internetworldstats.com. Ini merupakan peluang bagi CV WPIU apabila
80 mempromosikan produknya melalui internet. Akan tetapi, selama ini perusahaan
belum memanfaatkan teknologi internet sebagai media pemasarannya. Perusahaan hanya menggunakan telepon selular sebagai teknologi komunikasi dalam transaksi
bisnis. Dengan demikian, jangkauan pemasaran perusahaan masih terbatas bila dibandingkan dengan perusahaan lain yang telah memanfaatkan teknologi
internet.
6. 3 Analisis Lingkungan Industri
Analisis lingkungan industri dilakukan melalui analisis lima kekuatan persaingan Michael Porter, antara lain persaingan antar anggota dalam industri,
ancaman masuknya pendatang baru, posisi tawar-menawar pembei, posisi tawar- menawar pemasok, akses ke saluran distribusi, serta ancaman produk substitusi.
6. 3.1 Persaingan di antara Para Anggota Industri
CV WPIU menghadapi persaingan di antara sesama anggota industri sejenis, yaituperusahaan-perusahaan baik perseorangan maupun kelompok yang
bergerak dalam industri minuman sari buah kemasan. Persaingan terjadi baik pada harga maupun persaingan dari segi kualitas produk . Selera masyarakat yang
berubah-ubah menuntut perusahaan untuk bersaing dalam merespon perubahan yang terjadi pada pasar.
Data Asosiasi Industri Minuman menunjukkan, hingga pertengahan 2008, sudah ada 20 perusahaan besar yang menggarap pasar sari buah. Selain itu,
terdapat 35 Industri Kecil Menengah IKM yang bergerak di industri sari buah. Jadi, total merek sari buah yang beredar saat ini 60 merek. Saat ini sudah ada tiga
perusahaan besar yang sudah masuk di Industri minuman sari buah. Di antaranya Group ABC dengan ABC Minuman Juice rasa Mangga 250 ml kemasan kotak;
Unilever yang mengakuisisi merek minuman sari buah Buavita dan Gogo yang dimiliki oleh PT Ultrajaya Milk Industry Trading Company Tbk; dan Coca-Cola
Company dengan merek Minute Maid . Selain itu terdapat beberapa merek minuman sari buah kemasan yang terlebih dulu memasuki pasar supermarket,
antara lain : Jungle Juice, Berry Juice, dan Sunfresh. Perbedaan produk CV WPIU berbeda dengan produk fruit juce perusahaan besar dikarenakan perbedaan pada
permodalan, sumberdaya manusia, pemasaran, dan teknologi yang lebih unggul
81 dibandingkan dengan CV WPIU. Akan tetapi dari seluruh perusahaan besar yang
bergerak dalam industri fuit juce, hingga saat ini belum ada yang mengeluarkan produk jus belimbing maupun wornas seperti yang telah dihasilkan CV WPIU.
Perusahaan besar yang mendominasi pasar jus buah kemasan dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Perusahaan Jus Buah Kemasan yang Mendominasi Pasar Supermarket
Nama Perusahaan Merek Dagang
Produk yang Dihasilkan Group ABC
ABC Jus dan sirup
Unilever Buavita dan Gogo
Jus dengan kemasan kotak Coca Cola Company
Minute Maid Jus buah kemasan
Sosro Country Choice
Jus buah kemasan PT. Hale International
Love Juice Jus Buah Kemasan
Ciracasindo Perdana Sunfresh
Jus Buah Kemasan Sumber: MIX.co.id [20 Maret 2009]
Berdasarkan informasi dari pemilik CV WPIU, hingga saat ini yang usaha kecil menengah yang terlibat dalam pengolahan komoditas unggulan Kota Depok
masih sedikit, antara lain dengan merek Kyko, Delira, dan Picco. Jumlah ini akan terus bertambah mengingat cerug pasar minuman sari buah masih terbuka lebar
seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Produk yang dihasilkan oleh UKM yang merupakan pesaing Winner
memiliki banyak persamaan, akan tetapi kapasitas produksi CV WPIU masih yang terbesar dikarenakan Winner merupakan UKM pertama yang bergerak pada
industri minuman sari buah belimbing di Kota Depok. Untuk membedakan produk dengan pesaing, anggota industri mengutamakan persaingan terhadap
harga, kemasan, mutu produk, serta metode promosi yang paling efektif untuk memperkenalkan produknya ke pasar.
6. 3.2 Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Ancaman pendatang baru tergantung pada rintangan masuk yang ada digabungkan dengan reaksi dari pesaing yang sudah ada. Terdapat enam faktor
yang menjadi penghambat bagi masuknya pendatang baru ke dalam industri, antara lain : skala ekonomi, kebutuhan modal, kebijakan pemerintah, biaya beralih
82 pemasok, akses ke saluran distribusi, diferensiasi produk, serta biaya tak
menguntungkan terlepas dari skala Porter, 1991. Dilihat dari skala industri dan permodalan, hambatan masuk industri
minuman sari buah bagi pendatang baru relatif kecil karena untuk memulai usaha fruit juice ini tidak membutuhkan skala usaha dan modal yang relatif besar.
Selain itu dalam hal regulasi, pemerintah juga tidak membatasi pengusaha baru untuk masuk ke dalam industri ini, pemerintah Kota Depok sendiri sangat
mendukung apabila banyak perusahaan yang mengolah komoditas buah unggulan Kota Depok.
Faktor biaya beralih pemasok merupakan biaya satu kali one time costs yang harus dikeluarkan pembeli jika berpindah dari produk pemasok tertentu ke
produk pemasok lainnya Porter, 1991. Dalam industri minuman jus buah, apabila pendatang baru berusaha untuk mengalihkan para pemasok saat ini, maka
biaya yang dikeluarkan akan relatif kecil dikarenakan jumlah penawaran pemasok bahan baku masih lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah permintaaan
dari perusahaan yang ada. Hal ini dapat dilihat dari jumlah petani buah-buahan terutama petani belimbing dan jambu biji merah di Kota Depok yang jauh lebih
besar bila dibandingkan dengan jumlah perusahaan fruit juice. Perusahaan pendatang baru harus mampu menjaga kesinambungan antara permintaan bahan
baku dengan kapasitas produksi yang mampu dihasilkan perusahaan. Salah satu hambatan masuk bagi pendatang baru apabila memasuki
industri minuman sari buah adalah akses ke saluran distribusi. Saluran distribusi perusahaan besar yang lebih dulu ada telah cukup kuat, oleh karena itu sulit bagi
perusahaan pendatang baru untuk masuk ke dalam saluran distribusi yang telah ditangani oleh perusahaan-perusahaan mapan tersebut. Oleh karena itu,
perusahaan pendatang baru harus mampu menciptakan saluran distribusi yang baru atau mempengaruhi saluran distribusi yang ada agar menerima produknya
dengan cara penurunan harga atau kerjasama promosi yang dapat mengurangi laba.
Produk-produk yang ditawarkan oleh pesaing yang telah ada umumnya memiliki karakteristik yang sama sehingga pelanggan tidak mengidentifikasi
produk atas merek tertentu. Hal ini terkait dengan persyaratan kesehatan dan
83 keamanan produk dari pemerintah sehingga perusahaan tidak bebas
menambahkan ekstrak atau kandungan tertentu pada produk yang dihasilkan. Faktor penghambat lain atas masuknya pendatang baru dalam industri ialah biaya
tak menguntungkan yang terlepas dari skala. Ini terkait dengan hak paten yang dimiliki perusahaan besar atas teknologi atau karakteristik tertentu yang
dikuasainya. Saat ini CV WPIU menghadapi ancaman pendatang baru mengingat
pertumbuhan industri minuman sari buah mencapai 15 persen hingga 20 persen per tahun. Di dekat lokasi perusahaan sendiri juga terdapat UKM yang bergerak
pada industri minuman jus buah dengan merek Kyko yang mengadopsi konsep bisnis yang sama dengan Winner. Selain itu, menurut informasi Badan Perencana
Pembangunan Daerah Bappeda Kota Depok , ke depannya Pemerintah Kota Depok berencana akan mendirikan pabrik yang mengolah komoditas buah
unggulan Kota Depok dengan kapasitas yang lebih besar, permodalan yang lebih kuat, serta teknologi yang lebih moderen. Ini dapat mengancam CV WPIU apabila
perusahaan tidak dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan bargaining position produknya di pasar.
6. 3.3 Bargaining Position Pemasok
CV WPIU bekerja sama dengan pemasok untuk memenuhi kebutuhan bahan baku maupun bahan penolong. Pemasok CV WPIU antara lain petani buah-
buahan sebagai pemasok bahan baku, toko TBM Tambahan Bahan Makanan di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Bogor, dan UNPAS Universitas Pasundan
sebagai pemasok bahan penolong, dan toko plastik di Jembatan Lima Jakarta sebagi pemasok bahan kemasan.
Sesuai dengan visi CV WPIU, yaitu mensejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan lingkungan, maka untuk pasokan bahan baku utama, yaitu buah
belimbing, jambu biji merah, dan nanas, perusahaan memperolehnya dari kelompok tani mitra, yaitu Kelompok Tani Makmur Sejahtera. Kelompok tani
Makmur sejahtera berdiri sejak tahun 2004 dan telah menjadi mitra usaha sejak awal berdirinya CV WPIU. Sesuai dengan definisi kemitraan menurut UU No. 9
Tahun 1995, yaitu : “kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dan
84 Usaha Menengah atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”,
maka kelompok tani mitra memiliki bargaining position yang tinggi di mata perusahaan. Perusahaan tidak hanya menampung hasil panen petani, tetapi juga
melakukan pembinaan kepada para petani, antara lain mengikutsertakan kelompok tani pada pameran yang diikuti oleh perusahaan dan menambah jejaring bisnis
dengan mempromosikan kelompok tani hingga ke tingkat propinsi.
6.3.4 Bargaining Position Pembeli
Segmentasi produk jus buah Winner sangat luas. Konsumen CV WPIU terdiri dari pelanggan umum dan agen. Pelanggan umum terdiri dari anak sekolah,
mahasiswa, pegawai kantor, maupun masyarakat umum. Sedangkan agen perusahaan tersebar di tujuh kota yang menjangkau hingga ke luar Pulau Jawa.
Semakin berkembangnya produsen minuman jus buah kemasan menyebabkan konsumen memiliki kekuatan untuk memilih produk mana yang mereka inginkan.
Hal ini dapat menjadi ancaman bagi perusahaan apabila perusahaan tidak dapat meningkatkan daya saing produknya.
6.3.5 Ancaman Produk Substitusi
Yang termasuk produk substitusi yaitu produk lain yang dapat menajalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri Porter, 1991.
Produk substitusi yang harus mendapat perhatian lebih adalah produk yang mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau prestasi yang lebih baik
dibandingkan produk minuman sari buah dan dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi. Adapun produk substitusi yang dapat menjadi ancaman bagi CV
WPIU yaitu minuman sari buah dalam bentuk serbuk, maupun teh rasa buah yang marak di pasaran.
6. 4 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan
Analisis terhadap kondisi internal perusahaan tersebut dapat melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Analisis lingkungan internal
perusahaan dilakukan terhadap fungsional perusahaan yang terdiri dari
85 manajemen, produksi, keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, serta
penelitian dan pengembangan
6. 4.1 Analisis Manajemen
Manajemen puncak CV WPIU dipegang oleh pemilik perusahaan. Pimpinan perusahaan Manajemen CV WPIU masih dikelola secara sederhana
dimana direktur sebagai satu-satunya pengambil keputusan strategis perusahaan di segala aspek. Hal ini merupakan kelemahan perusahaan dikarenakan tidak jarang
pemilik perusahaan rangkap jabatan, yaitu yang menangani pemasaran bahkan terlibat dalam proses produksi.
Kekuatan CV WPIU dalam manajemen terdapat pada kecakapan pemilik perusahaan dalam mejalankan usahanya. Hal ini dikarenakan sebelum mendirikan
CV WPIU, pemilik juga telah bergerak pada usaha pengolahan rumput laut yang kini diserahkan kepada anak dari pemilik perusahaan. Dari latar belakang tersebut
pemilik perusahaan telah berpengalaman dalam pengelolaan usaha baik dari segi manajemen usaha maupun jaringan pemasaran.
Dalam menjalankan usahanya, pemilik perusahaan telah menerapkan Standard Operational Procedure SOP, khususnya dalam proses produksi. SOP
yang diterapkan CV WPIU mengacu pada GMP dari Universitas Pasundan yang terdiri dari proses produksi, pengepakan, dan penjadwalan produksi. Pada
dasarnya SOP telah berjalan dengan baik, akan tetapi terdapat kelemahan yaitu dalam hal sumberdaya manuasia. Terkadang hasil produk tidak sesuai dengan
SOP yang ditetapkan dikarenakan kesalahan dan ketidakdisiplinan pegawai. Sumberdaya manuasia merupakan aspek yang penting bagi CV WPIU.
Pemilik perusahaan selalu berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang terbuka dan kekeluargaan untuk menciptkan kondisi yang nyaman bagi para
pegawai. Pemilihan karyawan CV WPIU didasarkan pada visi misi perusahaan, yaitu pemberdayaan masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu perusahaan
merekrut karyawan dari masyarakat di sekitar lokasi perusahaan. Kelemahan internal yang terkait dengan aspek sumberdaya manusia CV
WPIU adalah mayoritas penduduk di sekitar lokasi usaha masih berpendidikan rendah, sehingga perusahaan mengalami kesulitan dalam perekrutan karyawan.
86 Rendahnya tingkat pendidikan karyawan berpengaruh terhadap pelaksanaan SOP
perusahaan yang membutuhkan keterampilan dan kedisiplinan dari pegawai.
6.4.2 Analisis Pemasaran
Pemasaran CV WPIU dipegang oleh bagian pemasaran sebagai pelaksana, sedangkan yang mengatur strategi maupun kebijakan dalam hal pemasaran adalah
pemilik perusahaan. Sesuai dengan misi perusahaan, yaitu “Memenuhi kebutuhan pasar lokal secara optimal dan membudayakan cinta produk Indonesia”, maka
perusahaan lebih memfokuskan kegiatan pemasarannya secara lokal, hal ini dikarenakan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar.
Salah satu unsur dalam strategi pemasaran ialah strategi bauran pemsaran marketing mix. Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran yang
digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran. Strategi bauran pemasaran merupakan inti bagi kegiatan pemasaran, yaitu meliputi variabel mana
saja yang dapat dikendalikan perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen.
1 Bauran Produk
Produk yang ditawarkan CV WPIU berupa produk minuman jus buah fruit juice, sirup, dan selai dari hasil pengolahan buah belimbing, jambu biji
merah dan wornas wortel-nanas yang merupakan komoditas unggulan Kota Depok. Pemilik perusahaan memberi merek produk dengan nama “ Winner”
berdasarkan sejarah berdirinya perusahaan yang mengalami berbagai hambatan dan brand “Winner” merupakan motivasi bagi CV WPIU agar
dapat menjadi pemenang di pasar. CV WPIU merupakan perusahaan pelopor yang melakukan pengolahan
terhadap Belimbing Dewa dan jambu merah yang merupakan komoditas unggulan Kota Depok. Selain itu perusahaan juga menciptakan inovasi jus
wornas wortel-nanas yang belum ada di pasaran. Produk minuman jus buah “Winner” merupakan minuman kemasan yang dapat dikonsumsi oleh seluruh
lapisan masyarakat dan memiliki manfaat kesehatan dari kandungan gizi yang terdapat pada sari buah belimbing, jambu biji merah, wortel, dan nanas.
87 Kemasan produk jus buah CV WPIU adalah kemasan botol plastik berukuran
250 mililiter dan label produk. Penentuan jenis kemasan botol plastik berukuran 250 mililiter berdasarkan survey pasar bahwa kemasan produk
lebih marketable karena bisa dihabiskan dengan sekali minum dan tidak merubah tekstur. Saat ini perusahaan masih memproduksi jus buah dalam satu
kemasan. Akan tetapi preusahaan telah memiliki rencana jangka panjang untuk mengeluarkan produk berukuran 500 dan 1000 mililiter. Kekuatan lain
yang dimiliki perusahaan ialah label produk yang didisain sendiri oleh anak dari pemilik perusahaan yang juga menjadi sekutu komanditer CV WPIU.
Label produk CV WPIU menjelaskan komposisi gizi, logo halal, nomor izin Dinkes, tanggal kadaluarsa, dan barcode. Label tersebut disajikan dalam tiga
bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab. Ini merupakan kekuatan yag dimiliki perusahaan karena produknya telah memenuhi syarat untuk
memasuki pasar lokal maupun ekspor. Produk CV WPIU telah terdiversifikasi karena mengeluarkan tiga varian
produk yaitu jus buah dan sirop. Pada saaat tertentu CV WPIU juga memproduksi selai dan kripik buah, yaitu untuk kepentingan pameran
komoditas unggulan Kota Depok. Proporsi produksi menurut input yang digunakan CV WPIU yaitu 60 persen belimbing, 25 persen jambu biji merah,
dan 15 persen wornas wortel-nanas. Proporsi tersebut ditentukan berdasarkan permintaan konsumen dan ketersediaan input.
2 Bauran Promosi
Kegiatan promosi merupakan usaha komunikasi yang diterapkan untuk memberitahu, mengenalkan, dan mempengaruhi konsumen mengenai
produknya yang dapat dilakukan dalam berbagai sarana. Kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan ini dilakukan melalui personal selling, pameran,
souvenir, dan liputan. Personal selling dilakukan CV WPIU dengan berhubungi calon pembeli
untuk menawarkan produk perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menjalin hubungan yang baik dengan calon pembeli. Personal selling dilakukan
dengan mendatangi kantin sekolah-sekolah, koperasi, bank, maupun instansi yang dikenal oleh pemilik perusahaan. Dengan dilakukannya personal selling
88 diharapkan konsumen lebih percaya dan dapat mengenal produk CV WPIU
secara langsung. Sebagai bagian dari personal selling, perusahaan membagi souvenir secara gratis kepada calon pembeli berupa bingkisan sampel produk
yang ditawarkan perusahaan. Kegiatan promosi lain yang dilakukan perusahaan yaitu dengan mengikuti
pameran. CV WPIU telah mengikuti berbagai pameran dan bazar yang diselenggarakan oleh universitas maupun instansi, seperti pameran
“Agroindustry Day” dan Pameran Buah-buahan Tropika di Institut Pertanian Bogor, Agrinex, dan event lainnya. Perusahaan juga mendapatkan tawaran
dari Pameran Produk Indonesia di Dubai, Abu Dhabi. Apabila 30 persen dari produk CV WPIU terjual di pameran tersebut, maka pihak penyelenggara
pameran, yaitu PT. Eka Prima Ekspor bersedia menjadi distributor produk CV WPIU.
Untuk promosi produk melalui liputan, CV WPIU sering mendapat tawaran peliputan dari majalah, tabloid, maupun televisi. Media massa yang pernah
meliput CV WPIU antara lain : majalah trubus, tabloid peluang usaha, SCTV, TPI, Trans 7, dan Jak TV. Promosi dengan cara liputan dipandang efektif,
terbukti dengan meningkatnya permintaan, terutama dari luar daerah. Kekuatan yang dimiliki CV WPIU dalam bidang promosi yaitu dari
kemampuan pemilik perusahaan dalam menjalin networking dengan berbagai pihak antara lain Pemda Depok, Koperasi, Kelompok Tani, Universitas, serta
instansi yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan CV WPIU.
Kelemahan perusahaan dari segi promosi yaitu promosi yang dilakukan CV WPIU masih cenderung pasif. Selama ini perusahaan yang mendapatkan
tawaran dari media massa. CV WPIU sendiri tidak mencantumkan iklan maupun kegiatan promosi ke dalam anggaran perusahaan. Padahal kegiatan
promosi secara aktif penting dilakukan terlebih lagi apabila perusahaan telah merambah ke supermarket.
3 Bauran Distribusi
Kegiatan distribusi merupakan cara yang dilakukan perusahaan untuk mengantarkan barang ke tanagan konsumen pada waktu yang tepat. Distribusi
89 produk CV WPIU dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Distribusi secara langsung digunakan untuk wilayah pemasaran di sekitar Kota Depok, yaitu melalui pameran-pameran, kantin-kantin koperasi
sekolah, kampus Universitas Indonesia, Universitas Gunadharma, dan BSM, gedung olahraga, dan perkantoran Bank Jabar dan Kejaksaan. CV WPIU
juga bermitra dengan Kelompok Tani Makmur Sejahtera dengan membuka outlet di Cinere, Pondok Cabe, dan Kelapa Dua. Pemasaran tidak langsung
CV WPIU dilakukan untuk menjangkau pemasaran ke daerah-daerah di luar kota Depok melalui kemitraan dengan agen-agen yang tersebar di beberapa
daerah, antara lain: Cirebon, Pontianak, Bangka Belitung, Oki Ogan Komering Ilir, Batam, dan Pekan Baru. Dari agen tersebut, produk jus buah
Winner ada yang dijual langsung kepada konsumen maupun disalurkan ke pengecer baru kemudian kepada konsumen akhir. Saluran distribusi
perusahaan dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Aliran Distribusi Produk Minuman Sari Buah CV Winner
Perkasa Indonesia Unggul Sumber : CV Winner Perkasa Indonesia Unggul 2009
4 Bauran Harga
Kebijakan penetapan harga sama pada setiap produk yang dikeluarkan oleh CV WPIU, yaitu cost based pricing. Cost based pricing yaitu penetapan
harga dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu produk ditambah dengan keuntungan yang
diinginkan perusahaan atau yang disebut mark up. Harga jus buah yang ditetapkan CV WPIU bervariasi. Untuk pembelian
secara eceran, perusahaan menetapkan harga Rp 3.500,00 per botol. Khusus untuk di pameran, CV WPIU menetapkan harga hingga Rp 5.000,00 per
botol. Untuk pembelian partai besar di atas 120 botol, perusahaan Pengecer
CV WPIU AgenDistributor
Konsumen
90 menetapkan harga sebesar Rp 2.500,00 per botol. Apabila perusahaan
menjual melalui agen, maka perusahaan hanya menentukan harga hingga sampai ke tangan agen. Untuk selanjutnya agenlah yang memiliki wewenang
untuk menentukan harga. Strategi penetapan harga berbeda apabila perusahaan memasuki pasar
supermarket. Untuk harga di tingkat supermarket, perusahaan menetapkan harga dasar sebesar Rp 3.200,00 per botol belum termasuk discount 15
persen, sehingga harga terendah yang dapat diberikan perusahaan kepada pihak supermarket yaitu sebesar Rp 2.720,00 per botol. Untuk mencegah
penipuan, perusahaan pada umumnya menetapkan ssistem pembayaran tunai kepada agen penjualan. Apabila agen dinilai dapat dipercaya, maka
perusahaan mengijinkan agen untuk membayar uang muka terlebih dahulu.
6.4.3 Analisis Keuangan dan Akuntansi
Kondisi keuangan CV WPIU berjalan baik karena merupakan modal sendiri dan tidak memiliki beban hutang. Modal usaha adalah modal pribadi
pemilik, sedangkan dana dan modal operasional perusahaan berasal dari keuntungan usaha yang diinvestasikan kembali. CV WPIU saat ini tidak
menerima bantuan dari lembaga keuangan. Akan tetapi perusahaan berencana untuk melakukan pinjaman kepada lembaga keuangan sebagai tambahan modal
untuk menambah kapasitas produksi untuk memasuki pasar supermarket. Kondisi keuangan perusahaan saat ini merupakan kekuatan apabila perusahaan
mengajukan kredit ke lembaga keuangan. CV WPIU masih melakukan pencatatan keuangan secara sederhana, masih
berupa garis besar mengenai penerimaan dan pengeluaran perusahaan, belum berupa sistem akuntansi yang terkomputerisasi. Ini merupakan kelemahan
perusahaan karena dengan adanya pencatatan akuntansi yang sistematis dan terkomputerisasi, dapat membantu perusahaan dalam megevaluasi dan menilai
kinerja perusahaan dengan lebih tepat dan efisien. Laporan keuangan yang terperinci juga membantu CV WPIU dalam perolehan tambahan modal dan
sebagai pertimbangan lembaga keuangan untuk memberikan kredit kepada perusahaan.
91
6.4.4 Analisis Produksi
Kekuatan yang dimiliki CV WPIU pada bidang produksi yaitu adanya peran serta Universitas Pasundan Unpas sebagai pembimbing CV WPIU. Dari
kerjasama tersebut, CV WPIU mendapatkan Good Manufacturing Practices GMP yang diterapkan sebagai SOP perusahaan dalam proses produksi semua
produk yang dihasilkan perusahaan. Selain itu, perusahaan juga menjalin hubungan yang baik dengan pemasok bahan baku, yaitu Kelompok Tani Makmur
Sejahtera. Dengan bermitra dengan kelompok tani, perusahaan mendapat jaminan kontinuitas pasokan bahan baku, terutama belimbing dan jambu biji merah.
Dalam mengatasi permasalahan persediaan bahan baku yang musiman, perusahaan telah melakukan pengelolaan persediaan bahan baku dengan
mengolah kelebihan bahan baku pada musim panen menjadi puree bubur buah, sehingga perusahaan tidak mengalami kekurangan bahan baku pada saat di luar
musim panen. Inovasi perusahaan dengan menciptakan produk jus dan sirup wornas juga dilakukan untuk mengatasi kelangkaan bahan baku di pasaran, selain
dengan rasanya yang segar. Kegiatan produksi dan operasi CV WPIU masih menggunakan teknologi
yang sederhana. Kelemahan yang dimiliki CV WPIU dari segi produksi yaitu kondisi mesin pulper yang mudah rusak dikarenakan seringnya alat mengalami
overcapacity pada proses produksi. Kerusakan alat ini sangat merugikan perusahaan karena perusahaan harus menggunakan blender yang hanya mampu
menampung 750 gr buah sekali proses dibandingkan dengan pulper yang mampu menampung 20 kg buah setiap satu kali proses produksi. Selai itu, kondisi pabrik
yang sudah tidak memadai, yaitu terdapat kerusakan pada atap dan dinding ruangan sering mengganggu aktivitas perusahaan saat musim hujan.
6.4.5 Analisis Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan penelitian dan pengembangan merupakan hal yang penting dalam suatu perusahaan. Penelitian dan pengembangan memungkinkan
perusahaan untuk menciptakan serangkaian inovasi yang dapat meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan. Penelitian dan pengembangan juga
membantu perusahaan dalam mengevaluasi kelebihan dan kekurangan produk yang dihasilkan.
92 Sebagai sebuah UKM, kegiatan penelitian dan pengembangan yang
dilakukan CV WPIU dinilai cukup baik. Hal ini dilihat dari peran serta universitas sebagai pembimbing yang selalu memberi masukan kepada perusahaan. Selain itu,
perusahaan juga membentuk tim kreatif yang terdiri dari pemilik perusahaan, sekutu komanditer, dan petani kreatif untuk merancang disain produk yang akan
dihasilkan perusahaan. Perusahaan juga melakukan uji coba terhadap penggunaan sinar ultraviolet sebagai pengganti bahan pengawet sebagai bagian dari kegiatan
litbang perusahaan.
6.5 Identifikasi Peluang dan Ancaman, serta Kekuatan dan Kelemahan
Faktor-faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan perusahaan berasal dari identifikasi
lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Identifikasi lingkungan eksternal dan internal perusahaan tersebut akan digunakan untuk tahap formulasi strategi
berikutnya.
6.5.1 Identifikasi Peluang dan Ancaman Perusahaan
Berdasarkan analisis terhadap lingkungan eksternal perusahaan, maka diperoleh peluang dan ancaman yang berkaitan dengan kondisi perusahaan saat
ini. Serangkaian peluang dan ancaman tersebut dapat dimanfaatkan CV WPIU untuk menyusun strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi perusahaan.
Peluang dan ancaman tersebut diperoleh melalui melalui analisis terhadap lingkungan eksternal makro yang terdiri dari situasi ekonomi, politik dan
kebijakan pemerintah, sosial, budaya, demografi, dan lingkungan; serta analisis lingkungan industri CV WPIU. Hasil identifikasi terhadap lingkungan eksternal
dapat dilihat pada Tabel 24.
93
Tabel 24. Identifikasi Lingkungan Eksternal Perusahaan
Aspek Peluang
Ancaman
Ekonomi
Menurunnya suku bunga BI yang mendorong penurunan suku bunga
pinjaman
Pertumbuhan ekonomi yang melambat
Politik dan Kebijakan Pemerintah
Kenaikan tarif bea masuk impor industri minuman
Dijadikannya belimbing sebagai ikon Kota Depok
Sosial, Budaya, Demografi, dan
Lingkungan
Produk jus buah yang dapat dikonsumsi siapa saja
Pertumbuhan pangsa pasar jus buah cukup tinggi
Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi buah
Teknologi
Perkembangan teknologi proses pengolahan , komunikasi, dan
komputerisasi, Persaingan antar
Anggota Industri
Dominasi oleh perusahaan besar
Ancaman Pendatang Baru
Hambatan masuk industri rendah
Munculnya pendatang baru dengan konsep bisnis yang
sama Bargaining Position
Pemasok
Kekuatan tawar-menawar pemasok lebih rendah
Bargaining Position Pembeli
Pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar yang tinggi
untuk memilih jus buah yang dikonsumsi diantara industri
yang semakin bertambah. Ancaman Produk
Substitusi
Maraknya produk substitusi yang beredar di pasaran
94
6.5.2 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan
Hasil analisis lingkungan internal menghasilkan kekuatan dan kelemahan yang dapat digunakan untuk mengatasi peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan. Serangkaian kekuatan dan kelemahan perusahaan tersebut terdiori dari factor manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi, serta
penelitian dan pengembangan. Hasil identifikasi terhadap kekuatan dan kelemahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Identifikasi Lingkungan Internal Perusahaan
Faktor Kekuatan
Kelemahan
Manajemen
Pengalaman dan keterampilan pemilik perusahaan
Seluruh pengambilan keputusan masih berpusat kepada pimpinan
perusahaan
Kualitas SDM karyawan perusahaan yang kurang
memadai Pemasaran
UKM pelopor yang mengolah belimbing varietas Dewa Dewi di Depok
Memliki label kemasan dalam tiga bahasa dan dilengkapi barcode
Telah memiliki outlet sendiri dan memiliki banyak agen
Keuangan dan
Akuntansi
Perusahaan tidak memiliki beban hutang
Belum melakukan pencatatan keuangan yang terkomputerisasi
Keterbatasan modal untuk pengembangan usaha
Produksi
Penerapan GMP pada bidang produksi
Lokasi perusahaan dekat dengan sumber bahan baku
Kapasitas mesin yang digunakan belum optimal
Kondisi ruang produksi yang tidak memadai
Penelitian dan
Pemgembangan
Perusahaan memiliki tim kreatif dalam melakukan inovasi
Kegiatan penelitian dan pengembangan berjalan dengan baik
VII. FORMULASI STRATEGI
7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE
Matriks EFE dan IFE diperoleh setelah identifikasi faktor peluang dan ancaman yang dihadapi serta faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
perusahaan. Seluruh faktor tersebut dirumuskan berdasarkan analisis pada tahapan input untuk diolah dengan metode paired comparison pada matriks EFE dan IFE.
Matriks EFE terdiri dari faktor peluang dan ancaman, sedangkan matriks IFE terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan. Bobot yang diberikan pada masing-
masing faktor menunjukkan tingkat kepentingan relatif dari faktor terhadap keberhasilan CV WPIU dalam industri minuman sari buah. Hasil pembobotan
terhadap faktor yang diidentifikasi kemudian dikalikan dengan rating yang diperoleh dari hasil pemeringkatan terhadap faktor peluang, ancaman, kekuatan,
dan kelemahan. Nilai bobot dan rating ditetapkan berdasarkan kuesioner dan wawancara mendalam terhadap pihak manajemen CV WPIU, yaitu pemilik dan
pengelola keuangan perusahaan.
7.1.1 Analisis Matriks EFE
Analisis lingkungan eksternal CV WPIU menghasilkan sembilan peluang dan enam ancaman. Kedelapan peluang berasal dari lingkungan eksternal makro,
yaitu: 1 Menurunnya suku bunga BI yang mendorong penurunan suku bunga pinjaman; 2 kenaikan tarif bea masuk produk minuman impor; 3 djadikannya
belimbing sebagai ikon Kota Depok; 4 produk jus buah dapat dikonsumsi berbagai kalangan; 5 pertumbuhan pangsa pasar jus cukup tinggi; 6
peningkatan kesadaran masyarakat akan konsumsi buah; dan 7 perkembangan teknologi proses pengolahan, komunikasi, dan komputerisasi. Sedangkan peluang
dari lingkungan industri yaitu kekuatan tawar-menawar pemasok yang lebih rendah.
Dari identifikasi lingkungan eksternal, terdapat lima ancaman yang dihadapi CV WPIU, antara lain : 1 pertumbuhan ekonomi melambat; 2
dominasi oleh perusahaan besar; 3 hambatan masuk industri rendah; 4 Munculnya pendatang baru dengan konsep bisnis yang sama; 5 pembeli
96 memiliki kekuatan tawar- menawar yang tinggi; dan 6 Bertambahnya produk
substitusi yang beredar di pasaran. Hasil pembobotan terhadap faktor peluang dan ancaman dilakukan dengan
menggunakan metode perbandingan berpasangan paired comparison. Proses pembobotan dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis terhadap faktor
strategis eksternal dirangkum pada matriks EFE yang dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Hasil Analisis Matriks EFE CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
Faktor Strategis Eksternal Bobot
Rata- rata
Rating Rata-
Rata Skor
Rata- Rata
Peluang
Menurunnya suku bunga BI yang mendorong penurunan suku bunga pinjaman
0,0778 2,3
0,1816 Kenaikan tarif bea masuk produk minuman impor
0,0714 3,0
0,2143 Dijadikannya belimbing sebagai ikon Kota Depok
0,0568 3,3
0,1893 Produk jus buah yang dapat dikonsumsi berbagai
kalangan 0,0742
3,0 0,2225
Pertumbuhan pangsa pasar jus cukup tinggi 0,0815
2,7 0,2173
Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi buah
0,0714 3,0
0,2143 Perkembangan teknologi proses pengolahan ,
komunikasi, dan komputerisasi 0,0650
2,7 0,1734
Kekuatan tawar-menawar pemasok lebih rendah 0,0705
3 0,2115
Total 0,5687
1,6242 Ancaman
Pertumbuhan Ekonomi melambat 0,0468
2,3 0,1090
Dominasi oleh perusahaan besar 0,0722
2,3 0,1752
Hambatan masuk industri rendah 0,0762
2,0 0,1612
Munculnya pendatang baru dengan konsep bisnis yang sama
0,0714 2,7
0,1978 Pembeli memiliki kekuatan untuk memilih produk yang
diinginkan 0,0722
2,7 0,2051
Bertambahnya produk substitusi yang beredar di pasaran 0,0738
2,3 0,1816
Total 0,4127
1,0299
Sumber : Data Primer, diolah 2009
97 Tabel 30 menunjukkan bahwa total skor peluang pada matriks EFE yaitu
2,6096 dengan skor peluang 1,6242 dan skor ancaman sebesar 1,0299. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor peluang yang memberikan total rataan
peluang tertinggi adalah jus buah yang dapat dikonsumsi berbagai kalangan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai bobot 0,2225. Rating tiga menunjukkan bahwa
perusahaan merespon peluang meningkatnya kesadaran masyarakat akan konsumsi buah dengan baik. Faktor jus buah yang dapat dikonsumsi berbagai
kalangan menjadi peluang utama bagi CV WPIU karena memiliki tingkat kepentingan
terbesar bagi
pengembangan usaha.
Sedangkan peluang
perkembangan teknologi proses pengolahan, komunikasi, dan informasi dianggap kurang penting dan mendapatkan respon yang kurang baik dari perusahaan
dengan bobot skor 0,1734 dan rating duamkoma tujuh. Faktor strategis eksternal yang merupakan ancaman utama bagi
perusahaan adalah pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar yang lebih tinggi, yaitu dengan skor sebesar 0,1926
. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pembeli
yang memiliki tawar menawar yang tinggi berpengaruh kuat terhadap implementasi strategi perusahaan. Besarnya rating menunjukkan perusahaan
memberi respon yang kuat terhadap faktor tersebut. Ancaman pertumbuhan
ekonomi yang melambat mendapatkan bobot terendah, yaitu dengan skor 0,0193. Total keseluruhan matriks EFE yaitu 2, 6542. Hal ini menunjukkan bahwa CV
WPIU berada pada kondisi menengah dalam merespon lingkungan eksternal, baik peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.
7.1.2 Analisis Matriks IFE
Hasil analisis matriks IFE menghasilkan delapan kekuatan dan enam kelemahan yang dimiliki CV WPIU. Faktor strategis kekuatan yang dimiliki
perusahaan adalah : 1 pengalaman dan kecakapan pemilik perusahaan; 2 penerapan GMP Good Manufacturing Practices pada proses produksi; 3 UKM
pelopor yang mengolahbelimbing Dewa di Kota Depok; 4 atribut label produk lengkap; 5 telah memiliki outlet sendiri dan agen yang tersebar; 6 tidak
memiliki beban hutang; 7 perusahaan memiliki tim kreatif sendiri dalam
98 melakukan inovasi; 8 Lokasi perusahaan dekat dengan bahan baku, dan 9
Kegiatan penelitian dan pengembangan berjalan dengan baik. Faktor kelemahan yang dimiliki CV WPIU antara lain : 1 seluruh
pengambilan keputusan masih terpusat pada pimpinan perusahaan; 2 kondisi ruang produksi yang tidak memadai; 3 SDM karyawan perusahaan kurang
memadai; 4 keterbatasan modal untuk pengembangan usaha; 5 belum melakukan pembukuan usaha yang sistematis dan terkomputerisasi; dan 6
kapasitas mesin yang digunakan belum optimal. Hasil analisis matriks IFE terhadap faktor strategis internal CV WPIU dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Hasil Analisis Matriks IFE CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
Faktor Strategis Internal Bobot
Rata- Rata
Rating Rata-
Rata Skor
Kekuatan
Pengalaman dan kecakapan pemilik perusahaan 0,0697
4,0 0,2788
Penerapan GMP pada proses produksi 0,0761
3,7 0,2790
UKM pelopor yang mengolah Belimbing Dewa di Depok 0,0507
4,0 0,2028
Memiliki label kemasan lengkap 0,0682
4,0 0,2726
Telah memiliki outlet sendiri dan agen yang tersebar 0,0634
3,7 0,2324
Tidak memiliki beban hutang 0,0626
3,3 0,2086
Perusahaan memiliki tim kreatif dalam melakukan inovasi 0,0761
3,7 0,2789
Lokasi perusahaan dekat dengan sumber bahan baku 0,0753
3,7 0,2760
Kegiatan penelitian dan pengembangan berjalan dengan baik 0,0578
3,7 0,2121
Total 0,5998
2,2412 Kelemahan
Seluruh pengambilan keputusan masih terpusat pada pimpinan 0,0571
1,0 0,0563
kondisi pabrik yang tidak memadai 0,0732
1,3 0,0951
SDM karyawan kurang memadai 0,0733
1,3 0,0951
Keterbatasan modal untuk pengembangan usaha 0,0755
1,0 0,0737
Belum melakukan pembukuan usaha yang sistematis 0,0581
1,3 0,0740
Kapasitas mesin yang digunakan belum optimal 0,0741
1,3 0,0962
Total 0,4112
0,4903
Sumber : Data Primer, diolah 2009
99 Tabel 31 menunjukkan hasil matriks IFE terhadap faktor strategis internal
CV WPIU. Faktor kekuatan perusahaan mendapatkan skor sebesar 2,2412 dan faktor kelemahan perusahaan sebesar mendapatkan skor sebesar 0,4903. Faktor
kekuatan yang memiliki skor tertinggi yaitu penerapan GMP pada proses produksi dengan skor 0,2790 dengan rating tiga koma tujuh. Hal ini menunjukkan bahwa
faktor tersebut merupakan kekuatan utama perusahaan yang berperan penting dalam menentukan keberhasilan perusahaan dan arah pengembangan usaha ke
depan. Sedangkan faktor tidak memiliki beban hutang danggap sebagai kekuatan minor CV WPIU dengan skor 0,2086 dengan rating tiga koma tiga.
Faktor strategis yang dianggap sebagai kelemahan utama CV WPIU yaitu seluruh pengambilan keputusan masih terpusat pada pimpinan dengan bobot skor
0,0563 dengan rating satu. Faktor kelemahan lainnya yang dianggap sebagai faktor kelemahan mayor yang dimiliki CV WPIU yaitu keterbatasan modal untuk
pengembangan usaha dengan bobot skor 0,0755 dengan rating satu. Hasil penilaian matriks IFE terhadap faktor strategis internal CV WPIU yang terdiri dari
kekuatan dan kelemahan menghasilkan skor total sebesar 2,7315. Total skor faktor kunci internal tersebut menjelaskan bahwa perusahaan berada pada kondisi
rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki perusahaan dalam mencapai keberhasilan perusahaan.
7.2 Analisis Matriks Internal – Eksternal IE
Hasil analisis terhadap faktor – faktor strategis internal dan eksternal yang terangkum dalam matriks IFE dan EFE kemudian dipetakan ke dalam matriks IE
Internal-External. Matriks IE memetakan hasil skor matriks IFE dan EFE ke dalam sembilan sel yang didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata
tertimbang IFE yang dipetakan ke pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y. Hasil perpaduan dari kedua dimensi tersebut akan
menentukan posisi CV WPIU saat ini di dalam industri dan menentukan strategi pengembangan usaha yang sesuai untuk diterapkan pada perusahaan dlam
menjawab tantangan dan mewujudkan keberhasilan perusahaan ke depan. Pemetaan total rata-rata tertimbang skor IFE sebesar 2,7453 kondisi
rata-rata dan total skor EFE sebesar 2,6096 menengah telah memposisikan CV
100
4,0
1,0
WPIU pada sel ke V dengan koordinat 2,7315; 2,6542. Posisi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi hold and maintain
pertahankan dan pelihara. Strategi yang sesuai untuk diterapkan pada kondisi ini yaitu strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.
Strategi penetrasi pasar merupakan startegi yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produkjasa saat ini dengan upaya
pemasaran yang lebih besar. Untuk meningkatakan pangsa pasar jus buah CV WPIU, perusahaan dapat melakukan kegiatan promosi ke pasar moderen agar
produk dapat dikenal secara luas. Strategi pengembangan produk adalah strategi untuk meningkatkan
penjualan dengan cara memodifikasi produk atau jasa saat ini. Pengembangan produk dapat dilakukan dengan memperbaiki meningkatkan kualitas maupun
jenis. Pengembangan produk baru dibutuhkan untuk menyajikan lebih banyak pilihan untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Oleh karena itu dibutuhkan
upaya untuk mengoptimalkan peran penelitian dan pengembangan pada perusahaan. hasil pemetaan yang menunjukkan posisi CV WPIU dapat dilihat
pada Gambar 13.
TOTAL SKOR EVALUASI FAKTOR INTERNAL
Gambar 13. Matriks IE CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
Kuat Rata-Rata
Lemah 3,0 - 4,0
2,0 - 2,99 1,00 - 1,99
I II
III IV
2,7315;2,6542
V VI
VII VIII
IX
1,0
TOTAL SKOR
EVALUASI FAKTOR
EKSTERNAL
3,0 Tinggi
3,0 – 4,0
Rendah 1,0 – 1,99
2,0 Sedang
2,0 – 2,9 3,0
2,0