Fasilitas Usaha Analisis Matriks EFE dan IFE

65 WPIU dikemas dalam botol plastik berukuran 250 ml yang mencantumkan merek dagang, no registrasi Dinkes no IRT 213327603088, label halal dengan No.MUI- JB 1006230904, komposisi gizi, barcode, nama perusahaan, dan tanggal kadaluarsa. Label kemasan CV WPIU terdiri dari tiga bahasa, yaitu Bahasa indonesia, Inggris, dan Arab. Karakteristik berbagai produk jus buah CV WPIU dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Karakteristik Produk Minuman Sari Buah pada CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Tahun 2009 Produk Keterangan Sari Buah Belimbing :  Warna cairan : kuning muda  Bahan baku : belimbing, gula, air, asam sitrat, natrium benzoat, TBM Sari Buah Jambu Biji Merah :  Warna Cairan : merah muda  Bahan Baku : jambu biji merah, gula, air, natrium bezoat, asam sitrat, TBM Sari Buah Wortel-Nanas Wornas  Warna cairan : jingga  Bahan baku : wortel, nanas, gula, air, natrium benzoat, asam sitrat, TBM Sumber : CV Winner Perkasa Indonesia Unggul 2009

VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 6.1

Gambaran Umum Konsumen Jus Buah Kemasan Winner Penilaian terhadap gambaran umum konsumen jus buah Winner dilakukan sebagai bahan pertimbangan untuk perumusan strategi pengembangan usaha. Analisis gambaran umum konsumen dilakukan secara deskriptif mengenai karakteristik konsumen jus buah kemasan Winner dan penilaian konsumen terhadap atribut jus buah kemasan yang dikeluarkan CV WPIU.

6.1.1 Karakteristik Konsumen Jus Buah Kemasan Winner

Karakteristik konsumen jus buah Winner dilihat dari data demografi. Adapun variabel demografi yang digunakan meliputi jenis kelamin, usia, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Variabel demografi merupakan dasar yang populer untuk membedakan para pelanggan dan sering sangat berhubungan dengan keinginan, preferensi, dan tingkat pemakaian konsumen Kotler, 1995. Sebaran usia responden yang mengkonsumsi jus buah kemasan Winner dibagi ke dalam lima kelompok usia, yaitu usia 17 – 23 tahun sebagai kelompok masa transisi, usia 24 – 30 tahun sebagai kelompok usia masa pembentukan karir, usia 31 – 40 sebagai masa peningkatan karir, usia 41 – 50 tahun sebagai masa kemapaman, dan usia 51 – 65 tahun sebagai masa pensiun Khasali, 2003. Berdasarkan sebaran responden pada Tabel 17, maka dapat dilihat bahwa mayoritas konsumen jus buah Winner berada pada kelompok usia 17 – 23 tahun sebanyak 19 orang yang terdiri dari pelajarmahasiswa dengan persentase 63,33 persen. Sebaran responden menurut status perkawinan mayoritas belum menikah, yaitu sejumlah 21 orang atau 70 persen dari total responden, sedangkan responden menikah berjumlah sembilan orang. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa pangsa pasar jus buah kemasan Winner didominasi oleh kalangan generasi muda. Hal ini terkait dengan karakter generasi muda mudah menerima dan selalu ingin mencoba hal baru, serta mudah terpengaruh oleh gaya hidup yang sedang berkembang. Responden jus buah kemasan Winner lebih banyak berjenis kelamin pria dibandingkan dengan jenis kelamin wanita. Hal ini dapat dilihat dari sebaran responden menurut jenis kelamin yang terdiri dari 18 orang pria dan 12 orang 67 pria. Banyaknya responden pria dibandingkan dengan wanita disebabkan oleh aktifitas pria yang lebih padat dan lebih banyak menguras tenaga jika dibandingkan dengan responden wanita, sehingga pria lebih cenderung mengkonsumsi jus buah untuk menghilangkan dahaga. Menurut Engel 1994, variabel pendidikan merupakan salah satu variabel yang objektif dan tepat dalam mengukur kelas sosial. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara pandang, cara berpikir, bahkan mempengaruhi persepsi mereka terhadap suatu produk. Tingkat pendidikan kosumen jus buah Winner pada umumnya baik, hal ini dapat dilihat dari Tabel 18, yaitu mayoritas telah melewati jenjang pendidikan menengah ke atas dengan tingkat pendidikan terakhir S1 sarjana sebanyak 15 orang 50 dan SMA sebanyak sembilan orang 30. Responden yang telah melewati jenjang pendidikan atas akan cederung lebih kritis dalam menilai produk yang dikonsumsi. Tingkat pendapatan dari responden jus buah Winner dibagi menjadi beberapa skala pendapatan, diantaranya Rp 500.000,00 per bulan, Rp 500.000,00 – Rp 999.999,99 per bulan, Rp 1.000.000,00 – Rp 2.499.999,99 per bulan, Rp 2.500.000,00 – Rp 4.999.999,99 per bulan, dan Rp 5.000.000,00 per bulan. Dari hasil pengumpulan data kuesioner, diperoleh bahwa mayoritas konsumen jus buah Winner berada pada kelompok pendapatan Rp 500.000,00 – Rp 999.999,99 per bulan, yaitu sebanyak 17 orang atau 56,67 persen. Hal ini dikarenakan mayoritas konsumen jus buah Winner merupakan pelajarmahasiswa yang masih bergantung kepada orangtua. Bagi pelajarmahasiswa, tingkat pendapatan per bulan merupakan rata-rata uang saku tiap bulan yang didapat dari orangtua. Selain itu menunjukkan bahwa responden jus buah Winner merupakan golongan ekonomi menengah ke bawah yang sensitif terhadap harga. Hal ini dapat menjadi pertimbangan apabila perusahaan bermaksud untuk menaikkan harga produk dari harga semula. Sebaran karakteritik umum responden jus buah Winner dapat dilihat pada Tabel 18. 68 Tabel 18. Karakteristik Umum Konsumen Jus Buah Winner Produksi CV WPIU No Karakteristik Demografi Jumlah Persentase

1. Jenis Kelamin

Pria 18 60,00 Wanita 12 40,00 Total 30 100 2. Umur 17 – 23 19 63,33 24 – 30 6 20,00 31 – 40 3 10,00 41 – 50 1 3,33 51 – 65 1 3,33 Total 30 100 3. Status Perkawinan Belum Menikah 21 70,00 Menikah 9 30,00 Total 30 100 4. Pendidikan Terakhir SD 2 6,67 SMP 2 6,67 SMA 9 30,00 Diploma 1 3,33 S1 Sarjana 15 50,00 S2 Pascasarjana 1 3,33 Total 30 100,00 5. Pekerjaan Pelajar mahasiswa 19 63,33 Karyawan Swasta 6 20,00 Ibu Rumahtangga 2 6,67 Belumtidak bekerja 3 10,00 Total 30 100 6. Tingkat pendapatan Bulan 500.000 7 23,33 500.000 – 999.999 17 56,67 1.000.000 – 2.499.999 4 13,33 2.500.000 – 4.999.999 1 3,33 5.000.000 1 3,33 Total 30 100

6.1.2 Penilaian Konsumen Terhadap Jus Buah Kemasan Winner

Atribut yang dinilai dari jus buah kemasan Winner terdiri dari rasa, kemasan, harga, intensitas promosi, dan kemudahan memperoleh produk. Jika dilihat dari rasa, sebanyak 15 orang responden 50 menyatakan bahwa jus buah Winner enak, memiliki rasa yang khas sehingga mudah diingat, ada keinginan untuk mencoba kembali. Sedangkan 13 orang responden menyatakan 69 bahwa rasa jus buah Winner cukup enak, tidak khasbiasa saja, dan belum ada keinginan untuk mencoba kembali dan dua orang 6,67 menyatakan jus buah Winner kurang enak. Sebaran responden jus buah Winner dalam menilai rasa dapat dilihat pada Tabel 19. Kemasan yang digunakan produk jus buah yang dikeluarkan CV WPIU menggunakan botol plastik berukuran 250 mililiter. Kemasan tersebut terdiri dari tiga bahasa dan telah memiliki label halal, tanggal kadaluarsa, dan izin dari dinas kesehatan. Sebanyak dua responden 6,67 menyatakan bahwa kemasan sangat menarik, perpaduan warna-warna dan gambar kemasan sangat sesuai, menarik perhatian, lebih menarik untuk dilihat dibandingkan dengan produk jus buah lainnya, dan sebanyak 15 responden 50 menyatakan bahwa kemasan cukup menarik perhatian, akan tetapi tujuh orang responden 23,33 menyatakan bahwa kemasan kurang menarik, perpaduan warna-warna dan gambar tidak sesuai, kurang menarik, kurang sesuai untuk produk yang dijual. Harga jual eceran produk jus buah Winner kemasan 250 ml adalah Rp 3.500,00 per botol. Jika dilihat dari segi harga, sebanyak 16 orang responden 53,33 menilai bahwa harga jus buah Winner sama dengan harga jus buah merek lainnya dan tiga orang responden 10 menyatakan bahwa produk jus buah Winner sedikit lebih murah bila dibandingkan dengan produk jus buah lainnya dan satu orang responden menyatakan harga jus buah Winner paling murah bila dibandingkan dengan jus buah merek lainnya. Sementara itu 10 orang responden 33,33 menyatakan harga produk jus buah Winner sedikit lebih mahal dibandingkan dengan produk jus buah lainnya. Aspek lainnya yang diberi penilaian oleh konsumen yaitu intensitas promosi. Intensitas promosi yang dinilai yaitu seberapa sering perusahaan memberikan informasi mengenai produk jus buah Winner kepada konsumen. Sebanyak 16 orang responden 53,33 menyatakan bahwa mereka sangat jarang memperoleh informasi mengenai jus buah Winner, 13 orang 43,33 menyatakan jarang mendapatkan informasi, dan satu orang 3,33 menyatakan cukup sering mendapatkan informasi. Hal ini terkait dengan produk jus buah Winner yang masih belum memasuki pasar supermarket dan proporsi penjualan produk CV WPIU 70 persen disalurkan melalui distributor yang tersebar di luar 70 kota, sedangkan 30 persen melalui penjualan langsung, baik ke sekolah-sekolah, universitas, kantor, maupun melalui pameran. Jus buah kemasan yang mudah diperoleh, baik di supermarket maupun di warung sering menjadi pilihan bagi konsumen. Hasil pengumpulan data dari 30 responden, sebanyak 13 responden 43,33 menyatakan jus buah kemasan Winner tidak mudah diperoleh, sembilan responden 30 menyatakan tidak tahu, empat orang responden 13,33 menyatakan jus buah Winner mudah diperoleh, dua orang responden 6,67 menyatakan sangat mudah diperoleh, sedangkan dua orang responden 6,67 menyatakan jus buah Winner sangat tidak mudah diperoleh. Banyaknya responden yang menyatakan jus buah Winner tidak mudah diperoleh dan tidak tahu, menunjukkan bahwa konsumen kurang mendapatkan informasi mengenai dimana saja mereka dapat memperoleh jus buah kemasan Winner tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan perlu memperluas pemasarannya, khususnya di wilayah Jabodetabek dan disertai dengan promosi yang gencar. Penilaian konsumen terhadap jus buah Winner yang diproduksi oleh CV WPIU dapat dilihat pada Tabel 19. 71 Tabel 19. Penilaian Responden Terhadap Jus Buah Winner Produksi CV WPIU No. Aspek Jumlah Persentase

1. Rasa

Sangat Enak Enak 15 50,00 Cukup Enak 13 43,33 Kurang Enak 2 6,67 Tidak Enak Total 30 100 2. Kemasan Sangat Menarik 2 6,67 Menarik 6 20,00 Cukup Menarik 15 50,00 Kurang Menarik 7 23,33 Tidak Menarik Total 30 100 3. Harga Paling murah 1 3,33 Sedikit lebih murah 3 10,00 Sama dengan merek lainnya 16 53,33 Sedikit lebih mahal 10 33,33 Paling mahal Total 30 100 4. Intensitas Promosi Sangat sering Cukup sering 1 3,33 Jarang 13 43,33 Sangat jarang 16 53,33 Total 30 100 5. Kemudahan Memperoleh Sangat mudah 2 6,67 Mudah 4 13,33 Tidak tahu 9 30,00 Tidak mudah 13 43,33 Sangat tidak mudah 2 6,67 Total 30 100 72

6. 2 Analisis Lingkungan Eksternal Makro

6.2.1 Ekonomi

Krisis perumahan di AS masih berdampak pada perekonomian dunia, tidak terkecuali perekonomian negara-negara maju. Pada tahun 2008 banyak negara di luar AS yang telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Jatuhnya perekonomian global ke masa resesi akan mengakibatkan turunnya permintaan akan produk Indonesia di pasar global dan menekan ekspor dengan sangat signifikan. Dampak negatif akan sangat dirasakan pada industri yang berorientasi ekspor yang berakibat pada Pemutuan Hubungan Kerja PHK yang sulit dihindari. Secara keseluruhan, kontribusi ekspor terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia relatif kecil, yaitu hanya sekitar 29 persen, lebih kecil dari negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Singapura, misalnya, memiliki rasio ekspor terhadap PDB sekitar 230 persen dan Malaysia sekitar 110 persen. Rendahnya rasio ekspor terhadap PDB Indonesia menyebabkan Indonesia relatif lebih sedikit terpengaruh oleh resesi perekonomian global dibadingkan dengan negara lain di Asia Tenggara. Jika dilihat dari indikator-indikator ekonomi makro domestik saat ini, perekonomian Indonesia telah melambat sejak memasuki semester kedua tahun 2008. Hal ini terlihat dari mulai jatuhnya Coincident Economic Index CEI sejak bulan Juli tahun 2008. CEI merupakan indeks yang menggambarkan keadaan ekonomi pada suatu saat. CEI yang meningkat menggambarkan ekonomi yang terus membaik, sedangkan CEI yang menrurun menunjukkan keadaan ekonomi yang memburuk. Kenaikan harga bahan pangan di semester pertama tahun 2008 dan kenaikan harga BBM pada bulai Mei tahun 2008 telah menyebabkan menurunnya daya beli konsumen. Selain itu, keterlambatan realisasi belanja pemerintah dan suku bunga yang terus meningkat hingga bulan Oktober 2008 menyebabkan perekonomian Indonesia melambat. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. 73 Walaupun perekonomian Indonesia melambat, terdapat beberapa indikasi bahwa perekonomian Indonesia dapat terhindar dari perlambatan yang lebih buruk. Pertama, mulai membaiknya daya beli masyarakat sejak bulan Juli 2008. Hal ini terlihat dari kenaikan Indek Kepercayaan Konsumen IKK sejak bulan Juli 2008 Gambar 10. IKK adalah indeks yang menggambarkan penilaian masyarakat terhadap keadaan ekonomi mereka. IKK juga dapat menggambarkan daya beli masyarakat. IKK yang meningkat menggambarkan keadaan ekonomi masyarakat yang baik yaitu meningkatnya daya beli masyarakat. Sebaliknya, IKK yang menurun menunjukkan meburuknya keadaan ekonomi masyarakat karena menurunnya daya beli. Pada bulan November 2008, IKK telah mencapai level tertinggi dalam satu tahun terakhir. Walaupun pada bulan Desember IKK sedikit menurun, akan tetapi level IKK masih pada level yang relatif tinggi yang berarti daya beli konsumen yang masih baik. Gambar 10. Indeks Kepercayaan Konsumen Tahun 2002-2008 Sumber : danareksa-research.com [2 Maret 2009] Kedua, semakin terkedalinya inflasi yang mendorong perbaikan daya beli konsumen. Walaupun angka inflasi masih dua digit hingga sampai dengan akhir tahun 2008, kenaikan harga cenderung menurun, bahkan pada Bulan Desember 2008 terjadi deflasi penurunan harga yang disebabkan oleh jatuhnya harga pangan dan harga minyak dunia ke level yang rendah Gambar 11 . Akibatnya, harga komoditas pangan di dalam negeri juga mengalami penurunan. Pemerintah bahkan telah menurunkan harga BBM bersubsidi. Tekanan inflasi akan semakin 74 terkendali hingga bulan Desember 2009 diperkirakan inflasi tahunan akan turun ke level 6,52 persen. Gambar 11. Tingkat Inflasi Indonesia May 2008 – Januari 2009 Sumber : www. bi.go.id [2 Maret 2009] Ketiga, terbukanya ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga dikarenakan semakin terkendalinya inflasi. BI rate telah turun mencapai 8,25 persen terhitung 4 Februari 2009 . Penurunan BI rate akan diikuti oleh penurunan suku bunga lainnya, termasuk suku bunga pinjaman. Suku bunga yang rendah akan cenderung memicu belanja konsumen, karena bunga yang rendah akan mendorong masyarakat yang memiliki dana untuk membelanjakan uangnya karena bunga yang diterima dari deposito atau tabungan menjadi tidak sebesar sebelumnya. Di samping itu, masyarakat yang tidak memiliki dana juga tidak lebih segan untuk meminjam uang dari perbankan karena bunga yang lebih rendah. Keadaan ini akan mendorong konsumsi masyarakat. Kenaikan konsumsi masyarakat akan mendorong pengusaha untuk meningkatkan aktivitas bisnisnya untuk memenuhi kenaikan permintaan. Gambaran perekonomian Indonesia menurut indikator ekonomi dapat dilihat pada Tabel 20. 75 Tabel 20. Tabel Indikator Perekonomian Indonesia Tahun 2006 – 2009 Forecasting Indikator Ekonomi 2006 2007 2008F 2009F Gross Domestic Product yoy 5,5 6.3 6,3 4,5 – 5,9 Inflasi yoy 6,6 6.6 11,6 6,52 BI Rate 9,8 8.0 9,3 8,0 USDIDR 9.020 9.419 10.780 9.507 Ekspor yoy 9,4 8.0 13,7 3,6 Impor yoy 8.6 8.9 13,6 5,7 Sumber : Danareksa Research Institute dalam Agro Observer edisi Maret 2009

6.2.2 Politik dan Kebijakan Pemerintah

Kebijakan yang terkait dengan industri minuman antara lain pemerintah menurunkan tarif bea masuk bahan baku untuk industri minuman, bahan baku industri kimia dan bahan baku untuk industri kecil kerajinan perak. Penurunan ini ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 19 PMK.0112009 tertanggal 13 Februari 2009. Latar belakang ditetapkannya PMK ini yaitu untuk mendukung sektor riil dalam menghadapi krisis. Dalam Peraturan Meneteri Keuangan tersebut juga ditetapkan kebijakan menaikkan tarif pada produk tertentu. Produk-produk yang dinaikkan tarif bea masuknya adalah industri minuman, industri kimia, industri logam yang terkait dengan kawat dan paku dan industri alat-alat mesin pertanian. Kebijakan menaikkan tarif ini dilakukan untuk memberikan perlindungan sementara terhadap beberapa produk jadi yang diproduksi industri hilir dalam menghadapi serbuan produk-produk impor. Kondisi perekonomian Indonesia yang mulai membaik mendorong Pemerintah Kota Depok untuk meningkatkan iklim investasi daerah. Hal ini dapat dilihat dari arah kebijakan penanaman modal Kota Depok, yaitu meningkatkan investasi daerah berbasis tenaga kerja dengan kerangka anggaran penyediaan insenif bagi dunia usaha, memperkuat struktur permodalan dan kinerja BUMD, serta kemitraan dunia usaha dan pemerintah. Salah satu program yang dilakukan 76 sebagai langkah implementasi kebjakan tersebut yaitu melaksanakan kegiatan memfasilitasi kemitraan antara usaha besar dan kecil dalam rangka investasi daerah Disperindag Depok, 2009. Kebijakan Penanaman Modal yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Depok dengan mengacu kepada : 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1967 Jo No. 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing PMA. 2. Undang-undang No. 6 Tahun 1968 Jo No 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Negeri PMDN berdasarkan keputusan Presiden Rl No. 99 Th. 1998 tentang bidangjenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan syarat kemitraan dan Undang-undang No.9 Tahun 1995, tentang usaha kecil. 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 99 Tahun 1998 tentang bidangjenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidangjenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan syarat kemitraan. 4. Keputusan Walikota Depok Nomor 821.2991KptsPerindagHk2004 tentang pembentukan tim fasilitasi dalam rangka kemitraan antara usaha kecil, menengah dengan usaha besar. Kebijakan lain yang menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan bagi perkembang dan perusahaan yaitu terkait dengan kebijakan Rencana Strategis Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Pertanian yang menjadikan belimbing sebagai ikon Kota Depok. Dijadikannya belimbing sebagai ikon Kota Depok meningkatkan dukungan pemerintah terhadap perusahaan yang bergerak pada pengolahan komoditas unggulan Kota Depok. Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan Pemerintah Kota Depok tersebut menjadi peluang CV WPIU untuk menjalin kerjasama dalam pengembangan usaha.

6. 2.3 Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan

Bisnis makanan dan minuman merupakan bisnis yang selalu dibutuhkan. Hal ini terkait dengan energi, nutrisi, vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk menunjang aktivitas hidup manusia. Demikian halnya dengan bisnis jus buah 77 terkait dengan pentingnya buah-buahan bagi kesehatan sebagai penyedia pasokan vitamin, serat, dan antioksidan yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu, kebutuhan akan konsumsi buah tidak terbatas pada golongan konsumen tertentu. Hal ini terbukti bahwa banyaknya penjual jus buah, baik di pinggir jalan, pusat perbelanjaan, maupun supermarket. Meningkatnya kesadaran akan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi buah seiring dengan pendidikan formal dan non formal yang diperoleh masyarakat menjadi peluang bagi perusahaan untuk berkembang. Seiring dengan kepadatan aktifitas masyarakat, khususnya masyarakat di kota besar, selera masyarakat juga berubah kepada produk-produk yang dapat dikonsumsi secara praktis. Hal ini dapat dilihat dari hasil penyebaran kuesioner terhadap 30 responden jus buah Winner mengenai pengenalan kebutuhan akan jus buah kemasan yang terdiri dari frekuensi mereka mengkonsumsi minuman jus buah kemasan, alasan yang mendorong motivasi mereka mengkonsumsi jus buah kemasan, serta manfaat yang diinginkan dari mengkonsumsi minuman jus buah tersebut. Hasil penyebaran kuesioner terhadap 30 responden, 15 orang responden 50 mengkonsumsi rata-rata 1-3 kali jus buah kemasan dalam sebulan, 12 responden 40 mengkonsumsi jus buah kemasan rata-rata 4-6 kali jus buah kemasan dalam sebulan, dua orang konsumen 6,67 mengkonsumsi rata-rata 7- 10 kali jus buah kemasan dalam sebulan, dan 1 orang konsumen 3,33 menyatakan mengkonsumsi lebih dari 10 kali jus buah kemasan dalam sebulan. Dari 30 responden tersebut, 15 orang 50 menyatakan bahwa motivasi mereka mengkonsumsi jus buah kemasan adalah kepraktisan, delapan orang responden 26,67 dengan alasan sekedar ingin mencoba, empat orang responden 26,67 dengan alasan rasanya yang khas, dan tiga orang responden 10 dengan alasan kandungan gizi. Kemudahan mengkonsumsi dalam bentuk jus buah berbagai kemasan dan ukuran membuat jus buah diminati konsumen di tengah kesibukan mereka. Melalui kuesioner tersebut juga diperoleh informasi mengenai manfaat apa yang mereka cari dengan mengkonsumsi minuman jus buah kemasan. Hasil penyebaran kuesioner menunjukkan bahwa 18 orang responden 60 78 menyatakan bahwa manfaat yang dicari dari minuman jus buah kemasan adalah sebagai minuman selingan, sedangkan 12 orang responden 40 mencari manfaat menjaga kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah menganggap bahwa mengkonsumsi minuman jus buah sebagai bagian gaya hidup, baik dengan fungsi sebagai minuman selingan, maupun dengan fungsi kesehatan. Adapun hasil penyebaran kuesioner terhadap proses pengenalan kebutuhan akan minuman jus buah kemasan dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Hasil Penilaian Konsumen Terhadap Pengenalan Kebutuhan Konsumsi Jus Buah Kemasan No. Keterangan Jumlah Persentase

1. Frekuensi pembelian

1 – 3 kali 15 50,00 4 – 6 kali 12 40,00 7-10 kali 2 6,67 Lebih dari 10 kali 1 3,33 Total 30 100 2. Motivasi Pembelian Praktis 15 50,00 Sekedar ingin mencoba 8 26,67 Kandungan gizi 3 10,00 Rasanya yang khas 4 13,33 Total 30 100 3. Manfaat yang dikehendaki Menjaga kesehatan 12 40,00 Sebagai minuman selingan 18 60,00 Simbol status sosial 0,00 Total 30 100 Faktor lain yang dapat menjadi peluang bagi perusahaan ialah peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk dapat meningkatkan permintaan pasar karena tingkat kebutuhan yang bertambah. Pengaruh pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan peningkatan lapangan kerja dapat dimanfaatkan perusahaan karena menurunnya tingkat upah. Akan tetapi, meningkatnya jumlah penduduk dapat menjadi ancaman bagi perusahaan karena bertambahnya wirausahawan yang menjadi 79 pesaing perusahaan. data laju pertumbuhan penduduk Indonesia dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008 Tahun Penduduk 000 Jiwa Laju Pertumbuhan 2005 218.868 - 2006 222.747 1,77 2007 225.642 1,30 2008 228.523 1,28 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia 2009

6.2.4 Teknologi

Perkembangan teknologi yang berkembang pada dunia usaha saat ini antara lain teknologi komputerisasi akuntansi, mekanisasi produk, teknologi informatika dan komunikasi, serta teknologi transportasi yang memberikan peluang bagi pengusaha untuk mengembangkan usahanya. Kemajuan teknologi pengolahan di bidang industri pengolahan sari buah telah menghasilkan berbagai diversifikasi produk minuman sari buah baik dalam bentuk jus, sirup, maupun serbuk. Salah satu teknologi mendasar dalam proses produksi yang digunakan pada usaha jus buah kemasan Winner adalah penggunaan pulper yang berfungsi menghancurkan dan memisahkan daging buah agar diperoleh sari buah yang diinginkan. Salah satu bentuk kemajuan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam segi pemasaran ialah perkembangan teknologi di bidang informatika, yaitu penggunaan internet sebagai sarana perusahaan untuk mengetahui perkembangan industri minuman sari buah, informasi pengembangan produk, maupun sebagai media promosi. Konsumen sendiri telah terbiasa dengan teknologi internet dan e-commerce sebagai sarana untuk memperoleh produk yang mereka inginkan. Berdasarkan statistik, hingga 30 Juni 2008 jumlah pengguna internet di Indonesia menduduki peringkat kelima di Asia, yaitu 25 juta users internetworldstats.com. Ini merupakan peluang bagi CV WPIU apabila 80 mempromosikan produknya melalui internet. Akan tetapi, selama ini perusahaan belum memanfaatkan teknologi internet sebagai media pemasarannya. Perusahaan hanya menggunakan telepon selular sebagai teknologi komunikasi dalam transaksi bisnis. Dengan demikian, jangkauan pemasaran perusahaan masih terbatas bila dibandingkan dengan perusahaan lain yang telah memanfaatkan teknologi internet.

6. 3 Analisis Lingkungan Industri

Analisis lingkungan industri dilakukan melalui analisis lima kekuatan persaingan Michael Porter, antara lain persaingan antar anggota dalam industri, ancaman masuknya pendatang baru, posisi tawar-menawar pembei, posisi tawar- menawar pemasok, akses ke saluran distribusi, serta ancaman produk substitusi.

6. 3.1 Persaingan di antara Para Anggota Industri

CV WPIU menghadapi persaingan di antara sesama anggota industri sejenis, yaituperusahaan-perusahaan baik perseorangan maupun kelompok yang bergerak dalam industri minuman sari buah kemasan. Persaingan terjadi baik pada harga maupun persaingan dari segi kualitas produk . Selera masyarakat yang berubah-ubah menuntut perusahaan untuk bersaing dalam merespon perubahan yang terjadi pada pasar. Data Asosiasi Industri Minuman menunjukkan, hingga pertengahan 2008, sudah ada 20 perusahaan besar yang menggarap pasar sari buah. Selain itu, terdapat 35 Industri Kecil Menengah IKM yang bergerak di industri sari buah. Jadi, total merek sari buah yang beredar saat ini 60 merek. Saat ini sudah ada tiga perusahaan besar yang sudah masuk di Industri minuman sari buah. Di antaranya Group ABC dengan ABC Minuman Juice rasa Mangga 250 ml kemasan kotak; Unilever yang mengakuisisi merek minuman sari buah Buavita dan Gogo yang dimiliki oleh PT Ultrajaya Milk Industry Trading Company Tbk; dan Coca-Cola Company dengan merek Minute Maid . Selain itu terdapat beberapa merek minuman sari buah kemasan yang terlebih dulu memasuki pasar supermarket, antara lain : Jungle Juice, Berry Juice, dan Sunfresh. Perbedaan produk CV WPIU berbeda dengan produk fruit juce perusahaan besar dikarenakan perbedaan pada permodalan, sumberdaya manusia, pemasaran, dan teknologi yang lebih unggul 81 dibandingkan dengan CV WPIU. Akan tetapi dari seluruh perusahaan besar yang bergerak dalam industri fuit juce, hingga saat ini belum ada yang mengeluarkan produk jus belimbing maupun wornas seperti yang telah dihasilkan CV WPIU. Perusahaan besar yang mendominasi pasar jus buah kemasan dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Perusahaan Jus Buah Kemasan yang Mendominasi Pasar Supermarket Nama Perusahaan Merek Dagang Produk yang Dihasilkan Group ABC ABC Jus dan sirup Unilever Buavita dan Gogo Jus dengan kemasan kotak Coca Cola Company Minute Maid Jus buah kemasan Sosro Country Choice Jus buah kemasan PT. Hale International Love Juice Jus Buah Kemasan Ciracasindo Perdana Sunfresh Jus Buah Kemasan Sumber: MIX.co.id [20 Maret 2009] Berdasarkan informasi dari pemilik CV WPIU, hingga saat ini yang usaha kecil menengah yang terlibat dalam pengolahan komoditas unggulan Kota Depok masih sedikit, antara lain dengan merek Kyko, Delira, dan Picco. Jumlah ini akan terus bertambah mengingat cerug pasar minuman sari buah masih terbuka lebar seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Produk yang dihasilkan oleh UKM yang merupakan pesaing Winner memiliki banyak persamaan, akan tetapi kapasitas produksi CV WPIU masih yang terbesar dikarenakan Winner merupakan UKM pertama yang bergerak pada industri minuman sari buah belimbing di Kota Depok. Untuk membedakan produk dengan pesaing, anggota industri mengutamakan persaingan terhadap harga, kemasan, mutu produk, serta metode promosi yang paling efektif untuk memperkenalkan produknya ke pasar.

6. 3.2 Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Ancaman pendatang baru tergantung pada rintangan masuk yang ada digabungkan dengan reaksi dari pesaing yang sudah ada. Terdapat enam faktor yang menjadi penghambat bagi masuknya pendatang baru ke dalam industri, antara lain : skala ekonomi, kebutuhan modal, kebijakan pemerintah, biaya beralih 82 pemasok, akses ke saluran distribusi, diferensiasi produk, serta biaya tak menguntungkan terlepas dari skala Porter, 1991. Dilihat dari skala industri dan permodalan, hambatan masuk industri minuman sari buah bagi pendatang baru relatif kecil karena untuk memulai usaha fruit juice ini tidak membutuhkan skala usaha dan modal yang relatif besar. Selain itu dalam hal regulasi, pemerintah juga tidak membatasi pengusaha baru untuk masuk ke dalam industri ini, pemerintah Kota Depok sendiri sangat mendukung apabila banyak perusahaan yang mengolah komoditas buah unggulan Kota Depok. Faktor biaya beralih pemasok merupakan biaya satu kali one time costs yang harus dikeluarkan pembeli jika berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya Porter, 1991. Dalam industri minuman jus buah, apabila pendatang baru berusaha untuk mengalihkan para pemasok saat ini, maka biaya yang dikeluarkan akan relatif kecil dikarenakan jumlah penawaran pemasok bahan baku masih lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah permintaaan dari perusahaan yang ada. Hal ini dapat dilihat dari jumlah petani buah-buahan terutama petani belimbing dan jambu biji merah di Kota Depok yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah perusahaan fruit juice. Perusahaan pendatang baru harus mampu menjaga kesinambungan antara permintaan bahan baku dengan kapasitas produksi yang mampu dihasilkan perusahaan. Salah satu hambatan masuk bagi pendatang baru apabila memasuki industri minuman sari buah adalah akses ke saluran distribusi. Saluran distribusi perusahaan besar yang lebih dulu ada telah cukup kuat, oleh karena itu sulit bagi perusahaan pendatang baru untuk masuk ke dalam saluran distribusi yang telah ditangani oleh perusahaan-perusahaan mapan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan pendatang baru harus mampu menciptakan saluran distribusi yang baru atau mempengaruhi saluran distribusi yang ada agar menerima produknya dengan cara penurunan harga atau kerjasama promosi yang dapat mengurangi laba. Produk-produk yang ditawarkan oleh pesaing yang telah ada umumnya memiliki karakteristik yang sama sehingga pelanggan tidak mengidentifikasi produk atas merek tertentu. Hal ini terkait dengan persyaratan kesehatan dan 83 keamanan produk dari pemerintah sehingga perusahaan tidak bebas menambahkan ekstrak atau kandungan tertentu pada produk yang dihasilkan. Faktor penghambat lain atas masuknya pendatang baru dalam industri ialah biaya tak menguntungkan yang terlepas dari skala. Ini terkait dengan hak paten yang dimiliki perusahaan besar atas teknologi atau karakteristik tertentu yang dikuasainya. Saat ini CV WPIU menghadapi ancaman pendatang baru mengingat pertumbuhan industri minuman sari buah mencapai 15 persen hingga 20 persen per tahun. Di dekat lokasi perusahaan sendiri juga terdapat UKM yang bergerak pada industri minuman jus buah dengan merek Kyko yang mengadopsi konsep bisnis yang sama dengan Winner. Selain itu, menurut informasi Badan Perencana Pembangunan Daerah Bappeda Kota Depok , ke depannya Pemerintah Kota Depok berencana akan mendirikan pabrik yang mengolah komoditas buah unggulan Kota Depok dengan kapasitas yang lebih besar, permodalan yang lebih kuat, serta teknologi yang lebih moderen. Ini dapat mengancam CV WPIU apabila perusahaan tidak dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan bargaining position produknya di pasar.

6. 3.3 Bargaining Position Pemasok

CV WPIU bekerja sama dengan pemasok untuk memenuhi kebutuhan bahan baku maupun bahan penolong. Pemasok CV WPIU antara lain petani buah- buahan sebagai pemasok bahan baku, toko TBM Tambahan Bahan Makanan di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Bogor, dan UNPAS Universitas Pasundan sebagai pemasok bahan penolong, dan toko plastik di Jembatan Lima Jakarta sebagi pemasok bahan kemasan. Sesuai dengan visi CV WPIU, yaitu mensejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan lingkungan, maka untuk pasokan bahan baku utama, yaitu buah belimbing, jambu biji merah, dan nanas, perusahaan memperolehnya dari kelompok tani mitra, yaitu Kelompok Tani Makmur Sejahtera. Kelompok tani Makmur sejahtera berdiri sejak tahun 2004 dan telah menjadi mitra usaha sejak awal berdirinya CV WPIU. Sesuai dengan definisi kemitraan menurut UU No. 9 Tahun 1995, yaitu : “kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dan 84 Usaha Menengah atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”, maka kelompok tani mitra memiliki bargaining position yang tinggi di mata perusahaan. Perusahaan tidak hanya menampung hasil panen petani, tetapi juga melakukan pembinaan kepada para petani, antara lain mengikutsertakan kelompok tani pada pameran yang diikuti oleh perusahaan dan menambah jejaring bisnis dengan mempromosikan kelompok tani hingga ke tingkat propinsi.

6.3.4 Bargaining Position Pembeli

Segmentasi produk jus buah Winner sangat luas. Konsumen CV WPIU terdiri dari pelanggan umum dan agen. Pelanggan umum terdiri dari anak sekolah, mahasiswa, pegawai kantor, maupun masyarakat umum. Sedangkan agen perusahaan tersebar di tujuh kota yang menjangkau hingga ke luar Pulau Jawa. Semakin berkembangnya produsen minuman jus buah kemasan menyebabkan konsumen memiliki kekuatan untuk memilih produk mana yang mereka inginkan. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi perusahaan apabila perusahaan tidak dapat meningkatkan daya saing produknya.

6.3.5 Ancaman Produk Substitusi

Yang termasuk produk substitusi yaitu produk lain yang dapat menajalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri Porter, 1991. Produk substitusi yang harus mendapat perhatian lebih adalah produk yang mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau prestasi yang lebih baik dibandingkan produk minuman sari buah dan dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi. Adapun produk substitusi yang dapat menjadi ancaman bagi CV WPIU yaitu minuman sari buah dalam bentuk serbuk, maupun teh rasa buah yang marak di pasaran.

6. 4 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan

Analisis terhadap kondisi internal perusahaan tersebut dapat melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Analisis lingkungan internal perusahaan dilakukan terhadap fungsional perusahaan yang terdiri dari 85 manajemen, produksi, keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, serta penelitian dan pengembangan

6. 4.1 Analisis Manajemen

Manajemen puncak CV WPIU dipegang oleh pemilik perusahaan. Pimpinan perusahaan Manajemen CV WPIU masih dikelola secara sederhana dimana direktur sebagai satu-satunya pengambil keputusan strategis perusahaan di segala aspek. Hal ini merupakan kelemahan perusahaan dikarenakan tidak jarang pemilik perusahaan rangkap jabatan, yaitu yang menangani pemasaran bahkan terlibat dalam proses produksi. Kekuatan CV WPIU dalam manajemen terdapat pada kecakapan pemilik perusahaan dalam mejalankan usahanya. Hal ini dikarenakan sebelum mendirikan CV WPIU, pemilik juga telah bergerak pada usaha pengolahan rumput laut yang kini diserahkan kepada anak dari pemilik perusahaan. Dari latar belakang tersebut pemilik perusahaan telah berpengalaman dalam pengelolaan usaha baik dari segi manajemen usaha maupun jaringan pemasaran. Dalam menjalankan usahanya, pemilik perusahaan telah menerapkan Standard Operational Procedure SOP, khususnya dalam proses produksi. SOP yang diterapkan CV WPIU mengacu pada GMP dari Universitas Pasundan yang terdiri dari proses produksi, pengepakan, dan penjadwalan produksi. Pada dasarnya SOP telah berjalan dengan baik, akan tetapi terdapat kelemahan yaitu dalam hal sumberdaya manuasia. Terkadang hasil produk tidak sesuai dengan SOP yang ditetapkan dikarenakan kesalahan dan ketidakdisiplinan pegawai. Sumberdaya manuasia merupakan aspek yang penting bagi CV WPIU. Pemilik perusahaan selalu berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang terbuka dan kekeluargaan untuk menciptkan kondisi yang nyaman bagi para pegawai. Pemilihan karyawan CV WPIU didasarkan pada visi misi perusahaan, yaitu pemberdayaan masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu perusahaan merekrut karyawan dari masyarakat di sekitar lokasi perusahaan. Kelemahan internal yang terkait dengan aspek sumberdaya manusia CV WPIU adalah mayoritas penduduk di sekitar lokasi usaha masih berpendidikan rendah, sehingga perusahaan mengalami kesulitan dalam perekrutan karyawan. 86 Rendahnya tingkat pendidikan karyawan berpengaruh terhadap pelaksanaan SOP perusahaan yang membutuhkan keterampilan dan kedisiplinan dari pegawai.

6.4.2 Analisis Pemasaran

Pemasaran CV WPIU dipegang oleh bagian pemasaran sebagai pelaksana, sedangkan yang mengatur strategi maupun kebijakan dalam hal pemasaran adalah pemilik perusahaan. Sesuai dengan misi perusahaan, yaitu “Memenuhi kebutuhan pasar lokal secara optimal dan membudayakan cinta produk Indonesia”, maka perusahaan lebih memfokuskan kegiatan pemasarannya secara lokal, hal ini dikarenakan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran ialah strategi bauran pemsaran marketing mix. Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran. Strategi bauran pemasaran merupakan inti bagi kegiatan pemasaran, yaitu meliputi variabel mana saja yang dapat dikendalikan perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen. 1 Bauran Produk Produk yang ditawarkan CV WPIU berupa produk minuman jus buah fruit juice, sirup, dan selai dari hasil pengolahan buah belimbing, jambu biji merah dan wornas wortel-nanas yang merupakan komoditas unggulan Kota Depok. Pemilik perusahaan memberi merek produk dengan nama “ Winner” berdasarkan sejarah berdirinya perusahaan yang mengalami berbagai hambatan dan brand “Winner” merupakan motivasi bagi CV WPIU agar dapat menjadi pemenang di pasar. CV WPIU merupakan perusahaan pelopor yang melakukan pengolahan terhadap Belimbing Dewa dan jambu merah yang merupakan komoditas unggulan Kota Depok. Selain itu perusahaan juga menciptakan inovasi jus wornas wortel-nanas yang belum ada di pasaran. Produk minuman jus buah “Winner” merupakan minuman kemasan yang dapat dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat dan memiliki manfaat kesehatan dari kandungan gizi yang terdapat pada sari buah belimbing, jambu biji merah, wortel, dan nanas. 87 Kemasan produk jus buah CV WPIU adalah kemasan botol plastik berukuran 250 mililiter dan label produk. Penentuan jenis kemasan botol plastik berukuran 250 mililiter berdasarkan survey pasar bahwa kemasan produk lebih marketable karena bisa dihabiskan dengan sekali minum dan tidak merubah tekstur. Saat ini perusahaan masih memproduksi jus buah dalam satu kemasan. Akan tetapi preusahaan telah memiliki rencana jangka panjang untuk mengeluarkan produk berukuran 500 dan 1000 mililiter. Kekuatan lain yang dimiliki perusahaan ialah label produk yang didisain sendiri oleh anak dari pemilik perusahaan yang juga menjadi sekutu komanditer CV WPIU. Label produk CV WPIU menjelaskan komposisi gizi, logo halal, nomor izin Dinkes, tanggal kadaluarsa, dan barcode. Label tersebut disajikan dalam tiga bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab. Ini merupakan kekuatan yag dimiliki perusahaan karena produknya telah memenuhi syarat untuk memasuki pasar lokal maupun ekspor. Produk CV WPIU telah terdiversifikasi karena mengeluarkan tiga varian produk yaitu jus buah dan sirop. Pada saaat tertentu CV WPIU juga memproduksi selai dan kripik buah, yaitu untuk kepentingan pameran komoditas unggulan Kota Depok. Proporsi produksi menurut input yang digunakan CV WPIU yaitu 60 persen belimbing, 25 persen jambu biji merah, dan 15 persen wornas wortel-nanas. Proporsi tersebut ditentukan berdasarkan permintaan konsumen dan ketersediaan input. 2 Bauran Promosi Kegiatan promosi merupakan usaha komunikasi yang diterapkan untuk memberitahu, mengenalkan, dan mempengaruhi konsumen mengenai produknya yang dapat dilakukan dalam berbagai sarana. Kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan ini dilakukan melalui personal selling, pameran, souvenir, dan liputan. Personal selling dilakukan CV WPIU dengan berhubungi calon pembeli untuk menawarkan produk perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menjalin hubungan yang baik dengan calon pembeli. Personal selling dilakukan dengan mendatangi kantin sekolah-sekolah, koperasi, bank, maupun instansi yang dikenal oleh pemilik perusahaan. Dengan dilakukannya personal selling 88 diharapkan konsumen lebih percaya dan dapat mengenal produk CV WPIU secara langsung. Sebagai bagian dari personal selling, perusahaan membagi souvenir secara gratis kepada calon pembeli berupa bingkisan sampel produk yang ditawarkan perusahaan. Kegiatan promosi lain yang dilakukan perusahaan yaitu dengan mengikuti pameran. CV WPIU telah mengikuti berbagai pameran dan bazar yang diselenggarakan oleh universitas maupun instansi, seperti pameran “Agroindustry Day” dan Pameran Buah-buahan Tropika di Institut Pertanian Bogor, Agrinex, dan event lainnya. Perusahaan juga mendapatkan tawaran dari Pameran Produk Indonesia di Dubai, Abu Dhabi. Apabila 30 persen dari produk CV WPIU terjual di pameran tersebut, maka pihak penyelenggara pameran, yaitu PT. Eka Prima Ekspor bersedia menjadi distributor produk CV WPIU. Untuk promosi produk melalui liputan, CV WPIU sering mendapat tawaran peliputan dari majalah, tabloid, maupun televisi. Media massa yang pernah meliput CV WPIU antara lain : majalah trubus, tabloid peluang usaha, SCTV, TPI, Trans 7, dan Jak TV. Promosi dengan cara liputan dipandang efektif, terbukti dengan meningkatnya permintaan, terutama dari luar daerah. Kekuatan yang dimiliki CV WPIU dalam bidang promosi yaitu dari kemampuan pemilik perusahaan dalam menjalin networking dengan berbagai pihak antara lain Pemda Depok, Koperasi, Kelompok Tani, Universitas, serta instansi yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan CV WPIU. Kelemahan perusahaan dari segi promosi yaitu promosi yang dilakukan CV WPIU masih cenderung pasif. Selama ini perusahaan yang mendapatkan tawaran dari media massa. CV WPIU sendiri tidak mencantumkan iklan maupun kegiatan promosi ke dalam anggaran perusahaan. Padahal kegiatan promosi secara aktif penting dilakukan terlebih lagi apabila perusahaan telah merambah ke supermarket. 3 Bauran Distribusi Kegiatan distribusi merupakan cara yang dilakukan perusahaan untuk mengantarkan barang ke tanagan konsumen pada waktu yang tepat. Distribusi 89 produk CV WPIU dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Distribusi secara langsung digunakan untuk wilayah pemasaran di sekitar Kota Depok, yaitu melalui pameran-pameran, kantin-kantin koperasi sekolah, kampus Universitas Indonesia, Universitas Gunadharma, dan BSM, gedung olahraga, dan perkantoran Bank Jabar dan Kejaksaan. CV WPIU juga bermitra dengan Kelompok Tani Makmur Sejahtera dengan membuka outlet di Cinere, Pondok Cabe, dan Kelapa Dua. Pemasaran tidak langsung CV WPIU dilakukan untuk menjangkau pemasaran ke daerah-daerah di luar kota Depok melalui kemitraan dengan agen-agen yang tersebar di beberapa daerah, antara lain: Cirebon, Pontianak, Bangka Belitung, Oki Ogan Komering Ilir, Batam, dan Pekan Baru. Dari agen tersebut, produk jus buah Winner ada yang dijual langsung kepada konsumen maupun disalurkan ke pengecer baru kemudian kepada konsumen akhir. Saluran distribusi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13. Aliran Distribusi Produk Minuman Sari Buah CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Sumber : CV Winner Perkasa Indonesia Unggul 2009 4 Bauran Harga Kebijakan penetapan harga sama pada setiap produk yang dikeluarkan oleh CV WPIU, yaitu cost based pricing. Cost based pricing yaitu penetapan harga dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu produk ditambah dengan keuntungan yang diinginkan perusahaan atau yang disebut mark up. Harga jus buah yang ditetapkan CV WPIU bervariasi. Untuk pembelian secara eceran, perusahaan menetapkan harga Rp 3.500,00 per botol. Khusus untuk di pameran, CV WPIU menetapkan harga hingga Rp 5.000,00 per botol. Untuk pembelian partai besar di atas 120 botol, perusahaan Pengecer CV WPIU AgenDistributor Konsumen 90 menetapkan harga sebesar Rp 2.500,00 per botol. Apabila perusahaan menjual melalui agen, maka perusahaan hanya menentukan harga hingga sampai ke tangan agen. Untuk selanjutnya agenlah yang memiliki wewenang untuk menentukan harga. Strategi penetapan harga berbeda apabila perusahaan memasuki pasar supermarket. Untuk harga di tingkat supermarket, perusahaan menetapkan harga dasar sebesar Rp 3.200,00 per botol belum termasuk discount 15 persen, sehingga harga terendah yang dapat diberikan perusahaan kepada pihak supermarket yaitu sebesar Rp 2.720,00 per botol. Untuk mencegah penipuan, perusahaan pada umumnya menetapkan ssistem pembayaran tunai kepada agen penjualan. Apabila agen dinilai dapat dipercaya, maka perusahaan mengijinkan agen untuk membayar uang muka terlebih dahulu.

6.4.3 Analisis Keuangan dan Akuntansi

Kondisi keuangan CV WPIU berjalan baik karena merupakan modal sendiri dan tidak memiliki beban hutang. Modal usaha adalah modal pribadi pemilik, sedangkan dana dan modal operasional perusahaan berasal dari keuntungan usaha yang diinvestasikan kembali. CV WPIU saat ini tidak menerima bantuan dari lembaga keuangan. Akan tetapi perusahaan berencana untuk melakukan pinjaman kepada lembaga keuangan sebagai tambahan modal untuk menambah kapasitas produksi untuk memasuki pasar supermarket. Kondisi keuangan perusahaan saat ini merupakan kekuatan apabila perusahaan mengajukan kredit ke lembaga keuangan. CV WPIU masih melakukan pencatatan keuangan secara sederhana, masih berupa garis besar mengenai penerimaan dan pengeluaran perusahaan, belum berupa sistem akuntansi yang terkomputerisasi. Ini merupakan kelemahan perusahaan karena dengan adanya pencatatan akuntansi yang sistematis dan terkomputerisasi, dapat membantu perusahaan dalam megevaluasi dan menilai kinerja perusahaan dengan lebih tepat dan efisien. Laporan keuangan yang terperinci juga membantu CV WPIU dalam perolehan tambahan modal dan sebagai pertimbangan lembaga keuangan untuk memberikan kredit kepada perusahaan. 91

6.4.4 Analisis Produksi

Kekuatan yang dimiliki CV WPIU pada bidang produksi yaitu adanya peran serta Universitas Pasundan Unpas sebagai pembimbing CV WPIU. Dari kerjasama tersebut, CV WPIU mendapatkan Good Manufacturing Practices GMP yang diterapkan sebagai SOP perusahaan dalam proses produksi semua produk yang dihasilkan perusahaan. Selain itu, perusahaan juga menjalin hubungan yang baik dengan pemasok bahan baku, yaitu Kelompok Tani Makmur Sejahtera. Dengan bermitra dengan kelompok tani, perusahaan mendapat jaminan kontinuitas pasokan bahan baku, terutama belimbing dan jambu biji merah. Dalam mengatasi permasalahan persediaan bahan baku yang musiman, perusahaan telah melakukan pengelolaan persediaan bahan baku dengan mengolah kelebihan bahan baku pada musim panen menjadi puree bubur buah, sehingga perusahaan tidak mengalami kekurangan bahan baku pada saat di luar musim panen. Inovasi perusahaan dengan menciptakan produk jus dan sirup wornas juga dilakukan untuk mengatasi kelangkaan bahan baku di pasaran, selain dengan rasanya yang segar. Kegiatan produksi dan operasi CV WPIU masih menggunakan teknologi yang sederhana. Kelemahan yang dimiliki CV WPIU dari segi produksi yaitu kondisi mesin pulper yang mudah rusak dikarenakan seringnya alat mengalami overcapacity pada proses produksi. Kerusakan alat ini sangat merugikan perusahaan karena perusahaan harus menggunakan blender yang hanya mampu menampung 750 gr buah sekali proses dibandingkan dengan pulper yang mampu menampung 20 kg buah setiap satu kali proses produksi. Selai itu, kondisi pabrik yang sudah tidak memadai, yaitu terdapat kerusakan pada atap dan dinding ruangan sering mengganggu aktivitas perusahaan saat musim hujan.

6.4.5 Analisis Penelitian dan Pengembangan

Kegiatan penelitian dan pengembangan merupakan hal yang penting dalam suatu perusahaan. Penelitian dan pengembangan memungkinkan perusahaan untuk menciptakan serangkaian inovasi yang dapat meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan. Penelitian dan pengembangan juga membantu perusahaan dalam mengevaluasi kelebihan dan kekurangan produk yang dihasilkan. 92 Sebagai sebuah UKM, kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan CV WPIU dinilai cukup baik. Hal ini dilihat dari peran serta universitas sebagai pembimbing yang selalu memberi masukan kepada perusahaan. Selain itu, perusahaan juga membentuk tim kreatif yang terdiri dari pemilik perusahaan, sekutu komanditer, dan petani kreatif untuk merancang disain produk yang akan dihasilkan perusahaan. Perusahaan juga melakukan uji coba terhadap penggunaan sinar ultraviolet sebagai pengganti bahan pengawet sebagai bagian dari kegiatan litbang perusahaan.

6.5 Identifikasi Peluang dan Ancaman, serta Kekuatan dan Kelemahan

Faktor-faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan perusahaan berasal dari identifikasi lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Identifikasi lingkungan eksternal dan internal perusahaan tersebut akan digunakan untuk tahap formulasi strategi berikutnya.

6.5.1 Identifikasi Peluang dan Ancaman Perusahaan

Berdasarkan analisis terhadap lingkungan eksternal perusahaan, maka diperoleh peluang dan ancaman yang berkaitan dengan kondisi perusahaan saat ini. Serangkaian peluang dan ancaman tersebut dapat dimanfaatkan CV WPIU untuk menyusun strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi perusahaan. Peluang dan ancaman tersebut diperoleh melalui melalui analisis terhadap lingkungan eksternal makro yang terdiri dari situasi ekonomi, politik dan kebijakan pemerintah, sosial, budaya, demografi, dan lingkungan; serta analisis lingkungan industri CV WPIU. Hasil identifikasi terhadap lingkungan eksternal dapat dilihat pada Tabel 24. 93 Tabel 24. Identifikasi Lingkungan Eksternal Perusahaan Aspek Peluang Ancaman Ekonomi  Menurunnya suku bunga BI yang mendorong penurunan suku bunga pinjaman  Pertumbuhan ekonomi yang melambat Politik dan Kebijakan Pemerintah  Kenaikan tarif bea masuk impor industri minuman  Dijadikannya belimbing sebagai ikon Kota Depok Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan  Produk jus buah yang dapat dikonsumsi siapa saja  Pertumbuhan pangsa pasar jus buah cukup tinggi  Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi buah Teknologi  Perkembangan teknologi proses pengolahan , komunikasi, dan komputerisasi, Persaingan antar Anggota Industri  Dominasi oleh perusahaan besar Ancaman Pendatang Baru  Hambatan masuk industri rendah  Munculnya pendatang baru dengan konsep bisnis yang sama Bargaining Position Pemasok  Kekuatan tawar-menawar pemasok lebih rendah Bargaining Position Pembeli  Pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar yang tinggi untuk memilih jus buah yang dikonsumsi diantara industri yang semakin bertambah. Ancaman Produk Substitusi  Maraknya produk substitusi yang beredar di pasaran 94

6.5.2 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan

Hasil analisis lingkungan internal menghasilkan kekuatan dan kelemahan yang dapat digunakan untuk mengatasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Serangkaian kekuatan dan kelemahan perusahaan tersebut terdiori dari factor manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi, serta penelitian dan pengembangan. Hasil identifikasi terhadap kekuatan dan kelemahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Identifikasi Lingkungan Internal Perusahaan Faktor Kekuatan Kelemahan Manajemen  Pengalaman dan keterampilan pemilik perusahaan  Seluruh pengambilan keputusan masih berpusat kepada pimpinan perusahaan  Kualitas SDM karyawan perusahaan yang kurang memadai Pemasaran  UKM pelopor yang mengolah belimbing varietas Dewa Dewi di Depok  Memliki label kemasan dalam tiga bahasa dan dilengkapi barcode  Telah memiliki outlet sendiri dan memiliki banyak agen Keuangan dan Akuntansi  Perusahaan tidak memiliki beban hutang  Belum melakukan pencatatan keuangan yang terkomputerisasi  Keterbatasan modal untuk pengembangan usaha Produksi  Penerapan GMP pada bidang produksi  Lokasi perusahaan dekat dengan sumber bahan baku  Kapasitas mesin yang digunakan belum optimal  Kondisi ruang produksi yang tidak memadai Penelitian dan Pemgembangan  Perusahaan memiliki tim kreatif dalam melakukan inovasi  Kegiatan penelitian dan pengembangan berjalan dengan baik

VII. FORMULASI STRATEGI

7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE

Matriks EFE dan IFE diperoleh setelah identifikasi faktor peluang dan ancaman yang dihadapi serta faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Seluruh faktor tersebut dirumuskan berdasarkan analisis pada tahapan input untuk diolah dengan metode paired comparison pada matriks EFE dan IFE. Matriks EFE terdiri dari faktor peluang dan ancaman, sedangkan matriks IFE terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan. Bobot yang diberikan pada masing- masing faktor menunjukkan tingkat kepentingan relatif dari faktor terhadap keberhasilan CV WPIU dalam industri minuman sari buah. Hasil pembobotan terhadap faktor yang diidentifikasi kemudian dikalikan dengan rating yang diperoleh dari hasil pemeringkatan terhadap faktor peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan. Nilai bobot dan rating ditetapkan berdasarkan kuesioner dan wawancara mendalam terhadap pihak manajemen CV WPIU, yaitu pemilik dan pengelola keuangan perusahaan.

7.1.1 Analisis Matriks EFE

Analisis lingkungan eksternal CV WPIU menghasilkan sembilan peluang dan enam ancaman. Kedelapan peluang berasal dari lingkungan eksternal makro, yaitu: 1 Menurunnya suku bunga BI yang mendorong penurunan suku bunga pinjaman; 2 kenaikan tarif bea masuk produk minuman impor; 3 djadikannya belimbing sebagai ikon Kota Depok; 4 produk jus buah dapat dikonsumsi berbagai kalangan; 5 pertumbuhan pangsa pasar jus cukup tinggi; 6 peningkatan kesadaran masyarakat akan konsumsi buah; dan 7 perkembangan teknologi proses pengolahan, komunikasi, dan komputerisasi. Sedangkan peluang dari lingkungan industri yaitu kekuatan tawar-menawar pemasok yang lebih rendah. Dari identifikasi lingkungan eksternal, terdapat lima ancaman yang dihadapi CV WPIU, antara lain : 1 pertumbuhan ekonomi melambat; 2 dominasi oleh perusahaan besar; 3 hambatan masuk industri rendah; 4 Munculnya pendatang baru dengan konsep bisnis yang sama; 5 pembeli 96 memiliki kekuatan tawar- menawar yang tinggi; dan 6 Bertambahnya produk substitusi yang beredar di pasaran. Hasil pembobotan terhadap faktor peluang dan ancaman dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan paired comparison. Proses pembobotan dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis terhadap faktor strategis eksternal dirangkum pada matriks EFE yang dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Hasil Analisis Matriks EFE CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Faktor Strategis Eksternal Bobot Rata- rata Rating Rata- Rata Skor Rata- Rata Peluang Menurunnya suku bunga BI yang mendorong penurunan suku bunga pinjaman 0,0778 2,3 0,1816 Kenaikan tarif bea masuk produk minuman impor 0,0714 3,0 0,2143 Dijadikannya belimbing sebagai ikon Kota Depok 0,0568 3,3 0,1893 Produk jus buah yang dapat dikonsumsi berbagai kalangan 0,0742 3,0 0,2225 Pertumbuhan pangsa pasar jus cukup tinggi 0,0815 2,7 0,2173 Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi buah 0,0714 3,0 0,2143 Perkembangan teknologi proses pengolahan , komunikasi, dan komputerisasi 0,0650 2,7 0,1734 Kekuatan tawar-menawar pemasok lebih rendah 0,0705 3 0,2115 Total 0,5687 1,6242 Ancaman Pertumbuhan Ekonomi melambat 0,0468 2,3 0,1090 Dominasi oleh perusahaan besar 0,0722 2,3 0,1752 Hambatan masuk industri rendah 0,0762 2,0 0,1612 Munculnya pendatang baru dengan konsep bisnis yang sama 0,0714 2,7 0,1978 Pembeli memiliki kekuatan untuk memilih produk yang diinginkan 0,0722 2,7 0,2051 Bertambahnya produk substitusi yang beredar di pasaran 0,0738 2,3 0,1816 Total 0,4127 1,0299 Sumber : Data Primer, diolah 2009 97 Tabel 30 menunjukkan bahwa total skor peluang pada matriks EFE yaitu 2,6096 dengan skor peluang 1,6242 dan skor ancaman sebesar 1,0299. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor peluang yang memberikan total rataan peluang tertinggi adalah jus buah yang dapat dikonsumsi berbagai kalangan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai bobot 0,2225. Rating tiga menunjukkan bahwa perusahaan merespon peluang meningkatnya kesadaran masyarakat akan konsumsi buah dengan baik. Faktor jus buah yang dapat dikonsumsi berbagai kalangan menjadi peluang utama bagi CV WPIU karena memiliki tingkat kepentingan terbesar bagi pengembangan usaha. Sedangkan peluang perkembangan teknologi proses pengolahan, komunikasi, dan informasi dianggap kurang penting dan mendapatkan respon yang kurang baik dari perusahaan dengan bobot skor 0,1734 dan rating duamkoma tujuh. Faktor strategis eksternal yang merupakan ancaman utama bagi perusahaan adalah pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar yang lebih tinggi, yaitu dengan skor sebesar 0,1926 . Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pembeli yang memiliki tawar menawar yang tinggi berpengaruh kuat terhadap implementasi strategi perusahaan. Besarnya rating menunjukkan perusahaan memberi respon yang kuat terhadap faktor tersebut. Ancaman pertumbuhan ekonomi yang melambat mendapatkan bobot terendah, yaitu dengan skor 0,0193. Total keseluruhan matriks EFE yaitu 2, 6542. Hal ini menunjukkan bahwa CV WPIU berada pada kondisi menengah dalam merespon lingkungan eksternal, baik peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.

7.1.2 Analisis Matriks IFE

Hasil analisis matriks IFE menghasilkan delapan kekuatan dan enam kelemahan yang dimiliki CV WPIU. Faktor strategis kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah : 1 pengalaman dan kecakapan pemilik perusahaan; 2 penerapan GMP Good Manufacturing Practices pada proses produksi; 3 UKM pelopor yang mengolahbelimbing Dewa di Kota Depok; 4 atribut label produk lengkap; 5 telah memiliki outlet sendiri dan agen yang tersebar; 6 tidak memiliki beban hutang; 7 perusahaan memiliki tim kreatif sendiri dalam 98 melakukan inovasi; 8 Lokasi perusahaan dekat dengan bahan baku, dan 9 Kegiatan penelitian dan pengembangan berjalan dengan baik. Faktor kelemahan yang dimiliki CV WPIU antara lain : 1 seluruh pengambilan keputusan masih terpusat pada pimpinan perusahaan; 2 kondisi ruang produksi yang tidak memadai; 3 SDM karyawan perusahaan kurang memadai; 4 keterbatasan modal untuk pengembangan usaha; 5 belum melakukan pembukuan usaha yang sistematis dan terkomputerisasi; dan 6 kapasitas mesin yang digunakan belum optimal. Hasil analisis matriks IFE terhadap faktor strategis internal CV WPIU dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Hasil Analisis Matriks IFE CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Faktor Strategis Internal Bobot Rata- Rata Rating Rata- Rata Skor Kekuatan Pengalaman dan kecakapan pemilik perusahaan 0,0697 4,0 0,2788 Penerapan GMP pada proses produksi 0,0761 3,7 0,2790 UKM pelopor yang mengolah Belimbing Dewa di Depok 0,0507 4,0 0,2028 Memiliki label kemasan lengkap 0,0682 4,0 0,2726 Telah memiliki outlet sendiri dan agen yang tersebar 0,0634 3,7 0,2324 Tidak memiliki beban hutang 0,0626 3,3 0,2086 Perusahaan memiliki tim kreatif dalam melakukan inovasi 0,0761 3,7 0,2789 Lokasi perusahaan dekat dengan sumber bahan baku 0,0753 3,7 0,2760 Kegiatan penelitian dan pengembangan berjalan dengan baik 0,0578 3,7 0,2121 Total 0,5998 2,2412 Kelemahan Seluruh pengambilan keputusan masih terpusat pada pimpinan 0,0571 1,0 0,0563 kondisi pabrik yang tidak memadai 0,0732 1,3 0,0951 SDM karyawan kurang memadai 0,0733 1,3 0,0951 Keterbatasan modal untuk pengembangan usaha 0,0755 1,0 0,0737 Belum melakukan pembukuan usaha yang sistematis 0,0581 1,3 0,0740 Kapasitas mesin yang digunakan belum optimal 0,0741 1,3 0,0962 Total 0,4112 0,4903 Sumber : Data Primer, diolah 2009 99 Tabel 31 menunjukkan hasil matriks IFE terhadap faktor strategis internal CV WPIU. Faktor kekuatan perusahaan mendapatkan skor sebesar 2,2412 dan faktor kelemahan perusahaan sebesar mendapatkan skor sebesar 0,4903. Faktor kekuatan yang memiliki skor tertinggi yaitu penerapan GMP pada proses produksi dengan skor 0,2790 dengan rating tiga koma tujuh. Hal ini menunjukkan bahwa faktor tersebut merupakan kekuatan utama perusahaan yang berperan penting dalam menentukan keberhasilan perusahaan dan arah pengembangan usaha ke depan. Sedangkan faktor tidak memiliki beban hutang danggap sebagai kekuatan minor CV WPIU dengan skor 0,2086 dengan rating tiga koma tiga. Faktor strategis yang dianggap sebagai kelemahan utama CV WPIU yaitu seluruh pengambilan keputusan masih terpusat pada pimpinan dengan bobot skor 0,0563 dengan rating satu. Faktor kelemahan lainnya yang dianggap sebagai faktor kelemahan mayor yang dimiliki CV WPIU yaitu keterbatasan modal untuk pengembangan usaha dengan bobot skor 0,0755 dengan rating satu. Hasil penilaian matriks IFE terhadap faktor strategis internal CV WPIU yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan menghasilkan skor total sebesar 2,7315. Total skor faktor kunci internal tersebut menjelaskan bahwa perusahaan berada pada kondisi rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki perusahaan dalam mencapai keberhasilan perusahaan.

7.2 Analisis Matriks Internal – Eksternal IE

Hasil analisis terhadap faktor – faktor strategis internal dan eksternal yang terangkum dalam matriks IFE dan EFE kemudian dipetakan ke dalam matriks IE Internal-External. Matriks IE memetakan hasil skor matriks IFE dan EFE ke dalam sembilan sel yang didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata tertimbang IFE yang dipetakan ke pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y. Hasil perpaduan dari kedua dimensi tersebut akan menentukan posisi CV WPIU saat ini di dalam industri dan menentukan strategi pengembangan usaha yang sesuai untuk diterapkan pada perusahaan dlam menjawab tantangan dan mewujudkan keberhasilan perusahaan ke depan. Pemetaan total rata-rata tertimbang skor IFE sebesar 2,7453 kondisi rata-rata dan total skor EFE sebesar 2,6096 menengah telah memposisikan CV 100 4,0 1,0 WPIU pada sel ke V dengan koordinat 2,7315; 2,6542. Posisi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi hold and maintain pertahankan dan pelihara. Strategi yang sesuai untuk diterapkan pada kondisi ini yaitu strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar merupakan startegi yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produkjasa saat ini dengan upaya pemasaran yang lebih besar. Untuk meningkatakan pangsa pasar jus buah CV WPIU, perusahaan dapat melakukan kegiatan promosi ke pasar moderen agar produk dapat dikenal secara luas. Strategi pengembangan produk adalah strategi untuk meningkatkan penjualan dengan cara memodifikasi produk atau jasa saat ini. Pengembangan produk dapat dilakukan dengan memperbaiki meningkatkan kualitas maupun jenis. Pengembangan produk baru dibutuhkan untuk menyajikan lebih banyak pilihan untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk mengoptimalkan peran penelitian dan pengembangan pada perusahaan. hasil pemetaan yang menunjukkan posisi CV WPIU dapat dilihat pada Gambar 13. TOTAL SKOR EVALUASI FAKTOR INTERNAL Gambar 13. Matriks IE CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Kuat Rata-Rata Lemah 3,0 - 4,0 2,0 - 2,99 1,00 - 1,99 I II III IV 2,7315;2,6542 V VI VII VIII IX 1,0 TOTAL SKOR EVALUASI FAKTOR EKSTERNAL 3,0 Tinggi 3,0 – 4,0 Rendah 1,0 – 1,99 2,0 Sedang 2,0 – 2,9 3,0 2,0