Teknologi ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 6.1

80 mempromosikan produknya melalui internet. Akan tetapi, selama ini perusahaan belum memanfaatkan teknologi internet sebagai media pemasarannya. Perusahaan hanya menggunakan telepon selular sebagai teknologi komunikasi dalam transaksi bisnis. Dengan demikian, jangkauan pemasaran perusahaan masih terbatas bila dibandingkan dengan perusahaan lain yang telah memanfaatkan teknologi internet.

6. 3 Analisis Lingkungan Industri

Analisis lingkungan industri dilakukan melalui analisis lima kekuatan persaingan Michael Porter, antara lain persaingan antar anggota dalam industri, ancaman masuknya pendatang baru, posisi tawar-menawar pembei, posisi tawar- menawar pemasok, akses ke saluran distribusi, serta ancaman produk substitusi.

6. 3.1 Persaingan di antara Para Anggota Industri

CV WPIU menghadapi persaingan di antara sesama anggota industri sejenis, yaituperusahaan-perusahaan baik perseorangan maupun kelompok yang bergerak dalam industri minuman sari buah kemasan. Persaingan terjadi baik pada harga maupun persaingan dari segi kualitas produk . Selera masyarakat yang berubah-ubah menuntut perusahaan untuk bersaing dalam merespon perubahan yang terjadi pada pasar. Data Asosiasi Industri Minuman menunjukkan, hingga pertengahan 2008, sudah ada 20 perusahaan besar yang menggarap pasar sari buah. Selain itu, terdapat 35 Industri Kecil Menengah IKM yang bergerak di industri sari buah. Jadi, total merek sari buah yang beredar saat ini 60 merek. Saat ini sudah ada tiga perusahaan besar yang sudah masuk di Industri minuman sari buah. Di antaranya Group ABC dengan ABC Minuman Juice rasa Mangga 250 ml kemasan kotak; Unilever yang mengakuisisi merek minuman sari buah Buavita dan Gogo yang dimiliki oleh PT Ultrajaya Milk Industry Trading Company Tbk; dan Coca-Cola Company dengan merek Minute Maid . Selain itu terdapat beberapa merek minuman sari buah kemasan yang terlebih dulu memasuki pasar supermarket, antara lain : Jungle Juice, Berry Juice, dan Sunfresh. Perbedaan produk CV WPIU berbeda dengan produk fruit juce perusahaan besar dikarenakan perbedaan pada permodalan, sumberdaya manusia, pemasaran, dan teknologi yang lebih unggul 81 dibandingkan dengan CV WPIU. Akan tetapi dari seluruh perusahaan besar yang bergerak dalam industri fuit juce, hingga saat ini belum ada yang mengeluarkan produk jus belimbing maupun wornas seperti yang telah dihasilkan CV WPIU. Perusahaan besar yang mendominasi pasar jus buah kemasan dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Perusahaan Jus Buah Kemasan yang Mendominasi Pasar Supermarket Nama Perusahaan Merek Dagang Produk yang Dihasilkan Group ABC ABC Jus dan sirup Unilever Buavita dan Gogo Jus dengan kemasan kotak Coca Cola Company Minute Maid Jus buah kemasan Sosro Country Choice Jus buah kemasan PT. Hale International Love Juice Jus Buah Kemasan Ciracasindo Perdana Sunfresh Jus Buah Kemasan Sumber: MIX.co.id [20 Maret 2009] Berdasarkan informasi dari pemilik CV WPIU, hingga saat ini yang usaha kecil menengah yang terlibat dalam pengolahan komoditas unggulan Kota Depok masih sedikit, antara lain dengan merek Kyko, Delira, dan Picco. Jumlah ini akan terus bertambah mengingat cerug pasar minuman sari buah masih terbuka lebar seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Produk yang dihasilkan oleh UKM yang merupakan pesaing Winner memiliki banyak persamaan, akan tetapi kapasitas produksi CV WPIU masih yang terbesar dikarenakan Winner merupakan UKM pertama yang bergerak pada industri minuman sari buah belimbing di Kota Depok. Untuk membedakan produk dengan pesaing, anggota industri mengutamakan persaingan terhadap harga, kemasan, mutu produk, serta metode promosi yang paling efektif untuk memperkenalkan produknya ke pasar.

6. 3.2 Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Ancaman pendatang baru tergantung pada rintangan masuk yang ada digabungkan dengan reaksi dari pesaing yang sudah ada. Terdapat enam faktor yang menjadi penghambat bagi masuknya pendatang baru ke dalam industri, antara lain : skala ekonomi, kebutuhan modal, kebijakan pemerintah, biaya beralih 82 pemasok, akses ke saluran distribusi, diferensiasi produk, serta biaya tak menguntungkan terlepas dari skala Porter, 1991. Dilihat dari skala industri dan permodalan, hambatan masuk industri minuman sari buah bagi pendatang baru relatif kecil karena untuk memulai usaha fruit juice ini tidak membutuhkan skala usaha dan modal yang relatif besar. Selain itu dalam hal regulasi, pemerintah juga tidak membatasi pengusaha baru untuk masuk ke dalam industri ini, pemerintah Kota Depok sendiri sangat mendukung apabila banyak perusahaan yang mengolah komoditas buah unggulan Kota Depok. Faktor biaya beralih pemasok merupakan biaya satu kali one time costs yang harus dikeluarkan pembeli jika berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya Porter, 1991. Dalam industri minuman jus buah, apabila pendatang baru berusaha untuk mengalihkan para pemasok saat ini, maka biaya yang dikeluarkan akan relatif kecil dikarenakan jumlah penawaran pemasok bahan baku masih lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah permintaaan dari perusahaan yang ada. Hal ini dapat dilihat dari jumlah petani buah-buahan terutama petani belimbing dan jambu biji merah di Kota Depok yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah perusahaan fruit juice. Perusahaan pendatang baru harus mampu menjaga kesinambungan antara permintaan bahan baku dengan kapasitas produksi yang mampu dihasilkan perusahaan. Salah satu hambatan masuk bagi pendatang baru apabila memasuki industri minuman sari buah adalah akses ke saluran distribusi. Saluran distribusi perusahaan besar yang lebih dulu ada telah cukup kuat, oleh karena itu sulit bagi perusahaan pendatang baru untuk masuk ke dalam saluran distribusi yang telah ditangani oleh perusahaan-perusahaan mapan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan pendatang baru harus mampu menciptakan saluran distribusi yang baru atau mempengaruhi saluran distribusi yang ada agar menerima produknya dengan cara penurunan harga atau kerjasama promosi yang dapat mengurangi laba. Produk-produk yang ditawarkan oleh pesaing yang telah ada umumnya memiliki karakteristik yang sama sehingga pelanggan tidak mengidentifikasi produk atas merek tertentu. Hal ini terkait dengan persyaratan kesehatan dan 83 keamanan produk dari pemerintah sehingga perusahaan tidak bebas menambahkan ekstrak atau kandungan tertentu pada produk yang dihasilkan. Faktor penghambat lain atas masuknya pendatang baru dalam industri ialah biaya tak menguntungkan yang terlepas dari skala. Ini terkait dengan hak paten yang dimiliki perusahaan besar atas teknologi atau karakteristik tertentu yang dikuasainya. Saat ini CV WPIU menghadapi ancaman pendatang baru mengingat pertumbuhan industri minuman sari buah mencapai 15 persen hingga 20 persen per tahun. Di dekat lokasi perusahaan sendiri juga terdapat UKM yang bergerak pada industri minuman jus buah dengan merek Kyko yang mengadopsi konsep bisnis yang sama dengan Winner. Selain itu, menurut informasi Badan Perencana Pembangunan Daerah Bappeda Kota Depok , ke depannya Pemerintah Kota Depok berencana akan mendirikan pabrik yang mengolah komoditas buah unggulan Kota Depok dengan kapasitas yang lebih besar, permodalan yang lebih kuat, serta teknologi yang lebih moderen. Ini dapat mengancam CV WPIU apabila perusahaan tidak dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan bargaining position produknya di pasar.

6. 3.3 Bargaining Position Pemasok

CV WPIU bekerja sama dengan pemasok untuk memenuhi kebutuhan bahan baku maupun bahan penolong. Pemasok CV WPIU antara lain petani buah- buahan sebagai pemasok bahan baku, toko TBM Tambahan Bahan Makanan di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Bogor, dan UNPAS Universitas Pasundan sebagai pemasok bahan penolong, dan toko plastik di Jembatan Lima Jakarta sebagi pemasok bahan kemasan. Sesuai dengan visi CV WPIU, yaitu mensejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan lingkungan, maka untuk pasokan bahan baku utama, yaitu buah belimbing, jambu biji merah, dan nanas, perusahaan memperolehnya dari kelompok tani mitra, yaitu Kelompok Tani Makmur Sejahtera. Kelompok tani Makmur sejahtera berdiri sejak tahun 2004 dan telah menjadi mitra usaha sejak awal berdirinya CV WPIU. Sesuai dengan definisi kemitraan menurut UU No. 9 Tahun 1995, yaitu : “kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dan 84 Usaha Menengah atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”, maka kelompok tani mitra memiliki bargaining position yang tinggi di mata perusahaan. Perusahaan tidak hanya menampung hasil panen petani, tetapi juga melakukan pembinaan kepada para petani, antara lain mengikutsertakan kelompok tani pada pameran yang diikuti oleh perusahaan dan menambah jejaring bisnis dengan mempromosikan kelompok tani hingga ke tingkat propinsi.

6.3.4 Bargaining Position Pembeli

Segmentasi produk jus buah Winner sangat luas. Konsumen CV WPIU terdiri dari pelanggan umum dan agen. Pelanggan umum terdiri dari anak sekolah, mahasiswa, pegawai kantor, maupun masyarakat umum. Sedangkan agen perusahaan tersebar di tujuh kota yang menjangkau hingga ke luar Pulau Jawa. Semakin berkembangnya produsen minuman jus buah kemasan menyebabkan konsumen memiliki kekuatan untuk memilih produk mana yang mereka inginkan. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi perusahaan apabila perusahaan tidak dapat meningkatkan daya saing produknya.

6.3.5 Ancaman Produk Substitusi

Yang termasuk produk substitusi yaitu produk lain yang dapat menajalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri Porter, 1991. Produk substitusi yang harus mendapat perhatian lebih adalah produk yang mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau prestasi yang lebih baik dibandingkan produk minuman sari buah dan dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi. Adapun produk substitusi yang dapat menjadi ancaman bagi CV WPIU yaitu minuman sari buah dalam bentuk serbuk, maupun teh rasa buah yang marak di pasaran.

6. 4 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan

Analisis terhadap kondisi internal perusahaan tersebut dapat melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Analisis lingkungan internal perusahaan dilakukan terhadap fungsional perusahaan yang terdiri dari 85 manajemen, produksi, keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, serta penelitian dan pengembangan

6. 4.1 Analisis Manajemen

Manajemen puncak CV WPIU dipegang oleh pemilik perusahaan. Pimpinan perusahaan Manajemen CV WPIU masih dikelola secara sederhana dimana direktur sebagai satu-satunya pengambil keputusan strategis perusahaan di segala aspek. Hal ini merupakan kelemahan perusahaan dikarenakan tidak jarang pemilik perusahaan rangkap jabatan, yaitu yang menangani pemasaran bahkan terlibat dalam proses produksi. Kekuatan CV WPIU dalam manajemen terdapat pada kecakapan pemilik perusahaan dalam mejalankan usahanya. Hal ini dikarenakan sebelum mendirikan CV WPIU, pemilik juga telah bergerak pada usaha pengolahan rumput laut yang kini diserahkan kepada anak dari pemilik perusahaan. Dari latar belakang tersebut pemilik perusahaan telah berpengalaman dalam pengelolaan usaha baik dari segi manajemen usaha maupun jaringan pemasaran. Dalam menjalankan usahanya, pemilik perusahaan telah menerapkan Standard Operational Procedure SOP, khususnya dalam proses produksi. SOP yang diterapkan CV WPIU mengacu pada GMP dari Universitas Pasundan yang terdiri dari proses produksi, pengepakan, dan penjadwalan produksi. Pada dasarnya SOP telah berjalan dengan baik, akan tetapi terdapat kelemahan yaitu dalam hal sumberdaya manuasia. Terkadang hasil produk tidak sesuai dengan SOP yang ditetapkan dikarenakan kesalahan dan ketidakdisiplinan pegawai. Sumberdaya manuasia merupakan aspek yang penting bagi CV WPIU. Pemilik perusahaan selalu berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang terbuka dan kekeluargaan untuk menciptkan kondisi yang nyaman bagi para pegawai. Pemilihan karyawan CV WPIU didasarkan pada visi misi perusahaan, yaitu pemberdayaan masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu perusahaan merekrut karyawan dari masyarakat di sekitar lokasi perusahaan. Kelemahan internal yang terkait dengan aspek sumberdaya manusia CV WPIU adalah mayoritas penduduk di sekitar lokasi usaha masih berpendidikan rendah, sehingga perusahaan mengalami kesulitan dalam perekrutan karyawan.