Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Dasar 1945 dalam alinea keempat memuat tentang salah satu tujuan dari Negara Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan tersebut maka harus dipersiapkan generasi masa depan yang tangguh, cerdas, mandiri, dan berpegang pada nilai-nilai spiritual Kunandar, 2014:15. Mereka harus ditempatkan pada suatu lingkungan yang ideal, seperti pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Penyelenggaraan pendidikan formal dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang yang dimulai dari pendidikan prasekolah, tingkat dasar, tingkat menengah, dan jenjang perguruan tinggi. Untuk menunjang keberhasilan pendidikan pada lembaga-lembaga tersebut, maka diperlukan adanya sebuah pembaharuan atau inovasi dalam bidang pendidikan. Salah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI satunya adalah dengan memperbaharui kurikulum. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 19. Oleh karena itu, sejalan dengan perkembangan zaman untuk menciptakan generasi muda yang berkompetensi serta siap menghadapi tantangan pada masa depan, maka pada tahun 2013 mulai diberlakukannya Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkompetensi pada kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan peradaban dunia Kunandar, 2014:16. Salah satu prinsip pembelajaran Kurikulum 2013 adalah menjadikan peserta didik dari diberi tahu menuju mencari tahu Daryanto, 2014:16. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diharapkan untuk lebih berpusat pada peserta didik student-centered approach sehingga dapat memungkinkan peserta didik untuk dapat terlibat aktif dan berpikir kritis dalam membangun konsep dan pengetahuannya sendiri. Keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran di kelas sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam merencanakan, menyusun, dan mengelola proses pembelajaran yang sesuai dengan konteks peserta didik. Salah satu caranya adalah dengan mengenal berbagai karakteristik peserta didik. Pengenalan berbagai karakteristik peserta didik menjadi kunci utama dalam belajar mengenai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pluralistik. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 4 yang menekankan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Mempelajari dan menjunjung tinggi nilai kemajemukan berarti bahwa setiap peserta didik terbiasa untuk menghargai perbedaan suku, agama, bahasa, letak geografis, dan bahkan perbedaan kecerdasan yang dimilliki masing-masing individu Yaumi, 2012:7. Setiap peserta didik memiliki kecerdasan sejak ia dilahirkan, tetapi perkembangan kecerdasan akan didapatkan seiring perkembangannya dalam kehidupan Thobroni, 2015:192. Kecerdasan atau intelegensi yang dimiliki peserta didik tidak hanya satu macam saja, tetapi juga menyangkut berbagai macam kecerdasan ganda multiple intelligences Thobroni, 2015:193. Oleh karena itu guru dituntut untuk memahami dan mengenal gaya belajar peserta didik sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki pada setiap peserta didiknya. Kecerdasan ganda multiple intelligences adalah berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki peserta didik untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran Fleetham dalam Yaumi, 2012:12. Kecerdasan ganda dapat dibagi ke dalam sembilan macam yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, visual-spasial, berirama-musik, jasmaniah- kinestetik, interpersonal, intrapersonal, naturalistik, dan eksitensial Gardner dalam Suyadi dan Dahlia, 2014:83. Oleh karena itu, guru perlu menggunakan berbagai strategi dalam pembelajaran agar dapat mengembangkan kecerdasan peserta didik secara optimal. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus lebih berorientasi pada pengembangan potensi peserta didik. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan perangkat pembelajaran silabus, RPPTH, LKS, dan bahan ajar yang berdasarkan pada kesembilan kecerdasan manusia dan bersifat kontekstual. Tujuannya adalah untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan serta memecahkan masalah- masalah yang dihadapi dalam kegiatan pembelajarannya. Berdasarkan hal tersebut, dengan adanya kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kecerdasan ganda, dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam melangsungkan berbagai aktivitasnya. Berdasarkan hasil survei kebutuhan guru terkait pengembangan lembar kerja siswa LKS berbasis kecerdasan ganda dengan Ibu P sebagai wali kelas IIA di SD Negeri Kalasan 1 pada hari selasa, 28 Juli 2015, pukul 09.30 WIB diperoleh informasi bahwa guru pernah menggunakan LKS dalam kegiatan belajar, karena LKS dapat membantu guru dalam memberikan latihan-latihan soal kepada peserta didik, sekaligus sebagai pengukur keberhasilan peserta didik terkait materi yang telah diajarkan. LKS yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran adalah bentuk LKS yang diperjualbelikan, seperti Pendamping Siswa CBE-Cara Belajar Efektif, Lantip, dan Cemara. Pada proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas, LKS tersebut jarang digunakan kecuali untuk memberikan pekerjaan rumah kepada peserta didik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan penyusunan dan pengembangan LKS, beliau belum memahami komponen-komponen yang terdapat pada LKS. Sejauh ini, beliau sudah berkeinginan untuk membuat LKS sendiri. Alasannya karena LKS yang tersedia terdapat beberapa pertanyaan yang tidak sesuai sehingga menyimpang dari materi yang diajarkan. Terkait dengan pengembangan LKS berbasis kecerdasan ganda, beliau belum memahami tentang konsep kecerdasan ganda secara menyeluruh. Konsep kecerdasan ganda meliputi kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan emosional dan harus dikembangkan sesuai dengan karakter setiap perkembangan anak. Berbagai kecerdasan tersebut yang paling dominan diterapkan dalam LKS adalah kecerdasan intelektual, matematika, bahasa Indonesia, dan musik. Padahal, menurut beliau pada dasarnya semua jenis kecerdasan ganda sebaiknya harus dikembangkan agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Dalam hal ini guru juga menyadari kesulitan-kesulitan yang dialami dalam mengembangkan media LKS berbasis kecerdasan ganda, yaitu kurangnya wawasan terkait dengan kecerdasan ganda, ketersedian sumber belajar yang masih minim, serta sarana dan prasarana yang belum memadai. Untuk mengatasi hal tersebut, sejauh ini beliau sudah berusaha mencari sumber-sumber belajar baik dari internet maupun buku penunjang. Oleh karena itu, guru sangat memerlukan contoh dan pelatihan dari pemerintah mengenai pengembangan LKS berbasis kecerdasan ganda. Berdasarkan permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun LKS berbasis kecerdasan ganda, sehingga belum menerapkan kecerdasan ganda secara lengkap. Oleh karena itu, peneliti mencoba memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengembangkan LKS Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subtema Lingkungan Sekolahku untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.

B. Rumusan Masalah