33
dibaca, 6 membangun asosiasi dan 7 menyikapi secara personal kegiatan atau tugas membaca sesuai dengan interesnya.
Dari definisi-definisi tersebut, terdapat beraneka ragam batasan mengenai membaca, semua memberi penekanan yang sama yaitu perihal memahami isi
bacaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan memahami suatu bacaan yang berisi pesan atau informasi tertulis yang
disampaikan penulis kepada pembaca dan yang dimaksud dengan kemampuan membaca adalah kemampuan memahami isi, informasi atau pesan yang
terkandung di dalam bacaan. Dari uraian yang telah dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
proses membaca adalah proses interaksi, yang melibatkan keseluruhan pribadi pembaca, dan didukung oleh panca indera sebagai faktor yang terpenting dalam
membaca. Proses membaca juga merupakan proses komunikasi antara pembaca dan penulis, agar ide, gagasan, pemikiran, fakta, pesan-pesan atau informasi dari
penulis dapat dipahami.
6. Kriteria Penilaian Keaktifan Peserta Didik
Semua proses pebelajaran peserta didik mengandung keaktifan, akan tetapi antar peserta didik yang satu dengan yang lainnya tentu berbeda. Keaktifan
peserta didik dalam proses belajar merupakan upaya peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar, yang mana keaktifan peserta didik dapat
ditempuh dengan upaya kegiatan belajar kelompok maupun belajar secara
34
individu. Menurut Sudjana 2010: 61 keaktifan peserta didik dapat dilihat dalam hal berikut.
1 Turut serta dalam melaksanaan tugas belajarnya. 2 Terlihat dalam pemecahan masalah. 3 Bertanya kepada peserta didik lain atau kepada
guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. 4 Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan masalah. 5
Melaksanakan diskusi kelompok. 6 Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya. 7 Kesempatan menggunakan menerapkan apa
yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Sudjana 2010: 61 di atas
maka dapat diartikan bahwa kriteria atau indikator keaktifan tersebut dapat digunakan sebagai kriteria untuk menilai seberapa besar keaktifan peserta didik
dalam pembelajaran bahasa Jerman khususnya keterampilan membaca. Adapun teori penilaian keaktifan yang lain digunakan dalam penelitian ini
adalah peneliti menggunakan skala Likert. Skala Likert disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima respon yang menunjukkan tingkatan
Arikunto, 2006: 180. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan tiga respon yaitu aktif, kurang aktif dan tidak aktif. Peserta didik yang aktif akan
mendapat skor 2, kurang aktif 1 dan tidak aktif 0. Skor tersebut dikonversikan dalam persen. Rumus untuk menghitung persentase keaktifan individu yaitu
Jumlah Skor Keaktifan Individu : Jumlah Skor Maksimal x 100. Indikator keaktifan individu ditentukan oleh : 1 Indikator A: Peserta
didik mengajukan pertanyaan. 2 Indikator B: Peserta didik bekerja sama dalam
35
kelompokdiskusi, dan 3 Indikator C: Peserta didik menyampaikan informasi pendapatjawaban.
Peserta didik dinyatakan aktif pada indikator A, apabila peserta didik mengajukan pertanyaan lebih dari 3 kali dalam sekali tatap muka. Jika kurang dari
3 maka dinyatakan kurang aktif, dan jika peserta didik tidak bertanya sama sekali maka ia dianggap tidak aktif. Pertanyaan yang diajukan harus sesuai dengan
materi pelajaran. Peserta didik dinyatakan aktif pada indikator B, apabila peserta didik dapat
saling bekerjasama dengan teman kelompoknya. Jika kurang dapat bekerjasama maka dinyatakan kurang aktif, dan jika peserta didik tidak bekerjasama dengan
teman kelompoknya maka dinyatakan tidak aktif. Peserta didik dinyatakan aktif pada indikator C, apabila peserta didik
menyampaikan informasipendapatjawaban dari pertanyaan yang diajukan guru lebih dari 3 kali. Jika kurang dari 3 maka ia dinyatakan kurang aktif, dan apabila
tidak menjawab sama sekali maka ia dinyatakan tidak aktif.
B. Penelitian yang Relevan