Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman menuntut manusia untuk ikut berkembang. Salah satu aspek perkembangan yang dituntut adalah komunikasi. Dengan adanya hubungan internasional, maka bahasa yang perlu dikuasai tidak cukup hanya satu bahasa saja. Semakin banyak bahasa yang dikuasai, maka semakin banyak pula jaringan yang dimiliki. Dengan demikian, seorang individu mampu mengikuti era modern saat ini. Banyak aktivitas guna menunjang interaksi lintas negara ataupun budaya yang menuntut kita menggunakan bahasa asing. Penguasaan bahasa asing sangat penting, karena bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi, ide atau gagasan. Selain itu bahasa juga merupakan sarana komunikasi untuk mempererat hubungan sosial antar individu. Penerapan bahasa asing sudah banyak di Indonesia mulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Bahasa asing seperti bahasa Inggris kini diterapkan secara terpadu di sekolah-sekolah. Bahasa asing lainnya yang sering menjadi mata pelajaran di sekolah yaitu bahasa Jerman, Prancis, Jepang, Mandarin, Arab, dsb. Untuk saat ini, kemampuan menggunakan bahasa asing kedua selain bahasa Inggris, dan dalam hal ini salah satunya adalah bahasa Jerman. Banyak informasi ilmu pengetahuan baik di bidang teknik, ilmu-ilmu murni, ekonomi, psikologi, maupun seni bersumber dari buku-buku berbahasa Jerman, disamping sebagai sarana komunikasi juga sebagai pengembangan dunia 2 pariwisata. Antusias masyarakat Indonesia yang belajar di Jerman begitu tinggi. Maka dari itu begitu pentingnya pelajaran bahasa Jerman untuk diajarkan di Sekolah Menengah Atas. Terdapat empat keterampilan berbahasa yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas, yakni; menyimak Hörverstehen, membaca Leseverstehen, berbicara Sprechfertigkeit, dan menulis Schreibfertigkeit. Semua keterampilan tentunya juga tidak lepas dari pembelajaran struktur dan kosakata Struktur und Wortschatz . Keterampilan membaca merupakan salah satu dari keempat komponen keterampilan berbahasa yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Dalam pengajaran bahasa Jerman pada dasarnya peserta didik diajarkan dan diarahkan untuk mampu membaca dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan juga dapat menggunakan bahasa tersebut dalam berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan orang di sekelilingnya yang juga dapat menggunakan bahasa Jerman. Melalui interaksi tersebut peserta didik berkomunikasi untuk menyatakan pendapat atau gagasan. Pada standar kompetensi yang tercantum pada KTSP 2006 Mata Pelajaran bahasa Jerman disebutkan bahwa pada keterampilan membaca mengamanatkan peserta didik untuk dapat memahami wacana tulis berbentuk paparandialog sederhana tentang identitas diri, kehidupan sekolah, kehidupan keluarga, kehidupan sehari-hari, kegemaranhobi dan wisata. Selanjutnya, pada kompetensi dasar keterampilan membaca menuntut peserta didik untuk dapat 1 3 Mengidentifikasi bentuk dan tema wacana sederhana secara tepat, 2 Memperoleh informasi umum, informasi tertentu danrinci dari wacana tulis sederhana secara tepat, 3 Membaca nyaring kata, frasa, dan atau kalimat dalam wacana sederhana dengan tepat. Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Peserta didik harus dilibatkan dalam setiap proses pembelajaran. Selain itu hubungan interaktif antara guru dan peserta didik harus berlangsung baik dan harmonis sehingga proses belajar mengajar di kelas tidak membuat takut dan tegang peserta didik. Metode pembelajaran yang digunakan guru juga harus variatif dan tidak terfokus pada metode tertentu saja sehingga membuat peserta didik tidak bosan. Selanjutnya adalah mengembangkan budaya membaca. Proses pembelajaran diharapkan untuk dapat mengembangkan kegemaran membaca peserta didik, dan peserta didik dituntut untuk dapat memahami beragam bacaan. Bahasa Jerman sebagai salah satu bahasa asing yang digunakan oleh banyak negara sudah banyak diajarkan di Sekolah Menengah Atas SMA dan sederajatnya di Indonesia. Salah satu Sekolah Menengah Atas yang mengajarkan bahasa Jerman sebagai mata pelajaran muatan lokal adalah SMA Negeri 1 Imogiri Bantul yang beralamat di Jl. Imogiri Timur KM. 14 Wukirsari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran di SMA Negeri 1Imogiri Bantul masih berpusat pada guru. Guru masih menggunakan metode ceramah 4 untuk menjelaskan materi dalam sebuah pembelajaran, sehingga peserta didik belum aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan aktivitas yang dilakukan peserta didik hanya mendengar dan mencatat. Diskusi antara peserta didik dengan peserta didik dan guru dengan peserta didik masih jarang dilakukan, atau dengan kata lain guru masih menggunakan teknik pembelajaran konvensional. Metode dan teknik konvensional yang dimaksud yaitu pemberian poin-poin berupa pertanyaan dan meminta peserta didik menjawab pertanyaan- pertanyaan tersebut dalam satu kalimat saja. Hal ini dapat membuat peserta didik tidak dapat menuangkan gagasannya dalam bentuk saty frasa atau kalimat saja. Peserta didik tidak mempunyai ruang untuk dapat menuangkan gagasannya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa kendala, antara lain 1 Peserta didik kesulitan dalam memahami isi bacaan karena minimnya kosakata bahasa Jerman yang dikuasai. Mereka selalu meminta bantuan guru untuk mengartikan kata-kata yang sulit; 2 Metode yang digunakan kurang variatif sehingga membuat pembelajaran bersifat monoton dan membosankan. Hal ini akan berdampak pada kurang antusiasnya peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas sehingga mereka melakukan aktivitas lain seperti berbicara dengan teman, bermain HP dan tiduran; 3 Pembelajaran masih bersifat guru sentris atau terpusat pada guru. Dalam mengajar guru hanya menjelaskan materi dan memberikan soal dan juga kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Sumber belajar peserta didik adalah guru dan kamus; 4 Lebih jauh lagi, peserta didik juga kurang termotivasi untuk mempelajari bahasa Jerman. 5 Mereka menganggap bahwa pelajaran bahasa Jerman tidak menarik dan tidak penting dan hanya sebagai mata pelajaran pelengkap saja. Beberapa uraian masalah tersebut menyebabkan kegiatan pembelajaran bahasa Jerman khususnya keterampilan membacanya tidak dapat berjalan secara optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil prestasi peserta didik pada keterampilan membacanya yang bisa dikatakan rendah. Pada saat pelaksanaan observasi, dari 26 peserta didik terdapat 22 yang nilai keterampilan membacanya belum memenuhi KKM yaitu 75. Sementara 4 peserta didik lainnya mendapatkan nilai yang bisa dikatakan tinggi. Peserta didik yang mendapatkan nilai lebih dari 75 merupakan peserta didik yang tergolong aktif pada saat pembelajaran bahasa Jerman berlangsung. Mereka rajin bertanya kepada guru jika ada yang kurang jelas, dan juga berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru di sela-sela pembelajaran. Sementara itu, peserta didik lain yang mendapatkan nilai di bawah KKM, mereka cenderung lebih pasif dan hanya diam pada saat guru menjelaskan maupun memberikan pertanyaan pada saat pembelajaran berlangsung. Menurut keterangan Guru bahasa Jerman SMA Negeri 1 Imogiri Bantul sebagian besar minat, motivasi, dan keaktifan peserta didik dalam belajar bahasa Jerman masih cenderung rendah. Mereka cenderung pasif dan merasa bahasa Jerman terutama keterampilan membaca adalah keterampilan yang sulit untuk dikuasai, bahkan keterampilan yang lainnya juga demikian. Bahan ajar menggunakan buku paket dan jumlahnya tidak sesuai dengan jumlah peserta didik. Hal ini juga menjadi kendala bagi guru untuk proses pembelajaran. 6 Meskipun guru bahasa Jerman di SMA Negeri 1 Imogiri bantul cukup dekat dengan peserta didik dan terbuka dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik. Peserta didik menyadari pentingnya belajar bahasa asing selain bahasa Inggris untuk menambah wawasannya tetapi banyak kosa-kata yang sulit diucapkan membuat mereka kurang bersemangat ketika proses pembelajaran. Keterampilan membaca bagi mereka sangatlah sulit, dikarenakan struktur bahasa Jerman mereka yang masih sangat kurang dan juga kosakata belum terlalu mereka kuasai. Peserta didik masih malu dan kurang percaya diri ketika ingin bertanya mengenai materi yang sulit atau yang belum dimengerti, mereka cenderung mendengarkan dan mencatat apa yang sudah dijelaskan oleh guru. Hal tersebut dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, khususnya pada keterampilan membacanya. Sehingga prestasi belajar membaca bahasa Jerman peserta didik lebih rendah dibandingkan dengan keterampilan bahasa yang lainnya. Berdasarkan masalah tersebut peneliti berpendapat perlu adanya perbaikan proses pembelajaran dengan metode yang menarik. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar peserta didik bisa ikut berperan aktif dan lebih tertarik belajar bahasa Jerman. Maka diperlukan metode pembelajaran yang modern dan menarik salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Metode pembelajaran berfungsi sebagai suatu cara untuk menyampaikan pesan yang terkandung dalam suatu kurikulum. Penggunaan metode harus sesuai dengan apa yang akan disampaikan oleh guru. Dengan begitu 7 metode pembelajaran akan menjawab pertanyaan mengenai bagaimana menyampaikan materi atau isi kurikulum kepada peserta didik secara efektif. Oleh karenanya penggunaan metode pembelajaran berperan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu metode yang masih belum sering digunakan oleh guru adalah metode pembelajaran kooperatif Cooperative Learning. Metode ini memiliki banyak sekali variasi salah satunya adalah tipe Group Investigation. Tipe pembelajaran tipe ini menuntut keaktifan peserta didiknya karena harus lebih berperan sebagai investigator. Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan peserta didik, yang selanjutnya peserta didik mengkomunikasikan hasil perolehannya dan membandingkannya dengan perolehan peserta didik lain yang terdapat dalam suatu kelompok. Berdasarkan pemaparan di atas maka metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini sangat efektif dan efisien diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan upaya untuk meningkatkan keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didk kelas X di SMA Negeri 1 Imogiri Bantul melalui metode pembelajaran kooperatif Cooperative Learning tipe Group Investigation.

B. Identifikasi Masalah