130
6 Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti melalui angket peserta didik, wawancara dengan guru, dan analisis prestasi belajar
peserta didik, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan pada pelaksanaan siklus kedua berjalan dengan sangat baik. Pada pelaksanaan
tindakan kedua peserta didik jauh lebih aktif daripada pelaksanaan pada siklus pertama. Peserta didik terlihat lebih semangat dalam mengikuti
pembelajaran bahasa Jerman. Dalam menjalankan proses KBM mereka terlihat lebih antusias, hal tersebut dapat dilihat dari keseriusan dan
keaktifan mereka dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Jerman menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
B. Pembahasan
Setelah semua tindakan dilaksanakan, penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan
prestasi keterampilan membaca peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya tingkat keaktifan dan prestasi
keterampilan membaca dari peserta didik. 1.
Metode Group InvestigationGI mampu meningkatkan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari
antusiasme peserta didik dalam mengikuti pembelajaran bahasa Jerman. Peserta didik belajar dalam konteks kemandirian dan tanggung jawab,
sehingga mereka belajar dengan antusias dan terlihat senang saat mengikuti
131
pembelajaran menggunakan metode tersebut. Peserta didik menjadi lebih aktif ketika investigasi kelompok dilaksanakan, mereka lebih banyak
berinteraksi dengan temannya untuk memecahkan masalah yang ada. Mereka juga lebih intensif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan yang
diberikan. Pada saat PBM berlangsung terdapat juga kegiatan negatif yang peserta didik lakukan seperti, ramai tidak sesuai dengan konteks
pembelajaran, bedcanda dengan teman, bermain Handphone, dan lain-lain. Berikut ini adalah tabel skor keaktifan peserta didik siklus I dan siklus II.
Tabel 19: Skor Keaktifan Peserta Didik Siklus I dan Siklus II No.
Rata-rata Jumlah Skor pada Pertemuan ke- Observasi I
Siklus I Siklus II
I II
III I
II III
1. 3
3 3
4 5
5 5
2. 3
4 4
5 5
5 5
3. 5
5 7
5 4
5 5
4. 3
3 3
3 3
4 7
5. 4
4 4
5 5
6 6
6. 7
7 8
7 8
8 8
7. 3
4 4
4 4
4 5
8. 4
4 4
4 5
5 7
9. 3
5 5
5 5
7 8
10. 6
7 7
6 7
7 7
11. 4
4 4
5 5
7 7
12. 3
3 3
6 6
6 8
13. 4
4 4
4 4
4 7
14. 4
4 4
3 3
3 5
15. 3
6 6
7 7
8 8
16. 5
5 6
6 4
6 7
17. 3
3 3
3 3
5 6
18. 3
4 4
5 5
7 8
19. 4
4 4
4 4
5 6
20. 3
6 6
6 6
5 7
21. 4
5 5
6 4
6 6
22. 3
3 3
4 4
5 7
23. 4
3 3
3 3
3 6
132
24. 4
4 4
4 5
5 7
25. 4
3 3
3 5
6 6
26. 5
4 4
4 5
5 5
Persen -tase
55,49 60,98
63,18 64,2
68,13 78,02
92,85
Keterangan: Skor yang terdapat pada tabel adalah jumlah skor 3 aspek yang diamati oleh peneliti.
Berikut adalah grafik kenaikan keaktifan belajar peserta didik.
Gambar 2: Grafik Analisis Keaktifan Peserta Didik
Dari tabel tersebut dapat dilihat adanya peningkatan keaktifan dari peserta didik pada saat mengikuti pembelajaran keterampilan membaca
bahasa Jerman menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
Dari hasil angket refleksi yang diisi oleh peserta didik menunjukkan bahwa peserta didik memberikan tanggapan positif terhadap
upaya yang telah ditempuh dalam siklus I maupun II.
133
Dari pendapat peserta didik dan wawancara dengan guru, menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation ini sangat membantu peserta didik dalam pembelajaran
keterampilan membaca bahasa Jerman. Penggunaan metode ini memberikan suasana baru yang lebih variatif bagi peserta didik, sehingga mereka tidak
bosan dalam belajar bahasa Jerman. Peserta didik berpendapat behwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
memberikan dampak positif terhadap nilai keterampilan membaca bahasa Jerman yang terus mengalami peningkatan di setiap siklusnya.
Selain adanya peningkatan prestasi belajar bahasa Jerman, peserta didik juga lebih menguasai kosakata bahasa Jerman, serta rasa percaya diri
peserta didik dalam memperesentasikan hasil pekerjaan mereka juga meningkat. Walaupun demikian ada juga peserta didik yang hasilnya masih
belum optimal, hal tersebut dikarenakan peserta didik kurang serius dalam mengikuti pembelajaran bahasa Jerman. Guru dan peneliti juga mengamati
perubahan sikap khususnya dalam segi keaktifan peserta didik mengalami peningkatan pada saat siklis I dan siklus II telah selesai dilaksanakan.
2. Peningkatan prestasi keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik
dapat dilihat juga dari hasil nilai keterampilan membaca peserta didik saat dilaksanakannya tes evaluasi setelah siklus I dan siklus II selesai
dilaksanakan. Setelah siklus I selesai dilaksanakan terdapat kenaikan sebesar 10,48 dari 64,80 menjadi 75,28 dan pada siklus II sebesar 7,02 dari 75,28
menjadi 82,30. Sebelum diberi tindakan peserta didik kesulitan dalam
134
memahami tekswacana bahasa Jerman dikarenakan penguasaan kosakata yang kurang. Namun pada siklus I peserta didik masih terlihat belum
semuanya aktif dalam mengemukakan pendapat menggunakan bahasa Jerman, ketika penilaian tes keterampilan membaca jawaban peserta didik
juga belum maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut pada siklus II diberi variasi pada tekswacana yang diambil dari berbagai macam sumber buku.
Setelah siklus II dilaksanakan, peserta didik terlihat lebih aktif dalam membaca bahasa Jerman dalam pembelajaran. Peserta didik dapat menguasai
lebih banyak kosakata bahasa Jerman. Berikut adalah tabel perbandingan nilai keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik dari sebelum diberi
tindakan dan setelah diberi tindakan.
Tabel 20: Daftar Nilai Sebelum TindakanPra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
No. Presensi Peserta Didik
Nilai Pra Tindakan
Nilai Siklus I Nilai Siklus
II
1. 60
62,5 72,5
2. 55
67,5 70
3. 67,5
77,5 90
4. 55
77,5 80
5. 75
75 92,5
6. 85
87,5 87,5
7. 65
80 85
8. 70
77,5 80
9. 57,5
77,5 90
10. 65
72,5 80
11. 62,5
80 87,5
12. 75
80 82,5
13. 65
80 90
14. 70
77,5 82,5
15. 70
72,5 72,5
16. 72,5
82,5 77,5
17. 55
55 77,5
18. 67,5
82,5 90
135
19. 80
82,5 95
20. 75
70 92,5
21. 50
55 75
22. 55
60 80
23. 50
50 72,5
24. 65
65 82,5
25. 60
70 80
26. 57,5
72,5 75
Rerata 64,80
75,28 82,30
Persentase Kenaikan
10,48 7,02
Berikut adalah grafik kenaikan rata-rata nilai keterampilan membaca bahasa Jerman dan persentase katuntasannya.
Gambar 3: Kenaikan Rata-rata Nilai Membaca Bahasa Jerman Peserta Didik dan Persentase Ketuntasan
Dari hasil analisis nilai di atas dapat dikatakan bahwa nilai keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik dalam tabel tersebut
mengalami peningkatan. Peserta didik yang memiliki nilai belum maksimal bukan berarti tidak mengalami peningkatan. Tolak ukur keberhasilan
pemberian tindakan bukan hanya dilihat dari peningkatan nilai keterampilan
136
membaca saja, melainkan juga peningkatan keaktifan dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran bahasa Jerman.
Dikarenakan hasil yang diperoleh peserta didik dari prestasi keterampilan membaca bahasa Jerman dan keaktifan peserta didik dalam
pembelajaran telah mencapai indikator sesuai yang diharapkan, maka guru dan peneliti memutuskan untuk tidak meneruskan ke siklus berikutnya.
C. Tanggung Jawab Guru