Makanan Yang Tidak Dimakan oleh Korban Keracunan Jumlah Korban Diantara yang tidak Makan Makanan yang Dicurigai

158 Edisi Revisi Tahun 2011 Tabel 16. KLB Keracunan Pangan, PT. Sepatu Baru, Bogor, Juni 2001 Studi Kohort 300 Karyawan, 120 Kasus Makanan Makan Tidak Makan RR  5 Pop Kasus AR100 Pop Kasus AR100 Nasi 280 113 40 20 7 35 1.1 0.6-2.1 Semur daging 270 110 40.7 30 10 33.3 1.2 0.7-2.0 Tempe 220 100 45.4 80 20 25.0 1.2 1.0-2.4 Karedok 130 115 95.8 170 5 3.0 16.4 6.9-39.4 Air minum 250 100 40 50 20 40 1.00 0.7-1.5 Kerupuk 22 22 100 178 98 55.0 1.4 1.0-2.0 Telur Goreng 50 47 94 250 73 29.2 2.1 1.6-2.9 Epi info 6 Berdasarkan analisis risiko relatif untuk setiap jenis makanan, maka dapat disimpulkan bahwa nasi, semur daging, tempe, dan air minum tidak menunjukkan perbedaan risiko yang besar antara yang makan dan yang tidak makan. Kerupuk dan telor goreng mempunyai perbedaan risiko sedang, sedang makan karedok mempunyai risiko yang sangat besar dibanding yang tidak makan karedok. Kesimpulan ini sebaiknya diuji dengan pemeriksaan laboratorium, yaitu ditemukannya racun pada karedok yang sama dengan racun yang terdapat pada karyawan sakit. Bagaimanpun juga, teridentifikasinya karedok sebagai sumber keracunan sudah merupakan informasi yang sangat berharga untuk menelusuri lebih jauh lagi penyebab karedok terdapat racun, disamping itu, dengan menyingkirkan karedok dari makanan yang disajikan, maka makanan ransum sudah kembali aman.

v. Hubungan Khusus Antara Kasus dan Sumber Keracunan

Terdapat beberapa kondisi khusus yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber keracunan yang dapat dimanfaatkan dengan cepat, antara lain :

1. Makanan Yang Tidak Dimakan oleh Korban Keracunan

Pada dasarnya orang yang menderita sakit kasus keracunan harus makan makanan yang mengandung racun, dan apabila orang tersebut ternyata tidak makan suatu makanan tertentu, maka dapat dikatakan bahwa makanan tertentu tersebut kemungkinan besar tidak mengandung racun. Contoh, sumber keracunan pada KLB dicurigai adalah kantin, warung di sekolah dan penjaja, maka ditanyakan pada sekitar 50 penderita riwayat makan di 3 tempat makan tersebut pada 3 hari terakhir ini, dan hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 17. Kemungkinan Sumber KLB Keracunan Pangan Tempat makan Riwayat makan 3 hari terakhir pada 50 kasus sakit Makan tidak makan keterangan kantin 40 10 Bukan sumber warung 48 2 Mungkin sumber penjaja 30 20 Bukan sumber Maka dengan memperhatikan jumlah yang tidak makan, dapat disingkirkan kemungkinan tempat makan tersebut sebagai sumber keracunan, yaitu kantin dan penjaja terdapat 10 dan 20 penderita yang tidak makan, oleh karena itu kantin dan penjaja dapat Edisi Revisi Tahun 2011 159 disingkirkan kemungkinannya sebagai sumber keracunan. Pada dasarnya orang yang tidak terpapar racun adalah tidak menderita sakit keracunan, tetapi pada suatu populasi orang yang menderita keracunan atau menderita penyakit lain yang gejalanya mirip seperti orang yang terpapar racun selalu ada dalam populasi dalam jumlah normal. Oleh karena itu, apabila sejumlah orang makan-makanan tertentu kemudian yang menderita keracunan atau menderita penyakit yang gejalanya mirip seperti orang yang terpapar racun adalah dalam jumlah lebih dari keadaan normal, maka makanan tersebut perlu dicurigai sebagai makanan yang mengandung bahan racun.

2. Jumlah Korban Diantara yang tidak Makan Makanan yang Dicurigai

Pada dasarnya orang yang tidak terpapar racun adalah tidak menderita sakit keracunan, tetapi pada suatu populasi orang yang menderita keracunan atau menderita penyakit lain yang gejalanya mirip seperti orang yang terpapar racun selalu ada dalam populasi, tetapi dalam jumlah normal. Pada tabel 16, KLB Keracunan Pangan Studi Kohort, kasus keracunan didefinisikan sebagai orang yang menderita diare pada periode KLB, sementara penderita diare dalam populasi selalu ada dalam jumlah normal. Oleh karena itu, beberapa penderta diare yang bukan disebabkan karena racun, juga masuk dalam 120 kasus-kasus KLB. Jumlah kasus normal ini dapat dimanfaatkan untuk identifikasi sumber keracunan. Pada tabel xxx tersebut, pada kolom tidak makan, untuk setiap jenis makanan, ditemukan beberapa kasus KLB. Didalam kasus-kasus ini merupakan gabungan kasus-kasus diare normal ditambah dengan kasus-kasus diare sebagai akibat racun. Jumlah kasus diare normal pada populasi 300 orang karyawan, berdasarkan data klinik ditempat tersebut, tidak lebih dari 6 kasus perhari hasil analisis buku register klinik perusahaan. Oleh karena itu, tidak makan kerupuk dengan jumlah kasus KLB diare 98 kasus dalam periode KLB 2 hari terdapat tidak lebih dari 12 kasus diare normal, sehingga terdapat 86 kasus diare yang disebabkan racun yang berada pada makanan selain kerupuk. Dalam penyelidikan yang cepat, maka makanan kerupuk dalam kondisi seperti tersebut diatas untuk sementara tidak dicurigai sebagai sumber keracunan. Demikian juga dengan air minum dan tempe. Pada KLB keracunan pangan yang semua kasusnya makan-makanan yang ada pada suatu pesta, dapat dikatakan sumber keracunan adalah makanan yang ada pada pesta. Pada keadaan ini, penyelidik sebaiknya segera melakuk a studi Kohort pada aka a -makanan yang ada di pesta tersebut. Pada saat analisis, dapat dilakukan analisis resiko relatif dan sekaligus pe gujia de ga tek ik tidak aka tidak sakit i i.

3. Tamu Sebagai Korban Keracunan Istimewa