Etiologi Masa Inkubasi ANTRAKS

32 Edisi Revisi Tahun 2011

2. Etiologi

Bacillus anthracis, kuman berbentuk batang ujungnya persegi dengan sudut-sudut tersusun berderet sehingga nampak seperti ruas bambu atau susunan bata, membentuk spora yang bersifat gram positif. Basil bentuk vegetatif bukan merupakan organisme yang kuat, tidak tahan hidup untuk berkompetisi dengan organisme saprofit. Basil Antraks tidak tahan terhadap oksigen, oleh karena itu apabila sudah dikeluarkan dari badan ternak dan jatuh di tempat terbuka, kuman menjadi tidak aktif lagi, kemudian melindungi diri dalam bentuk spora. Apabila hewan mati karena Antraks dan suhu badannya antara 28 -30 °C, basil antraks tidak akan didapatkan dalam waktu 3-4 hari, tetapi kalau suhu antara 5 -10 °C pembusukan tidak terjadi, basil antraks masih ada selama 3-4 minggu. Basil Antraks dapat keluar dari bangkai hewan dan suhu luar di atas 20°C, kelembaban tinggi basil tersebut cepat berubah menjadi spora dan akan hidup. Bila suhu rendah maka basil antraks akan membentuk spora secara perlahan - lahan Christie 1983.

3. Masa Inkubasi

Masa inkubasi dari penyakit antraks adalah 7 hari, pada umumnya berkisar antara 2 – 5 hari. 4. Sumber dan Cara Penularan Sumber penyakit antraks adalah hewan ternak herbivora. Manusia terinfeksi antraks melalui kontak dengan tanah, hewan, produk hewan yang tercemar spora antraks. Penularan juga bisa terjadi bila menghirup spora dari produk hewan yang sakit seperti kulit dan bulu. 5. Pengobatan Peniciline masih merupakan antibiotika yang paling ampuh, dengan cara pemberian tergantung tipe dan gejala klinisnya, yaitu: 1 Antraks Kulit  Procain Penicilline 2 x 1,2 juta IU, secara IM, selama 5-7 hari  Benzyl Penicilline 250.000 IU, secara IM, setiap 6 jam, sebelumnya harus dilakukan skin test terlebih dahulu.  Apabila hipersensitif terhadap penicilline dapat diganti dengan tetracycline, chloramphenicol atau erytromicine. 2 Antraks Saluran Pencernaan Paru  Penicilline G 18-24 juta IU perhari IVFD, ditambahkan dengan Streptomycine 1-2 g untuk tipe pulmonal dan tetracycline 1 g perhari untuk tipe gastrointestinal.  Terapi suportif dan simptomatis perlu diberikan, biasanya plasma expander dan regimen vasopresor. Antraks Intestinal menggunakan Chloramphenicol 6 gram perhari selama 5 hari, kemudian meneruskan 4 gram perhari selama 18 hari, diteruskan dengan eritromisin 4 gram perhariuntuk menghindari supresi pada sumsum tulang. 6. Epidemiologi Antraks tersebar luas di seluruh dunia, antara lain Asia, Eropa Selatan dan Afrika. Di Indonesia pertama kali terjadi KLB antraks pada tahun 1832 di Kecamatan Tirawuta dan Moweng Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Penyebaran antraks pada manusia di Indonesia terdapat di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB dan NTT. Saat ini daerah tertular Antraks di Indonesia menurut Dirjen Peternakan Kementan terdapat di 11 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat Jawa Tengah, DIY, Sumatera Barat, Jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan, NTB dan NTT. Tetapi dari 11 provinsi tersebut yang dilaporkan ada kasus pada manusia hanya 5 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB dan NTT. Selama tahun 2009 telah dilaporkan kasus antraks pada manusia sebanyak 17 kasus 2 orang diantaranya meninggal CFR 11,76. Kedua penderita antraks yang meninggal tersebut adalah penderita antraks tipe pencernaan. Semua kasus Edisi Revisi Tahun 2011 33 berasal dari Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 2010 dilaporkan kasus Antraks sebanyak 28 kasus dengan meninggal 1 orang CFR 3,6 yang terjadi di Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah yaitu 24 kasus 1 orang meninggal dan Provinsi Sulawesi Selatan di Kabupaten Maros 3 kasus dan Kota Makassar 1 kasus. Pada tahun 2011 sampai dengan bulan Juni dilaporkan kasus Antraks sebanyak 42 kasus dan tidak ada kasus yang meninggal. Kasus antraks terjadi di Kabupaten Boyolali dengan 14 kasus, Sragen 13 kasus, Pati 1 kasus dan Provinsi NTT terjadi 14 kasus Grafik 6. Situasi Antraks di Indonesia Tahun 2004 - Juni 2011 Pada umumnya antraks menyerang pekerja peternakan, petani, pekerja tempat pemotongan hewan, dokter hewan yang menangani ternak.

7. Kejadian Luar Biasa