Pengobatan dan Profilaksis Epidemiologi

Edisi Revisi Tahun 2011 87 c. Pada Imunofluorescence IFA test ditemukan antibodi positif dengan menggunakan antigen monoklonal Influenza AH5N1 d. Kenaikan titer antibodi spesifik InfluenzaH5N1 pada fase konvalesen sebanyak 4 kali atau lebih dibandingkan dengan fase akut dengan microneutralization test.

2. Etiologi

Saat ini diketahui bahwa subtipe yang paling virulen yang menyebabkan Flu Burung adalah subtipe H5N1. Dari hasil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit oleh Influenza A H5N1 dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari pada 0ºC. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit virus dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60 C selama 30 menit. Dalam tinja unggas di suhu 4°C virus dapat bertahan sampai 35 hari, namun pada suhu kamar 37 o C hanya selama 6 hari.

3. Masa Inkubasi

Sampai saat ini masa inkubasi belum diketahui secara pasti namun untuk sementara para ahli WHO menetapkan masa inkubasi virus influenza ini pada manusia rata-rata adalah 3-5 hari 1 – 7 hari.

4. Sumber dan Cara Penularan

Avian influenza H5N1 dapat menyebar dengan cepat diantara populasi unggas dengan kematian yang tinggi, bahkan dapat menyebar antar peternakan, dan menyebar antar daerah yang luas. Penyakit ini menular kepada manusia dapat melalui: a. kontak langsung dengan sekretlendir atau tinja binatang yang terinfeksi melalui saluran pernafasan atau mukosa konjunctiva selaput lendir mata. b. melalui udara yang tercemar virus Avian influenza H5N1 yang berasal dari tinja atau sekretlendir unggas atau binatang lain yang terinfeksi dalam jarak terbatas c. kontak dengan benda yang terkontaminasi virus Avian influenza H5N1 Sampai saat ini secara epidemiologis dan virologis belum terbukti terjadinya penularan dari manusia ke manusia. Begitu juga dengan penularan pada manusia melalui daging yang dikonsumsi. Orang yang berisiko tinggi terserang flu burung H5N1 ini adalah pekerja peternakan, penjual, penjamah unggas, produk mentahnya, dan petugas laboratorium serta masyarakat luas yang berdomisili dekat dengan unggas.

5. Pengobatan dan Profilaksis

a. Pengobatan Antiviral diberikan secepat mungkin 48 jam pertama :  De asa atau a ak tahu Oselta i ir g per hari sela a hari.  Anak 1 tahun dosis oseltamivir 2 mgkgBB, 2 kali sehari selama 5 hari.  Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan sebagai berikut : - kg : g hari - 15 – 23 kg : 45 mg 2xhari - 23 – 40 kg : 60 mg 2x hari - 40 kg : 75 mg 2xhari  Pada percobaan binatang tidak ditemukan efek teratogenik dan gangguan fertilitas dengan penggunaan oseltamivir. Saat ini belum tersedia data lengkap mengenai kemungkinan terjadinya malformasi atau kematian janin pada ibu yang mengkonsumsi oseltamivir. Karena itu penggunaan oseltamivir pada wanita hamil hanya dapat diberikan bila potensi manfaat lebih besar dari potensi risiko pada janin. Pengobatan Lain :  Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman tipikal dan atipikal  Terapi lain seperti terapi simptomatik, vitamin, dan makanan bergizi Obat yang dapat digunakan untuk pengobatan AI adalah Oseltamivir oral Tamiflu dan Zanamivir inhalasi oral. Pemberian Oseltamivir efektif pada 48 jam pertama sejak mulai timbul gejala demam. 88 Edisi Revisi Tahun 2011 b. Profilaksis Profilaksis 1x75 mg diberikan pada kelompok risiko tinggi terpajan termasuk wanita hamil, oseltamivir harus diberikan sebagai profilaksis, sampai 7-10 hari dari pajanan terakhir rekomendasi kuat. Penggunaan profilaksis berkepanjangan dapat diberikan maksimal hingga 6-8 minggu sesuai dengan profilaksis pada influenza musiman.

6. Epidemiologi

Kasus Flu Burung pada manusia kasus FB di temukan pada tahun 1997 di Hongkong kemudian menyebar ke Belanda dan negara-negara di Asia, dan saat ini sudah tersebar di 13 negara termasuk Indonesia. Kasus FB konfirmasi di Indonesia, pertama kali ditemukan di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten pada bulan Juni 2005. Kasus kemudian menyebar ke 13 propinsi DKI Jakarta, Jabar, Banten, Jateng, Jatim, Sulsel, Bali, Lampung, Sumut, Sumbar, Riau, Sumsel, dan terakhir DI Yogyakarta . Kasus terbanyak pada daerah yang mobilitas penduduk dan unggasnya sangat padat seperti daerah DKI Jakarta,Jabar, dan Banten.Sampai dengan laporan tanggal September 2011, telah ditemukan sebanyak 179 kasus FB konfirmasi dengan 147 kematian. Kasus Flu burung menyerang semua golongan umur tetapi terbanyak pada usia Balita sampai usia produktif dengan tidak membedakan antara lelaki dan perempuan.

7. Kejadian Luar Biasa