Pengobatan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa

Edisi Revisi Tahun 2011 91 nafsu makan, perut kembung, mual, muntah, urin berwarna gelap, sampai jaundice kekuningan pada kulit dan bagian putih mata. Jaundice pada anak umur kurang dari 6 tahun hanya 10 sedangkan pada orang dewasa meningkat 60-80. Dapat menyebabkan pembengkakan hati tetapi jarang menyebabkan kerusakan hati. Penderita dapat menderita sakit 1-2 minggu, bahkan bisa lebih dari satu bulan. Beberapa diantaranya tidak menunjukkan gejala yang nyata. Manifestasi penyakit pada orang dewasa lebih berat dibandingkan pada anak-anak. Gejala penyakit pada anak-anak usia di bawah 6 tahun seringkali 70 tidak terlihat asimtomatik, dengan durasi penyakit 2 bulan. Tingkat keparahan dan kematian meningkat pada usia yang lebih tua. Sebagian besar penderita sembuh dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan tanpa komplikasi.

2. Etiologi

Hepatitis A disebabkan oleh virus Hepatitis A.

3. Masa Inkubasi

Masa inkubasi berkisar antara 15-50 hari, dengan rata-rata 28 hari.

4. Sumber dan Cara Penularan

Pejamu virus Hepatitis A adalah manusia, jarang pada simpanse dan beberapa jenis primata. Menular dari orang ke orang melalui transmisi fekal-oral ketika seseorang mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja orang yang terinfeksi virus hepatitis A. Kuman dapat ditemukan pada tinja sejak 1-2 minggu sebelum munculnya gejala dan menurun setelah gejala timbul atau setelah ada gangguan fungsi hati, bersamaan dengan munculnya antibodi. Bayi dan anak-anak dapat mengandung virus sampai 6 bulan setelah infeksi. Sumber penularan umum adalah air dan makanan tercemar tinja yang terinfeksi virus hepatitis A. Pencemaran dapat terjadi karena higiene penjamah makanan yang buruk, serta makanan dan minuman yang tidak dimasak dengan baik. Masa penularan tinggi terjadi pada 1-2 minggu sampai beberapa hari setelah timbulnya gejala klinis, yaitu demam, sakit kepala, lelah, kehilangan nafsu makan, perut kembung, mual, muntah, urin berwarna gelap, sampai jaundice kekuningan pada kulit dan bagian putih mata.

5. Pengobatan

Tidak ada pengobatan spesifik. Hanya pengobatan suportif dan menjaga keseimbangan nutrisi. Penderita membutuhkan istirahat yang cukup, serta makanan rendah lemak. Harus dipastikan agar air kencing dan tinja penderita tidak mencemari badan air, makanan dan minuman, termasuk penularan melalui tangan dan benda di sekitar penderita yang dapat digunakan atau berhubungan dengan makanan dan minuman orang lain.

6. Epidemiologi

Menyebar di seluruh dunia, sering berkembang menjadi suatu kejadian luar biasa dengan kecenderungan berulang secara siklik. Diperkirakan 1.4 juta kasus hepatitis A terjadi setiap tahun. Sering menyerang pada anak usia sekolah dan dewasa muda. Di daerah dengan sanitasi lingkungan yang rendah, infeksi umumnya terjadi pada usia sangat muda. Di negara sedang berkembang dengan sanitasi buruk, orang dewasa biasanya sudah memiliki imunitas alami sehingga jarang terjadi kejadian luar biasa KLB. Namun adanya perbaikan sanitasi lingkungan di sebagian besar negara di dunia ternyata membuat penduduk golongan umur dewasa muda menjadi lebih rentan sehingga frekuensi terjadinya KLB cenderung meningkat. Di negara bermusim tropis KLB hepatitis A sering terjadi pada musim hujan dan mengalami siklus epidemi 5-10 tahun. Di Indonesia, KLB sering terjadi di sekolah, asrama, karyawan perusahaan dengan jenis KLB common source dengan periode KLB berkisar 1-2 bulan. 92 Edisi Revisi Tahun 2011

7. Kejadian Luar Biasa

1 Penyelidikan Epidemiologi Ditemukannya lebih dari satu penderita dalam satu klaster dengan gejala klinis hepatitis A dapat berupa demam, sakit kepala, lelah, nafsu makan menurun, perut kembung, mual dan muntah, yang diikuti dengan jaundice, air kencing berwarna gelap, dan lain-lain merupakan sinyal dugaan terjadi KLB hepatitis A. Dugaan dapat diperkuat dengan ditemukannya IgM antibodi terhadap virus hepatitis A pada beberapa kasus yang diperiksa. Secara klinis KLB hepatitis A sering sulit dibedakan dengan KLB hepatitis E, tetapi seringkali pada KLB Hepatitis E disertai kematian pada ibu hamil, sementara pada KLB Hepatitis A tidak ada kematian. Perbedaan klinis dengan KLB malaria falcifarum juga sering sulit dibedakan. Malaria falcifarum sering menyerang semua umur, lebih jarang munculnya gejala jaundice, tetapi dengan kematian yang lebih tinggi. Kurva epidemi malaria bukan berupa common source. Adanya nyamuk sebagai sumber penularan seringkali membantu penegakan diagnosis KLB malaria. Kejadian luar biasa hepatitis A ditetapkan apabila terdapat dua kasus klinis hepatitis A atau lebih yang berhubungan secara epidemiologis. Karena penyakit ini mempunyai gejala klinis dengan spektrum yang bervariasi mulai dari tanpa gejala asimtomatik, ringan yang sembuh dalam 1-2 minggu, sampai dengan penyakit dengan gejala yang berat yang berlangsung sampai beberapa bulan maka bukti-bukti epidemiologis sudah dapat mendukung diagnosis secara klinis. Bukti-bukti epidemiologis antara lain ditemukannya klaster orang dengan gejala klinis mengarah ke diagnosis hepatitis A dua atau lebih gejala : demam, sakit kepala, lelah, nafsu makan menurun, perut kembung, mual dan muntah, yang diikuti dengan jaundice, air kencing berwarna gelap. Kriteria kasus konfirmasi : a. Ditemukannya antibodi IgM terhadap virus hepatitis A IgM anti-HAV pada serum sebagai pertanda yang bersangkutan menderita penyakit akut atau penderita ini baru saja sembuh. IgM anti-HAV terdeteksi dalam waktu 5-10 hari setelah terpajan; danatau b. Meningkatnya titer antibodi spesifik 4 kali atau lebih dalam pasangan serum, antibodi dapat dideteksi dengan RIA atau ELISA. Kit untuk pemeriksaan IgM dan antibodi total dari virus tersedia luas secara komersial. Laporan penyelidikan epidemiologi sebaiknya dapat menjelaskan :  Diagnosis KLB hepatitis A,  Penyebaran kasus menurut waktu minggu, wilayah geografi RTRW, desa dan Kecamatan, umur dan faktor lainnya yang diperlukan, misalnya sekolah, tempat kerja dan sebagainya.  Sumber dan cara penularan  Status KLB pada saat penyelidikan epidemiologi dilaksanakan serta perkiraan peningkatan dan penyebaran KLB.  Rencana upaya penanggulangannya 2 Upaya Penanggulangan KLB o Upaya penanggulangan KLB terutama diarahkan pada tatalaksana kasus dan pemutusan rantai penularan. o Identifikasi cara penularan dengan teknik investigasi epidemiologis, apakah penularan terjadi dari ora g ke ora g atau de ga ara o o sour e , da arilah populasi a g terpaja . a Bila diidentifikasi sebagai penularan orang ke orang, maka tindakan selanjutnya adalah isolasi penderita selama masa inkubasi sejak kasus ditemukan sampai 2 minggu setelah timbul gejala. b Bila diide tifikasi se agai pe ulara o o sour e , aka ti daka sela jut a adalah identifikasi sumber penularan. o Upaya memutus rantai penularan dilakukan melalui perbaikan sanitasi dan pengamanan makanan. a Apabila telah teridentifikasi sumber penularan, maka dilakukan semua upaya berdasarkan sumber penularannya. Bila sumber penularan adalah sumber air yang terkontaminasi, maka Edisi Revisi Tahun 2011 93 dapat dilakukan desinfeksi pada sumber air tersebut. Bila sumber penularan adalah akibat pangan terkontaminasi, maka dilakukan perbaikan hiegine sanitasi dan pengamanan pangan. Sumber penularan dimaksud diisolasi sampai diyakini tidak mengandung virus. Beberapa cara inaktivasi virus hepatitis A :  Pemanasan pada suhu 85°C selama 1 menit  Sterilisasi dengan otoklaf pada suhu 121°C selama 20 menit  Radiasi ultraviolet pada 1,1 W pada kedalaman 0,9 cm selama 1 menit  Sterilisasi dengan formalin 8 selama 1 menit pada suhu 25°C  Desinfeksi dengan larutan potasium permanganat 30 mgliter selama 5 menit  Desinfeksi dengan larutan iodin 3 mgliter selama 5 menit  Desinfeksi dengan larutan klorin bebas residu 2 - 2,5 mgliter selama 15 menit  Desinfeksi dengan larutan yang mengandung klorin 3 sampai 10 mgliter larutan sodium hipoklorit pada suhu 20°C selama 5 – 15 menit b Apabila belum teridentifikasi sumber penularannya dengan jelas, maka perbaikan sanitasi dan pengamanan pangan segera ditegakkan dengan ketat terhadap semua kantin dan jajanan yang berhubungan dengan populasi berisiko, termasuk diantaranya membawa makanan dari rumah masing-masing. o Tidak ada pengobatan spesifik. Penderita membutuhkan istirahat yang cukup, makanan rendah lemak. Pengobatan berupa terapi suportif untuk mengatasi gejala dan menjamin asupan nutrisi seimbang, termasuk bila diperlukan cairan pengganti akibat muntah atau diare. Isolasi air kencing dan tinja penderita dilakukan untuk mencegah penularan dan penyebaran virus. o Pemberian imunisasi pada saat terjadinya KLB tidak dianjurkan.

8. Sistem Kewaspadaan Dini -KLB