Kejadian Luar Biasa PERTUSIS

130 Edisi Revisi Tahun 2011

5. Pengobatan

 Jika penyakitnya berat, penderita biasanya dirawat di rumah sakit dan ditempatkan di dalam kamar yang tenang dan tidak terlalu terang, agar tidak merangsang serangan batuk.  Pengisapan lendir dari tenggorokan bila perlu.  Pada kasus yang berat, oksigen diberikan langsung ke paru-paru melalui selang yang dimasukkan ke trakea.  Untuk menggantikan cairan yang hilang karena muntah dan karena bayi biasanya tidak dapat makan akibat batuk, maka diberikan cairan melalui infus.  Gizi yang baik sangat penting, dan sebaiknya makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering.  Pemberian Antibiotik yang efektif terhadap pertusis seperti azithro-Mycin, eritromisin atau trimetoprim- sulfametoksazol harus diberikan ke semua kontak dekat orang dengan pertusis, tanpa memandang usia dan status vaksinasi.

6. Epidemiologi

Penyakit endemis yang sering menyerang anak-anak khususnya usia dini tersebar di seluruh dunia, tidak tergantung etnis, cuaca ataupun lokasi geografis. KLB terjadi secara periodik. Sekitar 80 kematian terjadi pada anak-anak berumur dibawah 1 tahun, dan 70 terjadi pada anak berumur dibawah 6 bulan. Case Fatality Rate CFR di bawah 1 pada bayi dibawah 6 bulan. Angka kesakitan sedikt lebih tinggi pada wanita dewasa dibanding pria. Pada kelompok masyarakat yang tidak diimunisasi, khususnya mereka dengan kondisi dasar kurang gizi dan infeksi ganda pada saluran pencernaan dan pernapasan, pertusis dapat menjadi penyakit yang mematikan pada bayi dan anak-anak. Pneumonia merupakan sebab kematian yang paling sering. Encephalopathy yang fatal, hypoxia dan inisiasi karena muntah yang berulang kadang-kadang dapat terjadi.

7. Kejadian Luar Biasa

Kriteria KLB Pertusis sesuai dengan kriteria penetapan KLB pada Permenkes 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Penyelidikan Epidemiologi dilakukan untuk mengetahui gambaran kelompok rentan dan penyebaran kasus agar mendapatkan arah upaya penanggulangan. Petugas membuat kurva epidemi dibuat dalam harian dan mingguan kasus dan atau kematian, sampai KLB dinyatakan selesai. Tabel dan grafik dapat menjelaskan gambaran epidemiologi angka serangan attack rate dan case fatality rate menurut umur, jenis kelamin dan wilayah tertentu. Area map dan spot map dapat menggambarkan penyebaran kasus dan kematian dari waktu ke waktu. Penyelidikan Epidemiologi dan Upaya Penanggulangan : a. Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap kasus-kasus yang dilaporkan dari rumah sakit, puskesmas maupun laporan masyarakat. Penyelidikan lapangan dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kasus lain, terutama pada kelompok rentan. Laporan dini memungkinkan dilakukan penanggulangan KLB yang lebih baik. b. Isolasi: Untuk kasus yang diketahui dengan pasti dilakukan isolasi. Untuk tersangka kasus segera dipindahkan dari lingkungan anak-anak kecil dan bayi disekitarnya, khususnya dari bayi yang belum diimunisasi, sampai dengan penderita tersebut diberi paling sedikit 5 hari dari 14 hari dosis antibiotika yang harus diberikan. Kasus tersangka yang tidak mendapatkan antibiotika harus diisolasi paling sedikit selama 3 minggu. c. Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan terhadap sekret dari hidung dan tenggorokan, serta barang- barang yang dipakai penderita. Pembersihan menyeluruh. d. Karantina: Lakukan karantina terhadap kontak yang tidak pernah diimunisasi atau yang tidak diimunisasi lengkap. Larangan tersebut berlaku sampai dengan 21 hari sejak terpajan dengan penderita atau sampai dengan saat penderita dan kontak sudah menerima antibiotika minimal 5 hari dari 14 hari yang diharuskan. Edisi Revisi Tahun 2011 131 e. Perlindungan terhadap kontak: Pemberian imunisasi aktif kepada kontak untuk melindungi terhadap infeksi setelah terpajan dengan penderita juga tidak efektif. Kontak yang berusia dibawah 7 tahun dan yang belum mendapatkan 4 dosis DPT- HB atau yang tidak mendapat DPT dalam 3 tahun terakhir harus segera diberikan suntikan satu dosis setelah terpapar. Dianjurkan pemberian erythromycin selama 14 hari bagi anggota keluarga dan kontak dekat tanpa memandang status imunisasi dan umur. f. Lakukan Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi: Lakukan pencarian kasus secara dini, cari juga kasus yang tidak dilaporkan dan kasus-kasus atipik. Oleh karena bayi-bayi dan anak tidak diimunisasi mempunyai risiko tertular. g. Pengobatan spesifik: Pengobatan dengan erythromycin memperpendek masa penularan, namun tidak mengurangi gejala kecuali bila diberikan selama masa inkubasi, pada stadium kataral atau awal stadium paroxysmal.

8. Sistem Kewaspadaan Dini KLB