46.6 content laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kementerian esdm tahun 2014

Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA kilang LNG pola hulu adalah kilang PT Arun di NAD, 12,85 MMTPA, kilang PT Badak di Bontang, Kaltim, 21,64 MMTPA dan kilang LNG BP di Tangguh, 7,6 MMTPA. Sedangkan yang termasuk kilang LNG pola hilir adalah milik PT Donggi Senoro LNG di Sulawesi Tengah, 2 MMTPA. . Tidak ada peningkatan kapasitas kilang LNG pada tahun 2014 dikarenakan pada tahun 2014 tidak ada kilang LNG yang terbangun, begitu juga untuk kilang LNG yang selama enam tahun terakhir tidak ada peningkatan kapasitas. Sasaran 2. Meningkatnya kemampuan pasokan bahan baku untuk domestik Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 1 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel 5.17 berikut: Realisasi persentase pemenuhan kebutuhan bahan baku pupuk dan petrokimia pada tahun 2014 sebesar 91 dari target 90 atau capaiannya sebesar 101. Jumlah kontrak pada tahun 2014 sebanyak 638,8 BBTUD, namun terealisasi 621,4 BBTUD. Upaya Pemerintah dalam mendukung ketahanan pangan melalui penongkatan penyediaan pupuk tidak dapat terlepas dari pemenuhan gas bumi sebagai bahan baku pupuk tersebut. Pemerintah terus berupaya menjaga ketersediaan gas bumi untuk pemenuhan industri pupuk baik untuk pabrik pupuk yang sudah ada existing maupun untuk pabrik pupuk revitalisasi. Kebutuhan gas bumi untuk pabrik pupuk adalah sebagai berikut. Gambar 5.21 Graik Realisasi Penyaluran Gas Pipa untuk Pupuk Tahun 2010 - 2014 Tabel 5.17 Indikator Kinerja Sasaran 2 No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi 2014 Realisasi 2013 Capaian 1. Persentase pemenuhan kebutuhan bahan baku pupuk dan petrokimia 90 91 95 101 666.2 657.1 663.8 742.7 735.8 782.4 621.4 683.8

78.9 46.6

62.5 2010 2011 2012 2013 2014 89 94 91 Realisasi Kontrak Selisih dalam satuan bbtud 96 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pabrik Pupuk Iskandar Muda PIM, Nanggroe Aceh Darussalam Saat ini kebutuhan gas bumi untuk satu pabrik PT PIMadalah sebesar 55 MMSCFD atau sebesar 6 kargo LNGdan sebesar 7 kargo LNG di tahun 2014. Rencana pasokan gas untuk PIM di tahun 2015 berasal dari tail gas Arun dan mulai tahun 2016 rencananya akan dipasok oleh KKKS Medco Blok A bersamaan dengan mulai onstreamnya lapangan tersebut. Pabrik Pupuk Sriwidjaja, Sumatera Selatan Saat ini kebutuhan gas bumi untuk pabrik Pusri IB, III dan IV adalah sebesar 180 MMSCFD dipasok oleh PT Pertamina EP Region Sumatera bagian Selatan sebesar 166 MMSCFD dan dari Pertagas gas bumi berasal JOBP Talisman dan Golden Spike sebesar 14 MMSCFD. Sedangkan untuk pabrik Pusri II kebutuhan gas bumi sebesar 45 MMSCFD berasal dari Medco SCS. Revitalisasi pabrik Pusri IIB mulai beroperasi pada tahun 2015 yang akan dipasok KKKS Medco SCS dari pengalihan gas Pusri II mulai tahun 2015-2022. Kekurangan pasokan gas sebesar 17 MMSCFD akan dipasok oleh Pertamina EP mulai tahun 2015-2017. Untuk revitalisasi Pusri IIIB yang rencananya mulai beroperasi pada tahun 2017, belum ada kepastian pasokan gasnya Pabrik Pupuk Kujang, Jawa Barat Kebutuhan gas bumi untuk parik Pupuk Kujang Cikampek PKC IA dan IB adalah masing-masing sebesar 57 MMSCFD dan 39 MMSCFD yang dipasok oleh PHE ONWJ dan Pertamina EP. Dalam upaya penghematan tingkat konsumsi bahan baku maupun energi serta ramah lingkungan, maka dilakukan revitalisasi pabrik pupuk yang sudah tua, yaitu mengganti pabrik PKC IA dengan PKC IC. Revitalisasi pabrik PKC IC rencananya akan mulai beroperasi pada tahun 2017. Alokasi gas bumi untuk pabrik PKC IC sebesar 85 MMSCFD, berdasarkan surat MESDM Nomor 773813MEM.M2013 tanggal 21 Oktober 2013 perihal Alokasi Gas Bumi Pabrik PKG II dan PKC IC, rencananya akan berasal dari Lapangan Jambaran, Cendana dan Tiung Biru yang dioperasikan oleh Pertamina EP Cepu dimana akan mulai beroperasi pada tahun 2017 seiring dengan onstreamnya lapangan tersebut. Pabrik Pupuk Kalimantan Timur Kebutuhan gas bumi pabrik PKT 1, 2, 3 dan 4 adalah masing-masing sebesar 80 MMSCFD, 90 MMSCFD, 45 MMSCFD dan 50 MMSCFD yang saat ini dipasok oleh KKKS Total EP Indonesie, Vico dan Chevron. Untuk mendukung program revitalisasi pabrik PKT I menjadi PKT 5, Kementerian ESDM telah mengalokasikan gas bumi untuk PKT 5 berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 3288 K15MEM2010, dimana rencananya akan mulai beroperasi pada tahun 2015 dan pasokan gasnya berasal dari KKKS Pearl Oil Sebuku sebesar 80 MMSCFD Pabrik Petrokimia Gresik II Kebutuhan gas bumi pabrik Petrokimia Gresik PKG I adalah sebesar 65 MMSCFD yang dipasok dari Kangean Energy Indonesia dan JOB P-PetrochinaEast Java Tuban. Untuk program revitalisasi pabrik PKG IIrencananya akan mulai beroperasi pada tahun 2017. Alokasi gas bumi untuk pabrik PKG II sebesar 85 MMSCFD, berdasarkan surat MESDM Nomor 773813 MEM.M2013 tanggal 21 Oktober 2013 perihal Alokasi Gas Bumi Pabrik PKG II dan PKC IC, rencananya akan berasal dari lapangan gas bumi MDA-MBH KKKS Husky- CNOOC Madura Ltd Pabrik Petrokimia Tangguh Kebutuhan gas bumi untuk proyek Petrokimia di Tangguh adalah sebesar 180 MMSCFD, dimana rencananya akan mulai beroperasi pada tahun 2019 seiring dengan mulai beroperasinya Train III Tangguh, sesuai dengan surat MESDM Nomor 811510 MEM.M2012 tanggal 23 November 2012 perihal Persetujuan Alokasi Gas Tangguh Sasaran 3. Meningkatnya pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversiikasi energi Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel 5.18 berikut:

1. Pangsa energi primer untuk pembangkit listrik

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap kebutuhan BBM yang selama 20 tahun terakhir ini semakin meningkat yaitu dengan laju pertumbuhan sekitar 5-6 pertahun, perlu diupayakan pemanfaatan energi alternatif. Upaya- upaya yang telah dilakukan untuk memanfaatkan energi alternatif adalah Pembangunan pembangkit Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA listrik dari energi baru dan terbarukan yang terdiri dari panas bumi, tenaga surya, tenaga bayu, mikrohydro dan pikohydro sebagai pengganti energi fosil untuk pembangkit tenaga listrik, setiap tahunnya dari tahun 2009 sampai tahun 2014 rata- rata menunjukkan angka kenaikan. Bauran energi primer merupakan komposisi produksi energi listrik GWh berdasarkan jenis energi primer yang digunakan pembangkit tenaga listrik. Perkembangan bauran energi primer pembangkit tenaga listrik secara nasional dari tahun ke tahun menunjukkan terjadinya penurunan penggunaan BBM dari 25 pada tahun 2009 menjadi 9,70 pada tahun 2014, selain itu upaya untuk memperbaiki bauran energi primer terlihat dengan naiknya penggunaan batubara dari 39 pada tahun 2009 menjadi 57,24 pada Tabel 5.18 Indikator Kinerja Sasaran 3

1. Pangsa energi primer untuk pembangkit listrik

No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi 2014 Realisasi 2013 Capaian 1. Pangsa energi primer pembangkit listrik 96,30 93,39 93,29 96,98 Pangsa Minyak Bumi 9,70 9,70 12,54 100 Pangsa Gas Bumi 24,30 22,02 23,56 94,44 Pangsa Batubara 56,90 57,24 51,58 98,63 Pangsa Panas Bumi 5,40 4,43 4,42 85,55 2. Pangsa energi baru terbarukan lainnya 3,70 6,61 10,52 178,65 Pangsa Tenaga Air 3,62 6,09 7,68 180,66 Pangsa Bio Diesel Bio Energi 0,08 0,52 0,15 87,50 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 BBM 39 39 37 35 36 25 22 22,95 14,97 12,54 9,70 Gas 6 5 7 7 17 25 25 21,00 23,41 23,56 22,02 Batubara 40 41 43 44 35 39 38 44,06 50,27 51,58 57,24 Hydro 12 12 10 11 9 8 12 6,80 6,39 7,73 6,09 Panas Bumi 4 4 3 3 3 3 3 5,13 4,85 4,42 4,43 Bio Diesel EBT Lainnya 0,07 0,11 0,16 0,52 98 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2014 dan naiknya penggunaan gas dari 25 pada tahun 2009 menjadi 22,02 pada tahun 2014. Batubara masih merupakan energi yang mendominasi energi mix pembangkit tenaga listrik, yaitu sebesar 57,24, disusul oleh BBM sebesar 9,70, Gas 22,02 dan energi lainnya. Walaupun porsi BBM hanya 9,70 dalam energi mix pembangkit tenaga listrik, namun memberikan dampak yang signiikan bagi besaran biaya bahan bakar dalam Biaya Pokok Penyediaan BPP tenaga listrik dan alokasi subsidi listrik yang harus disediakan oleh Pemerintah.

2. Pangsa energi baru terbarukan

Dalam rangka upaya memenuhi kebutuhan energi domestik, diversiikasi energi merupakan program prioritas, khususnya pengembangan energi baru terbarukan EBT atau energi alternatif non-BBM. Pembangkit listrik EBT terdiri dari PLTP, PLTS, PLTB, PLTMH, Pikohidro dll dimana kapasitas terpasangnya ditingkatkan terus setiap tahunnya. Pengembangan sumber-sumber energi dalam rangka diversiikasi energi meningkat setiap tahun. Dalam tahun 2014 ini, pangsa energi baru terbarukan mencapai 6,61 dari keseluruhan pangsa energi nasional, yang terdiri dari energi air 6,09 dan bio diesel 0,52 . Pada tahun 2014 pemanfaatan energi baru terbarukan yang terdiri dari Panas Bumi, tenaga air, Biomassa, Surya Matahari, Hybrid, serta arus laut telah digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik dan menunjukkan kemajuan yang cukup signiikan. Secara rinci penggunaan energi baru terbarukan sebagai pembangkit tenga listrik, diuraikan sebagai berikut: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PLTP Target Kapasitas Terpasang total PLTP tahun 2014 adalah sebesar 1.405,5 MW, dan realisasi sebesar 1.403,5 MW atau capaian 99,9. Tambahan kapasitas terpasang diperoleh dari PLTP Ulumbu 2 x 2,5 MW dan PLTP Patuha 55 MW. Capaian lebih rendah dari target disebabkan belum beroperasinya PLTP Cibuni 2 MW di Provinsi Jawa Barat. Tabel 5. 19 Perbandingan Realisasi Kapasitas Terpasang PLTPTahun 2010 s.d 2014 No Area Kapasitas Terpasang MW 2010 2011 2012 2013 2014 1. Kamojang 200 200 200 200 200 2. Lahendong 60 80 80 80 80 3. Sibayak 12 12 12 12 12 4. Gunung.Salak 375 377 377 377 12 5. Darajat 255 270 270 270 270 6. Wayang Windu 227 227 227 227 227 7. Dieng 60 60 60 60 60 8. Ulubelu 110 110 110 9. Ulumbu 5 5 10 10. Mataloko 2,5 2,5 11. Patuha 55 TOTAL 1.189 1.226 1.341 1.343,5 1.403,5 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Tabel 5.20 Kapasitas Terpasang PLT Biomassa Tahun 2014 Pembangkit Listrik Tenaga PLT Biomasa Target Kapasitas terpasang total PLT Biomassa sebesar 56 MW, dan realisasi sebesar 33,6 MW atau capaian 60 . Realisasi diperoleh dariPT Growth Stell Group 10 MW, PT Harkat Sejahtera 10 MW PT Austindo ANE 1,2 MW , Tanjung Batu 0,4 MW, REA Kaltim 7 MW, PLN Gorontalo 0,5 MW, PTPN X 2 MW telah tersambung ke jaringan PLN; PTPN 2 2 MW konstruksi telah selesai dan komisioning tahun 2015; Sukawinatan 0,5 MW konstruksi telah selesai dan komisioning tahun 2015. Telah dikeluarkan revisi harga FiT biomasa dan biogas. Pada tahun 2014, calon pengembang menantikan feed-in tarif yang baru untuk mengembangkan PLT Biomasa, sehingga diperkirakan peningkatan konstruksi terjadi pada tahun 2016. Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri ESDM No.4 Tahun 2012 pada bulan Februari 2012, investasi swasta untuk penyediaan listrik berbasis biomassa dan biogas on grid masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah terdepresiasinya nilai rupiah terhadap dolar dan meningkatnya harga biomassa. Selain itu penyediaan energi listrik dari PLTBg dan PLTBm didominasi dengan skema penjualan kelebihan tenaga listrik excess power dan bukan merupakan pembangunan pembangkit listrik baru yang dedicated untuk penyediaan energi listrik Independent Power Producer-IPP ke jaringan PLN. Pada bulan Oktober 2014, diterbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas oleh PT PLN Persero. Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 Tahun 2014 merupakan revisi dari Permen sebelumnya yaitu Permen 4 Tahun 2012, sebagai bentuk insentif untuk mendorong minat investor dalam pengembangan pembangkit listrik berbasis biomassa dan biogas. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro PLTMH Target kapasitas terpasang total PLTMH NO NAMA PERUSAHAAN LOKASI JENIS BIOMASA KAPASITAS PEMBANGKIT MW 1 PT Austindo ANE Belitung POME 1,2 2 Tanjung Batu Riau Palm Shell 0,4 3 PT Harkat Sejahtera Simalungun limbah sawit 10 4 PT Growth Stell Group Jambi limbah sawit 10 5 PTPN 2 Langkat POME 1 6 PTPN 2 Deli Serdang POME 1 7 TPA Sukawinatan Palembang Sampah kota 0,5 8 REA Kaltim Kutai Kartanegara POME 7 9 PLN Gorontalu Hulubala limbah sawit 0,5 10 PTPN X Sidoarjo Limbah tebu 2 Total 33,6 100 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebesar 1.350 kW, realisasi 651 kW atau capaian 48. Realisasi yang dicapai di bawah target karena dari hasil veriikasi perlu waktu untuk menyempurnakan desain yang mengakibatkan tidak cukup waktu untuk dilaksanakan di tahun 2014. Tahun 2011 kapasitas total PLTMH terealisasi sebesar 216 kW hal ini didapat dari pembangunan PLTMH di 8 provinsi yaitu Sumatera Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, NTT, NTB. Sedangkan tahun 2012 tidak ada pembangunan PLTMH. Tahun 2013 terealisasi sebesar 1301 kW yang dibangun di 12 lokasi yaitu Propinsi Sumatera Barat, Riau, Gorontalo, Sumatera Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat,Sulawesi Barat, Sulawesi Barat, Papua Barat, Papua Barat, Papua. Sedangkan untuk tahun 2014 ini terealisasi sebesar 651 kW yang dibangun di 14 lokasi yaitu propinsi Sumatera Barat, Jambi, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Maluku, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Sumatera Selatan, Papua dan Sumatera Utara Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS Target Kapasitas terpasang total PLTS sebesar 2.800 kW dengan realisasi sebesar 2.650 kW atau capaian 95.Realisasi tersebut tercapai dari pelaksanaan pembangunan PLTS di 97 lokasi. Sasaran 4. Meningkatnya pembangunan infrastruktur energi dan mineral Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 5 indikator kinerja sasaran berikut: Tabel 5.21 Perbandingan Kapasitas Terpasang PLTMH Tahun 2010 s.d 2014 Tabel 5.22 Perbandingan Kapasitas Terpasang PLTS Tahun 2010 s.d 2014 Tabel 5.23 Indikator Sasaran 4 Uraian 2011 2012 2013 2014 Kapasitas Terpasang kW 204.02 1.301 651 Uraian 2011 2012 2013 2014 Kapasitas Terpasang kW - 4.755 5.275 2.650 No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi 2014 Realisasi 2013 Capaian 1. Jumlah wilayah yang teraliri jaringan gas untuk rumah tangga Wilayah Wilayah 5 5 4 100 2. Rasio elektrifikasi 81,51 84,12 80,51 103,2 3. Jumlah Kapasitas pembangkit listrik MW 48.635 48.274,6 46.570,0 99,26 4. Jumlah Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi PLTP MW 1.405,5 1.403,5 1.344 99,86 5. Jumlah lokasi fasilitas pembangkit Energi Baru Terbarukan EBT Lokasi 143 124 165 86,71 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Tabel 5.28 Road Map Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga

1. Jumlah wilayah yang teraliri jaringan gas untuk

rumah tangga Wilayah. Pada tahun 2014, pembangunan Jargas dilaksanakan di Kabupaten Bekasi, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Sidoardjo, dan Kota Semarang. Per 31 Desember 2014, kegiatan konstruksi di Kota Lhokseumawe, Kota Semarang, dan Kabupaten Sidoardjo telah mencapai 100. Sedangkan, pembangunan di Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bulungan dan pipa transmisi Kota Semarang belum terbangun 100 . Jaringan yang telah terbangun tersebut sudah siap dialiri, menunggu penyelesaian dokumen administrasi dan komersial termasuk penetapan pengelola pengoperasian jaringan distribusi gas bumi yang dibangun Pemerintah dan Perjanjian Jual Beli Gas PJBG serta Perjanjian Transportasi Gas. Jaringan yang telah dibangun tetap menjadi tanggung jawab kontraktor sampai masa jaminan pemeliharaan selama 1 tahun. Keterlambatan pembangunan Jargas di Kabupaten Bulungan disebabkan oleh rintangan- rintangan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, yaitu permasalahan teknis letak Kabupaten Bulungan yang jauh dari Pulau Jawa. Tidak dapat dipungkiri, bahwa hampir semua material untuk pembangunan Jargas berasal dari Pulau Jawa. Ditambah faktor cuaca yang memperumit pengiriman barang. Untuk pembangunan di Kabupaten Bekasi yang belum selesai 100 pada akhir Desember 2014, penyebab utamanya adalah perizinan dari Pemda Bekasi yang lama didapatkan. Sedangkan untuk pembangunan pipa transmisi Kota Semarang, terkendala dari perizinan perlintasan rel kereta api dari Ditjen Perkeretaapian Kemenhub dan PT KAI Persero. Sebelum perizinan selesai dilakukan, Ditjen Migas tidak dapat melakukan pekerjaan tersebut. Kontraktor pelaksana akan terus bertanggung jawab sampai pembangunan selesai. Pembangunan isik Jargas meliputi pembangunan Metering Regulation Station MRS bila dibutuhkan, Regulation Sector RS yang dapat 102 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah memenuhi maksimal 400 Sambungan Rumah, jaringan pipa yang panjang dan susunan diameter yang bervariasi Carbon Steel CS Ø 4 inch, pipa Poly Ethylene PE berukuran Ø 180 mm, Ø 90 mm, Ø 63 mm, Ø 32 mm, dan Ø 20 mm, serta meter dan regulator pada setiap sambungan rumah. Kegiatan lain selain dalam ruang lingkup Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi untuk rumah tangga ialah Front End Engineering DesignDesign Engineering for Detail Construction FEEDDEDC dan Penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Upaya Pemantauan Lingkungan UKLUPL untuk Kabupaten Pekanbaru, Kabupaten Bojonegoro, Kota Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, Kota Balikpapan. Tahun ini dilaksanakan pula kegiatan UKLUPL untuk Kota Lhokseumawe, bersamaan dengan dibangunnya isik jaringan. Kemudian, telah dilakukan kegiatan sosialisasi Jargas di kota-kota yang sudah dibangun Jargas dengan materi pengenalan jaringan gas bumi sampai cara penggunaan dan pemeliharaan fasilitasnya oleh masyarakat. Keseluruhan kegiatan tersebut sudah selesai 100 . Kegiatan Penyusunan Dokumen UKLUPL dilakukan sampai proses penerbitan izin lingkungan. Izin lingkungan untuk kota-kota tersebut sampai saat ini masih dalam proses.

2. Rasio elektriikasi

Rasio elektriikasi tahun 2014 ditargetkan sebesar 81,51, dan sampai akhir 2014 terealisasi sebesar 84,12 atau melebihi target sebesar 103,2 . Rasio elektriikasi tahun 2014 tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,04 dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar 80,50. Untuk mengukur tingkat ketersediaan tenaga listrik bagi masyarakat terutama akses rumah tangga terhadap tenaga listrik adalah dengan menggunakan rasio elektriikasi. Rasio elektriikasi didapatkan dengan cara membandingan antara jumlah rumah tangga yang sudah menikmati tenaga listrik baik melaui sambungan PLN Gambar 5.22 Pembangunan Jaringan Gas Bumi utnuk Rumah Tangga Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA maupun listrik dari sumber yang lain non PLN dengan jumlah rumah tangga keseluruhan pada suatu daerah. Pada Tahun 2012 dan 2013 rasio elektriikasi Indonesia sudah mencapai 76,5 dan 80,5. Pada Tahun 2014 dengan penambahan jumlah rumah tangga berlistrik sekitar 2,8 juta rumah tangga, rasio eletriikasi meningkat menjadi 84,12 yang artinya terjadi peningkatan rasio elektriikasi hampir 4. Tambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik pada tahun 2014yaitu sekitar 1.471 MW, di mana tambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik tersebut dapat diperoleh dari pelaksanaan Program Percepatan Tahap I dan Program Reguler PLN dan Independent Power Producer-IPP. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian kemajuan proyek-proyek seperti : • Pelaksanaan Program Percepatan Tahap I sudah mencapai 74,4 untuk status akhir tahun 2014. • Pemanfaatan energi baru dan terbarukan melalui pelaksanaan Program Percepatan Tahap II dalam Fast Track Program FTP 10.000 MW Tahap I dan dan Tahap II. Tabel 5.24 Pembangunan Jaringan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga Tahun 2014 No Pembangunan Jaringan Gas Bumi Sambungan Rumah SR Kelurahan 1 Pembangunan Jaringan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga di Kab. Bekasi 3.949 Desa Pasirsari, Desa Jayamukti, Desa Mekarmukti, Desa Sertajaya 2 Pembangunan Jaringan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga di Lhokseumawe 3.997 Gampong Blang Panyang, Gampong Meuria Paloh, Gampong Blang Pulo, Gampong Batu Paht Timur, Gampong Padang Sakti, Gampong Blang Naleung Mameh, Gampong Batu Paht 3 Pembangunan Jaringan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga di Bulungan P. Bunyu 3.300 Desa Bunyu Selatan, Desa Bunyu Timur, Desa Bunyu Barat 4 Pembangunan Jaringan Gas Bumi untuk Rumah Tangga di Semarang a. Pembangunan Jaringan Transmisi - b. Pembangunan Jaringan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga di Semarang 4.000 Kelurahan Bugangan, Kel Rejosari, Kel Karang tempel, Kel Mlati Harjo 5 Pembangunan Jaringan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga di Sidoarjo Lanjutan 1.703 3 Desa Desa Kalidawir, Desa Putat dan Desa Kedungbanteng Kegiatan lain selain dalam ruang lingkup Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi untuk rumah 104 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah • Pengembangan PLTU Batubara di lokasi mulut tambang.

3. Jumlah Kapasitas Pembangkit listrik

DTarget Kapasitas Terpasang total PLTP tahun 2014 adalah sebesar 1.405,5 MW, dan realisasi sampai Triwulan IV sebesar 1.403,5 MW atau capaian 99,9. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar 1.346 MW, terdapat kenaikan sebesar 4,27. Tambahan kapasitas terpasang diperoleh dari PLTP Ulumbu 2 x 2,5 MW dan PLTP Patuha 55 MW. Capaian lebih rendah dari target disebabkan belum beroperasinya PLTP Cibuni 2 MW di Provinsi Jawa Barat.

4. Jumlah Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga

Panasbumi PLTP Target Kapasitas Terpasang total PLTP tahun 2014 adalah sebesar 1.346 MW, dan realisasi sebesar 1.343,5 MW atau capaian 99,8. Realisasi belum tercapai karena PLTP Ulumbu jadwal konstruksi mundur dari 2013 ke 2014, sedangkan realisasi kapasitas terpasang diperoleh dari tambahan PLTP Mataloko sebesar 2,5 MW. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM Jero Wacik meresmikan pengembangan pembangkit listrik Tabel 5.12 Realisasi Rasio Elektriikasi dan RT Berlistrik Tahun 2010 - 2014 Gambar 5.23 Rasio Elektriikasi Tahun 2014 Sasaran Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 Rasio Elektrifikasi 67.2 72.9 76.5 80.5 84.12 Penambahan Rumah Tangga Berlistrik 1.745.698 5.597.620 2.935.895 3.458.997 2.852.807 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA tenaga panas bumi PLTP unit V, Kamojang dengan kapasitas 1x30 Megawatt MW. Selain itu juga meresmikan pengembangan Lapangan Panas Bumi Lahendong untuk suplai uap ke PLTP Unit IV Lahendong. Keduanya dioperasikan oleh PT. Pertamina Persero melalui anak perusahaannya yaitu PT Pertamina Geothermal Energy PGE.

5. Jumlah lokasi fasilitas Energi Baru Terbarukan

EBT Pada tahun 2014 ini, jumlah lokasi fasilitas EBT yang ditargetkan adalah sebanyak 143 lokasi dan terealiasi sebanyak 124 lokasi, atau besarnya capaian knerja adalah sebesar 86,71. Secara rinci lokasi fasilitas EBT yang dapat direalisasikan Tabel 5.25 Kapasitas Terpasang Pembangkit Tenaga Listrik PLN dan IPP Per-Pulau No. PULAU 2011 MW 2012 MW 2013 MW 2014 MW 1 Sumatera 6.652,3 6.889,3 7.319,0 8.248,5 2 Jawa-Bali 27.127,0 31.597,7 33.657,0 34.086,2 3 Kalimantan 1.703,4 1.723,3 2.068,4 2.264,4 4 Sulawesi 1.688,9 2.281,6 2.357,4 2.457,4 5 Nusa Tenggara 478,5 527,0 579,6 627,0 6 Maluku 284,6 268,7 295,1 295,1 7 Papua 246,6 237,0 293,5 296,0 NASIONAL 38.181,2 43.524,6 46.570,0 48.274,6 Hal ini dapat dilihat dari pencapaian kemajuan proyek-proyek seperti : • • • • • • 106 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tabel 5.26 – Perbandingan Realisasi Kapasitas Terpasang PLTP Tabel 5.27 – Jumlah Lokasi Fasilitas EBT No Area Kapasitas Terpasang MW 2010 2011 2012 2013 2014 1. Kamojang 200 200 200 200 200 2. Lahendong 60 80 80 80 80 3. Sibayak 12 12 12 12 12 4. Gunung.Salak 375 377 377 377 12 5. Darajat 255 270 270 270 270 6. Wayang Windu 227 227 227 227 227 7. Dieng 60 60 60 60 60 8. Ulubelu 110 110 110 9. Ulumbu 5 5 10 10. Mataloko 2,5 2,5 11. Patuha 55 TOTAL 1.189 1.226 1.341 1.343,5 1.403,5 No Indikator Satuan Target Realisasi Capaian 1 Jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang Panas Bumi lokasi 3 2 67 2 Jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang Digester Biogas lokasi 20 21 105 3 Jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang PLTMH lokasi 18 14 78 4 Jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang PLTS Terpusat lokasi 102 87 85 Jumlah Lokasi Fasilitas Lokasi 143 124 86 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA adalah sebagai berikut. • Jumlah lokasi fasilitas produksi panas bumi Target lokasi pembangunan infrastruktur bidang Panas Bumi pada tahun ini ditetapkan 3 lokasi. Yaitu PLTP Ulumbu 2 X 2,5MW, PLTP Patuha 1 X 55MW dan PLTP Cibuni 2 MW. Pada tahun 2012adanya penambahan 2 lokasi yaitu di PLTP Ulubelu dan Ulumbu, sedangkan pada tahun 2011 ada penambahan 2 lokasi fasilitas produksi Panas Bumi yaitu Penambahan PLTP Lahendong Unit 420 MW dan penambahan PLTP Ulumbu 100 KW. Untuk tahun 2013 realisasi 1 lokasi; yaituPembangunan Infrastruktur PLTP Mataloko Kapasitas 1x2,5 MWPada tahun 2014 terealisasi 2 lokasi pembangunan infrastruktur dengan capaian sebesar 67. Lokasi pembangunan infrastruktur tersebut yaitu PLTP Ulumbu 2 x 2,5 MW yang telah COD pada tanggal 9 September 2014 dan PLTP Patuha 1 X 55 MW yang telah COD pada 23 September 2014. Kedua pembangkit tersebut telah berproduksi dan telah turut serta dalam memenuhi target produksi uap Tahun 2014. Sedangkan 1 lokasi yang tidak terealisasi pada Tahun 2014 yaitu pembangunan PLTP Cibuni 2 MW di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan PLTP tersebut terkendala pembebasan lahaan milik perkebunan PTPN yang memerlukan proses negosiasi panjang sehingga konstruksi pembangkit tidak dapat segera dimulai. • Jumlah lokasi fasilitas Pembangunan Infrastruktur Bidang Digester Biogas Target lokasi pembangunan infrastruktur bidang bioenergi yang telah ditetapkan adalah sejumlah 20 lokasi dengan realisasi sebanyak 21 lokasi atau capaian 105. Lokasi Pembangunan dari APBN Ditjen EBTKE Biogas di 9 Lokasi yakni Kabupaten Sijunjung, Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi, Merangin, Boyolali, Wonogiri, Gunung Kidul, Kulon Progo dan Pesawaran; POME di 2 lokasi Deli Serdang, Kwala Sawit dan 1 lokasi PLTSa di TPA Sukawinatan Palembang. Biogas program BIRU di 9 lokasi yakni Provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan pembangunan biogas dengan sumber dana dari DAK 2013 tersebar di 55 lokasi. Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2011, jumlah lokasi fasilitas produksi Biogas adalah 17 lokasi. Pembangunan oleh DJEBTKE di 9 lokasi yakni Provinsi Lampung, Jawa Barat 2 lokasi, Jogjakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Barat. Sedangkan, Biogas BIRU Hivos di 8 lokasi yakni Provinsi Jawa Barat, Tabel 5.28 Perbandingan Pembangunan Infrastruktur Bidang Panas Bumi Tahun 2010 s.d 2014 Tabel 5.29 Perbandingan pembangunan infrastruktur bidang Digester Biogas dari tahun 2010 - 2014 • Uraian Satuan Realisasi 2010 2011 2012 2013 2014 Pembangunan infrastruktur bidang Panas Bumi Lokasi - 2 2 1 2 • • • Uraian Satuan Realisasi 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah lokasi pembangunan infrastrukturbidang bioenergi Lokasi - 17 10 32 21 108 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Jawa tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan untuk tahun 2012 yaitu 10 lokasi: Provinsi Sumatera Utara, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, NTT. Tahun 2013 realisasi 32 lokasi, 15 lokasi biaya APBN Ditjen EBTKE dan 17 lokasi dari biaya DAK 2013. Tahun 2014 realisasi 21 lokasi 12 lokasi biaya APBN Ditjen EBTKE dan biogas program BIRU di 9 lokasi.Sedangkan 55 lokasi dari biaya DAK. Pada tahun 2014, infrastruktur bidang bioenergi yang dibangun adalah unit digester biogas, PLT POME dan PLT Sampah Kota. Digester adalah Tabel 5.30 Pembangunan Infrastruktur Bidang Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro PLTMH Tabel 5.31 Perbandingan Lokasi Pembangunan Infrastruktur Bidang PLTMH Tahun 2010 – 2014 No Propinsi Kabupaten Kecamatan Desa Unit Kap kW 1 Sumatera Barat Solok Hiliran Gumanti Sariak Alahan Tigo 1 13 2 Sumatera Barat Kepulauan Mentawai Sikakap Matobe 1 34 3 Sumatera Selatan Muara Enim Semendo Darat Laut Air Sawat 1 30 4 Jambi Sarolangun Batang Asai Simpang Narso 1 18 5 Kalimantan Lamandau Belantikan Benuatan 1 16 Tengah Raya 6 Kalimantan Barat Landak Air Besar Tenguwe 1 50 7 Sulawesi Selatan Luwu utara Sukamaju Lampuawa 1 64 8 Sulawesi Tenggara Konawe Utara Oheo Tadoloiyo 1 16 9 Gorontalo Gorontalo Tolangohula Polohungo 1 35 10 Nusa Tenggara Barat Sumbawa Batulanteh Tangkampulit 1 300 11 Maluku Seram bagian Barat Waysala Tahalupu 1 30 12 Papua Barat Manokwari Minyambow Mokwam 1 54 13 Papua Jayapura Ravenirara Ormu Necheibe 1 23 14 Sumatera Utara Tapanuli Selatan Saipar Dolok Hole Sigiring-Giring 1 32 TOTAL 14 715 • Uraian Satuan Realisasi 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang PLTMH Lokasi 8 11 18 • Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Tabel 5.32 Perbandingan Lokasi Pembangunan Infrastruktur Bidang PLTS Tahun 2010 – 2014 Gambar 5.24 PLTS Terpusat Karang Asam Bali suatu alat pengolah bahan buangan limbah organik menjadi biogas. Kegunaan digester biogas antara lain sebagai energi untuk memask, mengurangi masalah sanitasi lingkungan dan lain-lain. Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan baker khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak. Dalam skala besar, biogas dapatdigunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakansebagai pupuk organik pada tanamanbudidaya pertanian.Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya slurrymerupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkanoleh tanaman. • Jumlah lokasi fasilitas PLTMH Pada tahun 2014 target lokasi pembangunan infrastruktur bidang PLTMH sebanyak 18 lokasi dan realisasi 14 lokasi, atau capaian 78. Tidak tercapai target karena dari hasil veriikasi perlu waktu untuk menyempurnakan desain yang mengakibatkan tidak cukup waktu pelaksanaan tahun 2014. • Jumlah lokasi fasilitas PLT Surya Target lokasi pembangunan infrastruktur bidang PLTS terpusat ditetapkan 102 lokasi dan realisasi sebesar 97 lokasi atau capaian 85. Tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2011 realisasi pembangunan infrastruktur bidang PLTS terpusat tidak terjadi pembangunan. Tahun 2012 hanya terbangun 120 lokasi yang direncanakan dibangun 195 lokasi, halini disebabkan gagal lelang dibeberapa lokasi. Tahun 2013 direncanakan dibangun 93 lokasi, terbangunan 121 lokasi melebihi target yang ditentukan sebesar 93 lokasi. Dari 121 lokasi yang terpasang pada tahun ini 2013, diperoleh kapasitas terpasang sebesar 5.275 kW. Sedangkan Tahun 2014 hanya terbangun 97 lokasi yang direncanakan dibangun 102 lokasi, realisasi tidak mencapai target, karena untuk lokasi di NTT, Kalteng dan Papua dalam proses pelelangan terjadi gagal lelang, selanjutnya tidak dapat dilelang ulang karena waktu tidak mencukupi yang mengakibatkan tidak cukup waktu untuk direalisasikan di tahun 2014. Sasaran 5. Peningkatan eisiensi pemakaian dan pengolahan energi Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut: • Uraian Satuan Realisasi 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang PLTS Lokasi 120 121 97 unan. ang kan 013 nan 121 ar 93 n ini 5.275 gun 97 asi, okasi ngan elang 110 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

1. Intensitas Energi

ITarget penurunan intensitas energi sebesar 5,05 juta SBMMilyar Rp, dan realisasi sebesar 5,07 SBMMilyar Rp atau capaian 227,7. Penyediaan energi primer sebesar 1.328,5 juta SBM dan GDP tahun dasar 2000 sebesar 2.770,3 Triliun Rupiah . Intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi per Produksi Domestik Bruto PDB. Semakin rendah angka intensitas, maka semakin eisien penggunaan energi di sebuah negara. Elastisitas energi adalah perbandingan antara laju pertumbuhan konsumsi energi dengan laju pertumbuhan ekonomi. Semakin kecil angka elastisitas, maka semakin eisien penggunaan energi di suatu negara. Dalam penerapan program kegiatan konservasi energi maka perlu dihitung tingkat keberhasilan penghematan energi yang dapat dilakukan. Keberhasilan penghematan energi secara nasional diukur berdasarkan intensitas energi. Intensitas energi adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk mendapatkan satu satuan PDB produk domestik bruto atau setara barel minyak per miliar rupiah SBMMiliar Rupiah. Intensitas energi merupakan indikator keberhasilan penerapan konservasi energi atau seberapa besar energi yang dapat dihemat untuk menghasilkan produk yang sama. Intensitas energi dapat dihitung dengan menggunakan data realisasi penggunaan energi inal dan energi primer. Intensitas energi primer untuk menggambarkan intensitas seluruh rangkaian proses energi mulai dari sisi penyediaan supply side sampai energi inal, sedang intensitas energi inal untuk menggambarkan intensitas pemanfaatan energi pada sisi pengguna energi demand side. Gambar graik dibawah ini menunjukkan indikator eisiensi energi nasional yang diukur berdasarkan energi primer dan energi inal selama 10 tahun terakhir menggambarkan bahwa rasio eisiensi keseluruhan energi primer menjadi energi inal hanya mencapai rerata 63 per tahun.

2. Penurunan emisi CO2

PTarget penurunan Emisi Karbon Sub Sektor Energi adalah sebesar 9,8 juta ton dan realisasi sebesar 28,06 juta Ton atau capaian 224,3. Realisasi tersebut tercapai dari kegiatan yang terlaksana yaitu: 1. Penerapan program kemitraan konservasi energi; 2. Mandatori manajemen energi dan eisiensi energi pada peralatan rumah tangga; 3. Penyediaan dan Pengelolaan energi baru Terbarukan dan Konservasi Energi PLTBiomass DME; 4. Pemanfaatan Biogas; 5. Penggunaan Gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan; 6. Peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa; 7. Reklamasi lahan pasca tambang. Penurunan intensitas ini didukung oleh berbagai kegiatan yang dilakukan oleh DirektoratKonservasi Energi secara berkelanjutan melalui program- program yang setiap tahun secaraterus menerus dikembangkan dalam mendorong untuk melakukan eisiensi energi, antara lain: 1. Peningkatan Kesadaran Publik h. Melaksanakan seminarworkshop, No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi 2014 Realisasi 2013 Capaian

1. Intensitas Energi

5,05 11,5 1,55 227,7 2. Jumlah Penurunan emisi CO 2 Juta Ton 9,8 28,06 9,57 224,3 Tabel 5.33 Indikator Kinerja Sasaran 5 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA penayangan iklan tentang penghematan energi di koran dan media elektronik, brosur, buletin dll. i. Melaksanakan Lomba Hemat Energi tingkat nasional dan berpartisipasi pada ASEAN Energy Award for building and energy management. j. Menyusun Energy Eiciency Guidelines untuk bangunan gedung k. Melaksanakan lomba hemat energi untuk gedung komersial, gedung Pemerintah dan gedung BUMN, serta lomba home and school energy champion. 2. Program Kemitraan Konservasi Energi dan Manajemen Energi a. Memberikan audit energi gratis bagi bangunan gedung dan industri. b. Selama tahun 2003 - 2014, telah dilaksanakan audit energi bagi 1274industri danbangunan yang terdiri dari 805 industri dan 469 bangunan. c. Pada tahun 2014, 120 bangunan gedung dan 180 industri telah diaudit. d. Menyusun Revisi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia SKKNI Manajer Energi. e. Menyediakan Sistem Pelaporan Manajemen Energi Melalui Pelaporan Berbasis Web-system. f. Implementasi SNI: ISO 50001 tentang Sistem Manajemen Energi pada industri tekstil, garmen, makanan minuman, kertas dan indutri kimia dengan melakukan kegiatan: • Sosialisasi kepada top level mangement industri. • Training ISO 50001. • Mendidik 23 Calon Tenaga Ahli Nasional Sistem Manajemen Energi ISO 50001 dan telah selesai mengikuti rangkaian pelatihan. • Melakukan pendampingan terhadap 11 Pilot oleh para calon tenaga ahli nasional. g. Rekapitulasi hasil program kemitraan audit energi, penghematan energi umumnyadidapat dengan melaksanakan rekomendasi hasil audit energi tanpa investasi no costdan investasi rendah low cost. Peluang penghematan energi yang lebih besar dapatdicapai jika rekomendasi hasil audit energi investasi menengah medium cost daninvestasi tinggi high Gambar 5.25 Graik Intensitas Energi Primer EP dan Energi Final EF Catatan: - Tidak termasuk biomass and non-energy - Data 2013 sementara statur December 2014 112 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah cost juga diimplementasikan. Beberapa rekomendasi belumdiimplementasikan karena terbatasnya pembiayaan. 3. Pengembangan Sumber Daya Manusia a. Pengembangan Standar Kompetensi bagi manajer dan auditor energi b. Mempersiapkan Lembaga Sertiikasi oleh HAKE Himpunan Ahli Konservasi Energi c. Melaksanakan Sertiikasi Manajer Energi: 96 orang d. Melaksanakan Sertiikasi Auditor Energi: 52 orang e. Menciptakan 23 orang Tenaga Ahli Nasional Sistem Manajemen EnergiISO 50001 4. Standar dan Label a. Labeling menyediakan informasi bagi konsumen mengenai level eisiensi peralatan listrik rumah tangga. “Makin banyak bintang, makin hemat”maksimum 4 bintang b. Untuk mendorong perusahan manufaktur meningkatkan kualitas produk khususnya dalamhal energi eisiensi c. Label energi eisiensi energi yang sudah dilakukan yaitu untuk Lampu CFL adalah sebagai pioneer labelisasi peralatan listrik rumah tangga. Sampai saat ini sebanyak 11 dari tahun 2012-2014 manufaktur telah mencantumkan label pada produk lampu CFL 5. Melaksanakan bimbingan teknis tentang langkah-langkah penhematan energi dan airkepada aparat Pemerintah Daerah dan industri. 6. Menjajagi pendanaan untuk proyek energi eisiensi seperti dana bergulir 7. Pilot Project Eisiensi Energi pada Penerangan Jalan Umum PJU: Pengembangan standar sistem penerangan jalan PJU, Pengenalan dan penggunaan teknologi eisiensi lampu hemat energi pada penerangan jalan umum PJU, Pengembangan guidelinesuntuk implementasi teknologi eisiensi energi ppada penerangan jalan umum PJU. 8. Pengembangan Clearing house, sebagai upaya memberikan informasi penghematan energi kepada masyarakat, pengelolaan Pusat Informasi tentang Konservasi Energi danEisiensi Energi terus menerus dikembangkan. Sektor energi secara global di kategorikan sebagai sektor yang berkontribusi sangat signiikan dalam penumpukan GRK di atmosfer. Banyak negara menyadari bahwa diperlukan perubahan pengelolaan sistem energi agar dapat mengurangi emisi CO2 dari penggunaannya namun tetap dapat menjaga dan BBM, gas bumi dan batubara akan berdampak pada meningkatnya emisi gas rumah kaca. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut emisi gas rumah kacakarbon dioksidaCO2 di atmosfer akan mengalami peningkatan. Situasi ini menjadi perhatian dunia semenjak dampak dari perubahan emisi gas rumah kaca khusunya CO2 menjadi pemicu utama kenaikan temperatur bumi yang menyebabkan perubahan iklim global. Emisi gas rumah kaca dari sektor energi diperkirakan akan meningkat sekita 7 dari tahun 2006 hingga tahun 2025 sejalan dengan kenaikan konsumsi energi khususnya dari bahan bakar minyak bumi. Penggunaan energi yang bersumber pada energi baru, peningkatan eisiensi energi dan pengembangan teknologi yang bersih terutama dalam menangkal dan penyimpanan karbon akan mengurangi efek gas rumah kaca. Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA dengan kehutanan, perkebunan; lamanya pemberian izin pinjam pakai wilayah hutan; alokasi tanah adat tanah ulayat, dan belum dicapainya nilai keekonomian harga uaplistrik dalam pengembangan panas bumi. Di sub sektor ketenagalistrikan, keterbatasan kemampuan penyediaan tenaga listrik untuk memenuhi pertumbuhan beban akibat investasi untuk penambahan kapasitas terpasang relatif kecil. Penambahan kapasitas pembangkit ini diakibatkan antara lain oleh keterbatasan kemampuan pendanaan ketenagalistrikan baik dari Pemerintah, BUMN, maupun swasta dan rendahnya ketertarikan investor untuk berinvestasi. Dalam rangka mewujudkan peningkatan investasi sector ESDM, ditetapkan 1 satu sasaran sebagai berikut: Sasaran 6. Meningkatnya investasi sektor ESDM Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 1 indikator kinerja sasaran. Berikut adalah Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya: Total investasi sektor ESDM pada tahun 2014 mencapai US 33,06 miliar, realisasi investasi ini masih dibawah target yang diharapkan yaitu sebesar US 38,44 miliar atau tercapai 86 dari target; dan jika dibandingkan dengan investasi tahun 2013 sebesar US 27,82 miliar, terdapat peningkatan investasi sebesar 18,83. Tidak tercapainya target investasi tahun 2014 ini antara Tujuan II : Terwujudnya Peningkatan Investasi Sektor ESDM Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut: Peningkatan jumlah produksi ESDM tidak dapat di lepaskan dari pertumbuhan jumlah investasi. Dengan demikian jelas bahwa untuk menjamin ketersediaan energi dan sumber daya mineral secara merata dan berkesinambungan juga dibutuhkan adanya pertumbuhan jumlah investasi. Iklim investasi yang kondusif sangat penting bagi para pelaku usaha dan bagi Pemerintah sendiri, karena mayoritas investasi di sektor ESDM berasal dari pendanaan swasta. Sebagai gambaran, rencana investasi sektor ESDM tahun 2010-2014 diperkirakan sekitar Rp. 1.480 triliun. Mayoritas investasi sektor ESDM dilakukan dari Non-APBN yang terdiri dari swasta sekitar Rp. 1.016 triliun dan BUMN sekitar Rp. 384 triliun. Sedangkan porsi pendanaan Pemerintah dalam investasi tersebut hanya sekitar 5 atau Rp. 80,7 triliun. Kementerian ESDM selalu berperan dalam mendorong peningkatan aktiitas investasi di sektor ESDM. Nilai Investasi sektor ESDM sejak tahun 2005 hingga 2012 terus meningkat sekitar 67 dari US 11,9 miliar menjadi US 29,76 miliar. Belum optimalnya investasi untuk pengembangan sektor energi dan sumber daya mineral, disebabkan antara lain oleh tumpang tindih wilayah pertambangan Tabel 5.34 Indikator Kinerja Sasaran 6 Total investasi sektor ESDM pada tahun 2014 mencapai US 33,06 miliar, realisasi investasi ini masih No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi 2014 Realisasi 2013 Capaian 1 Jumlah Investasi Sektor ESDM : US Milyar 38,44 33,06 27,82 86,00 Jumlah Investasi sub sektor migas US Milyar 27,99 20,72 15,04 74,04 Jumlah Investasi bidang ketenagalistrikan US Milyar 4,66 4,30 4,31 92,27 Jumlah investasi bidang mineral batubara US Milyar 5,79 7,43 5,13 128,25 Jumlah Investasi energi baru terbarukan US Milyar 0,92 0,61 3,34 66,30 114 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah lain disebabkan karena kegiatan operasi sektor ESDM mengalami kendala seperti masalah penerapan asas cabotage dan permasalahan tata ruang pada kegiatan migas. Sementara bidang ketenagalistrikan, tidak tercapainya rencana investasi tahun 2013 disebabkan oleh terkendalanya penyelesaian Proyek 10.000 MW Tahap I dan Tahap II yang tidak sesuai jadwal akibat adanya permasalahan-permasalahan seperti terlambatnya jaminan pemerintah terhadap pendanaan, pengadaan lahan, perizinan daerah, dan kendala teknis pembangkit, dan terlambatnya penerbitan DIPA SLA Subsidiary Loan Agreement. Namun berbeda dengan jumlah investasi sub sektor Minerba yang melebihi target pada tahun 2014 dikarenakan iklim investasi kondusif dan promosi investasi melalui kegiatan kerjasama bilateral, regional maupun multilateral baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan harapan. Investasi sub sektor migas Realisasi investasi minyak dan gas bumi di tahun 2014 sebesar 20.724,67 juta USD berasal dari sektor hulu sebesar 19.375,00 juta USD nilai tersebut didapat dari expenditure KKKS Produksi dan KKKS Non Produksi. ambar 5.26 Graik Investasi Sektor ESDM Tahun 2011 - 2014 Gambar 5.27 Graik Realisasi Investasi Migas 2010 - 2014 • • • • Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Tidak tercapainya target investasi disektor hulu disebabkan oleh beberapa kendala berikut : • Terjadinya gangguan fasilitas produksi dan oftaker, seperti kendala sumur dan fasilitas produksi, unplanned shutdown. • Terjadinya kemunduruan jadwal proyek onstream, seperti full scale Banyu Urip MCL, Lapangan Bukit Tua Petronas, Lapangan Kerendan Salamander Energy Bengkanai, Lapangan Sampoerna Tiara Bumi Persada. • Terjadinya masalah dalam operasional, seperti hasil pemboran tidak sesuai target, kendala teknis operasi produksi, keterlambatan pengadaan fasilitas dan peralatan produksi dll. Di sektor hilir realisasi investasi pada tahun 2014 berasal dari investasi dibidang pengangkutan dan penyimpanan darat dan laut serta sektor-sektor niaga yang tumbuh, disamping itu juga terdapat pengembangan jaringan distribusi PGN di Semarang, Jawa Bagian Barat, Sumatera Tengah, Jawa Bagian Timur, Penyelesaian dan Pembangunan Terminal Penerima LNG dan Mini LPG, Pembangunan Pipa Kepodang – Tambak Lorok dll. Sampai dengan Desember 2014, investasi hilir migas mencapai 1,349.67 juta USD kurang dari target tahun 2014 adalah sebesar 2,036.13. Hal ini dikarenakan terdapatnya kendala penyelesaian beberapa proyek hilir migas seperti Kilang Mini LPG Kilang Sekayu, dll. Penyelesaian Permasalahan Investasi • Fasilitasi investasi FSRU ke BKPM Justiikasi teknis terkait bidang usaha Pengadaan Gas Alam dan Buatan melalui Regasiikasi LNG menjadi gas dengan menggunakan Floating Storage Regasiication Unit FSRU PT. PGN LNG Indonesia • Penyelesaian Masalah Cabotage - Evaluasi pelaksanaan Permenhub No. Pm 48 Tahun 2011 untuk kapal asing jangka waktu berlakunya berakhir sampai dengan 31 Desember 2014 - Masukan Permenhub No. Pm.10 Tahun 2014 116 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tentang Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Kapal Asing untuk Kegiatan Lain yang tidak Termasuk Kegiatan Mengangkut Penumpang danatau Barang dalam Kegiatan Angkutan Laut Dalam Negeri Ditjen Migas selama tahun 2014 melakukan berbagai upaya untuk mempromosikan investasi migas antara lain dengan cara : 1. Penerbitan Informasi Peluang Investasi Migas, dengan menerbitkan beberapa publikasi diantaranya: buku peluang invetasi dalam industri migas, lealet peluang investasi hulu, lealet peluang investasi hilir, lealet pelayanan investasi migas terpadu dan peta informasi kegiatan usaha migas di Indonesia 2. Promosi Investasi Migas, dengan menyelenggarakan kegiatan dalam bentuk seminar maupun pameran, baik di dalam maupun luar negeri melalui penyebarluasan data, informasi dan peluang usaha pada kegiatan migas di Indonesia. Seperti : Pameran promosi investasi pada acara The 38th IPA Convention Exhibition, 21 -23 Mei 2014, Jakarta Convention Center, dan Pameran Promosi Investasi pada Indonesian Oil and Gas Seminar, 2 Oktober 2014, Jumeirah, Persatuan Emirat Arab UAE 3. Peningkatan Pelayanan Investasi Migas Terpadu, dengan melakukan Pemeliharaan Sistem Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Manajemen Pelayanan Investasi Migas Terpadu Berbasis Web, Resertiikasi ISO 9001:2008 pelayanan investasi migas, Pengelolaan Sarana Pelayanan Investasi Migas Terpadu 4. Peningkatan Pengunaan Produksi Dalam Negeri, dengan: • Menetapkan Keputusan Dirjen Migas tentang Pedoman Penyusunan Buku Apresiasi Produk Dalam Negeri • Menetapkan Keputusan Dirjen Migas tentang Pedoman Veriikasi TKDN dan Kualiikasi Veriikator TKDN pada Kegiatan Usaha Hulu Migas • Menyusun Buku Apresiasi Produksi Dalam Negeri APDN sebagai acuan dalam pengadaan barang jasa dan pengendalian barang operasi pada kegiatan usaha migas • Melakukan Audit Kemampuan Produk dalam Negeri • Melakukan Audit Penggunaan Produk Dalam Negeri Investasi sub sektor ketenagalistrikan Pada tahun 2013 realisasi investasi sektor Ketenagalistrikan mencapai Rp 43,14 Triliun atau 4,31 miliar USD kurs 1 USD = Rp. 10.000, sedangkan tahun 2014 ini investasi sektor Ketenagalistrikan mencapai Rp 53,75 Triliun atau 4,30 miliar USD kurs 1 USD = Rp. 12.500. Walaupun meleset dari target yang diperkirakan yaitu Rp 58,26 Triliun atau 4,66 miliar USD kurs 1 USD = Rp. 12.500, angka ini lebih besar dibandingkan jumlah investasi pada tahun sebelumnya. Persentase realisasi investasi tahun 2014 adalah sebesar 92,27. Tidak tercapainya rencana investasi tahun 2014 disebabkan oleh terkendalanya penyelesaian Proyek 10.000 MW Tahap I dan Tahap II yang tidak sesuai jadwal. Hal ini diakibatkan adanya permasalahan-permasalahan seperti terlambatnya jaminan pemerintah terhadap pendaan, pengadaan lahan, perizinan daerah, dan kendala teknis pembangkit, dan terlambatnya penerbitan DIPA SLA. Investasi sub sektor mineral dan batubara Meskipun kondisi global yang sedang dilanda resesi ekonomi, tetapi pertumbuhan yang positif ditunjukan oleh industri pertambangan dengan tingginya tingkat kepercayaan dari investor untuk menanamkan modalnya di kegiatan usaha pertambangan di Indonesia. Hal ini tercermin dari pertumbuhan investasi bidang mineral dan batubara mencatatkan trend pertumbuhan positif selama lima tahun terakhir rata- rata pertumbuhan sebesar 24,3tahun. Target investasi yang dicanangkan tahun 2014 subsektor mineral dan batubara sebesar USD 5,126.25 juta, sampai dengan akhir Desember Tahun 2014 didapatkan bahwa nilai investasi subsektor mineral dan batubara sebesar USD 7,429.87 juta, dengan kata lain investasi subsektor mineral dan batubara mengalami peningkatan sebesar 144,93 dari target yang dicanangkan. Adapun nilai investasi yang didapatkan berasal dari rekapitulasi investasi KK, PKP2B, IUP BUMN diantaranya PT Timah, PT Bukit Asam Persero Tbk dan PT Antam, Tbk serta Ijin Usaha Jasa Pertambangan IUJP dan Surat Keterangan Terdaftar SKT. Pencapaian target investasi di Sub Sektor Mineral dan Batubara pada tahun 2014 dikarenakan iklim investasi Tabel 5.35 Realisasi Nilai Investasi Periode Tahun 2010 – 2014 • • • • • Perusahaan Realisasi 2010 2011 2012 2013 2014 KK 1.479,00 1.235,54 1.536,39 1,520.00 1.739,32 PKP2B 764,4 958,09 1082,45 625.25 875,35 IUP BUMN 38,3 232 557,49 73.89 199,77 IUJP 904,82 986,67 1088 1,717.02 4.615,43 SMELTER 1,190.10 Jumlah 3.186,52 3.412,30 4.264,33 5,126.25 7,429.87 118 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah kondusif dan promosi investasi melalui kegiatan kerjasama bilateral, regional maupun multilateral baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan harapan sehingga mendatangkan investor-investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, terlebih dengan kebijakan UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang menekankan kegiatan peningkatan nilai tambah melalui pengolahan dan pemurnian dalam negeri. Untuk meningkatkan investasi sub sektor minerba pada Tahun 2014 telah dilaksanakan berbagai cara, yaitu: a. Melakukan berbagai promosi dan melakukan kerjasama bilateral, regional dan multilateral; Kegiatan kerjasama luar negeri yang dilakukan, baik itu mulitilateral maupun bilateral antara lain:Terdapat 4 empat jenis Kerjasama Bilateral meliputi: Indonesia – Thailand Energy Forum ITEF; Indonesia – Japan Coal Policy Dialogue IJCPD; Indonesia – Norwegia Bilateral Consultation; Indonesia – Iraq Joint Working Group On Energy And Mineral Resources. Selanjutnya terdapat 3 tiga jenis Kerjasama regional meliputi: ASEAN Forum On Coal AFOC; ASEAN Senior Oicial Meeting on Minerals ASOMM ASOMM +3;Senior Oicials Meeting on energy SOME; ASEAN Ministerial On Energy Meeting AMEM; ASEAN +3 Energy Security Forum; The 5th Meeting Of Committee Of The Whole For ASEAN Economic Community APEC MTF. Serta 2 dua jenis Kerjasama Multilateral yaitu: China – ASEAN Mining Cooperation Forum Exhibition;APEC Mining Task Force MTF. b. Memberikan kepastian hukum bagi investor; Mengingat kepastian hukum adalah salah satu prasyarat investasi, maka Ditjen Minerba untuk Tahun 2014 telah menyusun regulasi berkaitan dengan pengelolaan sumber daya mineral dan batubara. Berikut daftar regulasi yang telah diterbitkan sepanjang tahun 2014 antara lain: 1. Peraturan Menteri ESDM; Permen ESDM No. 1 Tahun 2014 Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri Permen ESDM No. 7 Tahun 2014 Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara Permen ESDM No. 10 Tahun 2014 Tata Penyediaan dan Penetapan Harga Batubara Untuk Pembangkit Listrik Mulut Tambang Permen ESDM No. 11 Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Rekomendasi Tahun 2014 Pelaksanaan Penjualan Mineral Ke Luar Negeri Hasil Pengolahan dan Pemurnian Permen ESDM No. 14 Tahun 2014 Jadwal Retensi Arsip Substantif Mineral dan Batubara Kementerian ESDM 2. Peraturan Direktur Jenderal Mineral Dan Batubara; Perdirjen Nomor 698 K30DJB2014 Pedoman Persetujuan Hak Akses Dalam Penyediaan Dan Pelayanan Sistem Informasi Wilayah Pertambangan Mineral dan Batubara Perdirjen Nomor 480 K30DJB2014 Tata Cara Penetapan Harga Patokan Batubara Jenis Tertentu dan Batubara Untuk Keperluan Tertentu Perdirjen Nomor 481 K30DJB2014 Tata Cara Penetapan Surveyor Untuk Verifikasi Analisa Kualitas dan Kuantitas Penjualan Batubara Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Perdirjen Nomor 861K30DJB2014 Tata Cara Evaluasi Permohonan Rekomendasi Persetujuan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengolahan Mineral Logam Perdirjen Nomor 432 K30DJB2014 Bentuk dan Isi Laporan Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Tahun 2014 Perdirjen Nomor 714 K30DJB2014 Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Rekomendasi Eksportir Terdaftar Batubara Perdirjen Nomor 216 K30DJB2014 Tata Cara Permohonan Pertimbangan Teknis Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk Kegiatan Pertambangan Mineral dan Batubara 3. Keputusan Dirjen Mineral dan Batubara; 3. Keputusan Dirjen Mineral dan Batubara; Kepdirjen Nomor 479.K30DJB2014 Biaya Produksi Untuk Penentuan Harga Batubara Tahun 2014 Kepdirjen Nomor 215.K30DJB2014 Penetapan Standar Pelayanan Pada Jenis Pelayanan Perizinan di Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara 4. Surat Edaran Peraturan Dirjen Mineral dan Batubara. 4. Surat Edaran Peraturan Dirjen Mineral dan Batubara. Edaran Nomor 01 E30DJB2014 Persyaratan Rekomendasi Untuk Mendapatkan Pengakuan Et- Produk Pertambangan Edaran Nomor 02 E30DJB2014 Persyaratan Rekomendasi Untuk Mendapatkan Pengakuan ET-Produk Pertambangan Mineral Logam Hasil Pengolahan Edaran Nomor 04 E30DJB2014 Pembinaan dan Pengawasan Penataan Perizinan Di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Dalam Rangka Pelaksanaan Dekonsentrasi Edaran Nomor 05 Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pasca Berlakunya E37DJB2014 PP No. 1 Tahun 2014 dan Permen ESDM No. 1 Tahun 2014 Edaran Nomor 06 E36DJB2014 Pedoman Persetujuan Laporan Hasil Eksplorasi dan Studi Kelayakan Mineral dan Batubara Edaran Nomor 08 E30DJB2014 Kewajiban Peningkatan Tahap Kegiatan Bagi Pemegang Kontrak Karya dan Perpanjian Karya Pengusahaan Batubara • • • • • • • • • • • • • 120 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah c. Menerapkan pelayanan terpadu dengan sistem pelayanan satu pintu; Salah satu cita-cita reformasi adalah dengan diterapkannya good governance. Salah satu makna yang terkandung dalam tata pemerintahan yang baik good governance, sebagaimana yang tersarikan dalam penjelasan atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, adalah bahwa negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima. Oleh sebab itu, instansi pemerintah dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik, meningkatkan partisipasi aktif dalam pemberian informasi bagi masyarakat, dan juga penyelenggaraan pemerintahan yang lebih efektif. Pada dasarnya, unsur pelayanan publik meliputi transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas publik. Ketiga sumbu utama tersebut telah secara komprehensif mengatur kewajiban badanpejabat publik untuk memberikan akses informasi yang terbuka dan eisien kepada publik. Badan-badan publik diwajibkan untuk semakin transparan dalam menyampaikan informasi pelayanan publik. Dalam semangat untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara secara konsisten terus berupaya mengembangkan Ruang Pelayanan Informasi dan Investasi Terpadu RPIIT sebagai wadah pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu. Melalui Instruksi Direktur Jenderal Mineral dan Batubara nomor 01 I30DJB2014, RPIIT menyelenggarakan beberapa perizinan mineral dan batubara sebagai berikut: • Sertiikat Clean and Clear CC; • Rekomendasi Pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar ET Produk Pertambangan; • Rekomendasi Surat Persetujuan Ekspor SPE; • Pertimbangan Teknis Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan IPPKH; • Rekomendasi Penggunaan Tenaga Kerja Asing; • • • Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA • Izin Usaha Jasa Pertambangan IUJP; • Surat Keterangan Terdaftar SKT; • Izin Prinsip Pengolahan danatau Pemurnian; • Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Khusus Pengangkutan danatau Penjualan; • Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Khusus Pengolahan danatau Pemurnian; • Persetujuan Perubahan Status Perusahaan PMA menjadi PMDN atau PMDN menjadi PMA; • Persetujuan Perubahan Kepemilikan Saham Perusahaan; • Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan; • Persetujuan Perubahan Direksi dan Komisaris; Gambar 5.29 Halaman utama situs resmi Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Gambar 5.30 Tracking Perizinan Minerba 122 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah • Persetujuan Perubahan Investasi dan Sumber Pembiayaan; dan • Pemberian Angka Pengenal Impor Produsen API-P Pada sepanjang tahun 2014, RPIIT menerima dan melayani sejumlah kurang lebih 21.100 pengunjung baik itu yang berkepentingan dalam mendapatkan informasi, pencetakan peta, mengambil produk perizinan, ataupun mengajukan permohonan perizinan. Sedangkan jumlah permohonan perizinan yang lengkap dan diterima mencapai kurang lebih 3.400 permohonan dengan rata-rata 16 permohonan masuk setiap harinya. d. Memberikan data dan informasi yang benar dan akurat kepada calon investor; Berbagai kemajuan dan perkembangan yang terjadi di sektor pertambangan mineral dan batubara menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan informasi subsektor mineral dan batubara menjadi demikian pesat. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik bahwa informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang, dan informasi publik merupakan sarana dalam upaya untuk mengembangkan masyarakat informasi. Dalam rangka menunjang penyampaian infromasi kepada publik, maka Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Ditjen Minerba senantiasa terus mengembangkan konten-konten yang dihadirkan melalui situs resmi www.minerba.esdm.go.id. Publik dapat memantau perkembangan informasi subsektor mineral dan batubara seperti diantaranya proil Ditjen Minerba berita atau kegiatan yang diselenggarakan oleh Ditjen Minerba, seluruh informasi terkait dengan perizinan, dan produk hukum. Pemberian informasi kepada publik tidak hanya diberikan melalui situs resmi. Ruang Pelayanan Informasi dan Investasi Terpadu RPIIT dikembangkan salah satunya sebagai tempat publik mendapatkan informasi subsektor pertambangan mineral dan batubara. Dalam rangka mengefektifkan penyampaian informasi perizinan, Ditjen Minerba telah pula mengembangkan sistem pelacakan secara on-line e-tracking system yang dapat diakses publik pemohon perizinan dari manapun. Investasi sub sektor Energi Baru dan Terbarukan Jumlah investasi di bidang energi baru terbarukan pada tahun 2014 terealisasi sebesar US 611 juta atau dengan kata lain capaian kinerja sebesar 66,63 dibandingkan target US 917 juta. Berikut adalah jumlah investasi sub sektoe energi baru terbarukan pada tahun 2014 Tabel 5.36 Investasi Sub Sektor EBT Tahun 2014 NO KEGIATAN INVESTASI Rencana 2014 dalam Juta USD Realisasi 2014 dalam Juta USD 1 PT PGE 317,00 269,82 2 Chevron Geothermal Salak Derajat 53,40 23,77 3 Star Energi Geothermal Wayang Windu 12,00 4,87 4 Geodipa Energi Dieng Patuha 39,90 35,05 5 PLN Tulehu Ulumbu 6,45 3,30 6 SUPREME ENERGY RANTAU DEDAP 76,40 83,30 7 SUPREME ENERGY RAJABASA 46,39 10,98 8 SUPREME ENERGY MUARA LABOH 21,16 12,04 9 SARULLA 316,80 150,00 10 Medco Energi Geothermal 0,86 11 PT. Star Energy Geothermal Halmahera 0,29 12 PT. Tangkuban Perahu Geothermal Power 3,10 13 PT. Sorik Marapi Geothermal Power 13,15 14 PT. Sintesa Banten Geothermal 0,34 TOTAL 917 611 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral masih menjadi sumber penggerak utama roda perekonomian nasional. Sebagai sumber penerimaan negara, sektor ESDM tiap tahunnya memberikan kontribusi setidaknya 30 terhadap penerimaan negara. Seiring dengan optimisme dan kerja keras, meskipun produksi minyak nasional relatif menurun, realisasi penerimaan migas selalu melebihi dari target yang ditetapkan setiap tahunnya. Dengan proporsi produksi migas yang selalu jauh lebih besar dibandingkan dengan komoditi lainnya di sektor ESDM, maka realisasi total penerimaan sektor ESDM juga selalu lebih tinggi dari targetnya. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kini sumber energi baru terbarukan juga mulai menghasilkan penerimaan negara sebagai alternatif pengganti migas. Penerimaan sektor ESDM tersebut belum termasuk dividen dari BUMN di sektor ESDM, pajak dari pengusahaan sektor ESDM terdiri dari PPN, PBBKB dan PBB serta usaha pertambangan KP yang ijinnya diterbitkan oleh Bupati. Jenis-jenis penerimaan yang terangkum dalam Indikator tujuan dari penerimaan negara sektor ESDM berasal dari sub-sektor minyak dan gas, pertambangan umum, energi baru terbarukan panas bumi, jasa penelitian dan pengembangan, kegiatan di Badan Diklat dan BPH Migas. Dalam rangka mewujudkan peningkatan penerimaan negara sektor ESDM, ditetapkan 1 satu sasaran sebagai berikut Sasaran 7. Terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam penerimaan negara Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 1 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut. Pada tahun 2014, realisasi penerimaan sektor ESDM mencapai Rp 357,50 triliun. Penerimaan sektor ESDM tersebut, bila dibandingkan dengan target tahun 2014 yang sebesar Rp. 326,87 triliun, capaian kinerjanya mencapai 109,37, Tabel 5.37 Indikator Kinerja Sasaran 7 Tujuan III : Terwujudnya Peran Penting Sektor ESDM dalam Penerimaan Negara Bab V – Akuntabilitas Kinerja 136 No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi 2014 Realisasi 2013 Capaian 1 Total Penerimaan Negara Sektor ESDM Rp Triliun 326,87 357,50 335,87 109,37 • Jumlah penerimaan negara sub sektor migas Rp Triliun 286 320,25 305,60 111,98 • Jumlah penerimaan negara bukan pajak subsektor pertambangan umum mineral, batubara Rp Triliun 39,6 35,4 28,41 89,39 • Jumlah penerimaan negara dari subsector energi baru terbarukan Panas Bumi Rp Triliun 0,58 0,75 0,87 129,31 • Jumlah Penerimaan lain-lain Rp Triliun 0,69 1,11 0,99 159,42 124 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Realisasi penerimaan dari sub migas yang melampaui target antara lain disebabkan karena tingginya harga Minyak Mentah Indonesia ICP dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, serta Faktor dominan yang mempengaruhi besarnya penerimaan sektor ESDM yaitu produksi dan harga. Harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price ICP dan produksilifting minyak bumi merupakan asumsi dasar yang sangat menentukan dalam postur APBN. Realisasi penerimaan sub sektor Energi Baru Terbarukan yang juga melebihi target di sebabkan karena proyek Panas Bumi Kamojang, Darajat, dan salak dan Wayang Windu telah mencapai NOI. Sedangkan untuk realisasi penerimaan dari subsektor minerba tidak mencapai target atau hanya 89,48 disebabkan menurunnya harga jual batubara dunia dan pembatasan ekspor mineral mentah.. Besarnya penerimaan sektor ESDM tersebut belum termasuk deviden dari BUMN di lingkungan sektor ESDM, pajak-pajak dari pengusahaan sektor ESDM yang terdiri dari PPN, PBBKB dan PBB dan royalti, iuran tetap dari pemegang IUP yang ijinnya diterbitkan oleh Bupati dan sebagian masih diaudit. Penerimaan negara sub sektor migas Penerimaan Migas, terdiri dari • Pembayaran pajak penghasilan dari kontraktor migas dicatat sebagai Penerimaan PPh Migas; • Bagian pemerintah government share setelah dikurangi dengan pajak-pajak dan pungutan lainnya dicatat sebagai PNBP SDA Migas; • Total hasil penjualan minyak mentah DMO dikurangi dengan DMO Fee yang dibayar kepada kontraktor dicatat sebagai PNBP Lainnya dari kegiatan Hulu Migas. Penerimaan Migas sangat dipengaruhi oleh realisasi asumsi makro yang bersifat uncontrollable di luar kendali Pemerintah yaitu meliputi : • Lifting minyak bumi dan gas bumi; • Besaran Cost Recovery; • Harga minyak mentah Indonesia Indonesia Crude PriceICP; • Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Penerimaan negara subsektor migas dipengaruhi oleh realisasi lifting migas, harga minyak mentah Indonesia Tabel 5.38 Penerimaan Negara Sub Sektor Migas Tahun 2014 Tabel 5.39 Perkembangan penerimaan negara subsektor migas tahun 2010 – 2014: Rp.Miliar URAIAN 2014 Rp Miliar APBN APBNP APBN APBNP REALISASI TW III 2014 Penerimaan dari keg.usaha hulu migas 286.028,60 267.118,73 320.254,11 112 120 a. Penerimaan Pajak Penghasilan 76.073,63 83.889,79 87.431,07 115 104 b. Penerimaan Bukan Pajak 196.508,27 211.668,20 216.874,72 110 102 c. Penerimaan lainnya dari Minyak Bumi 13.446,70 14.375,33 15.948,33 119 111 Rp.Miliar Tahun APBN APBNP Realisasi APBN APBNP 2010 174.394,09 215.020,32 220.987,10 127 103 2011 215.335,95 249.594,60 278.389,50 129 112 2012 231.106,49 278.020,54 301.629,52 131 108 2013 257.279,25 267.118,73 305.569,85 119 114 2014 286.028,60 267.118,73 320.254,11 112 120 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA ICP dan nilai tukar rupiah kurs. Walaupun realisasi lifting migas sebesar 793 MBOPD tidak mencapai target yang ditetapkan dalam APBNP 97 dari asumsi dasar APBNP sebesar 818 MBOPD, dan harga rata- rata minyak mentah Indonesia ICP periode Desember 2013-November 2014 adalah US100,48barel 96 dari asumsi dasar APBNP sebesar US105barel namun karena terjadi perubahan kurs maka realisasi penerimaan negara menjadi 102 dari target dalam APBNP 2014. Penerimaan Negara Sub Sektor Mineral dan Batubara Sampai dengan akhir Desember 2014, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp 35,49 Triliun atau 89,48 dari target APBN 2014 maupun APBN-P 2014 untuk PNBP sebesar Rp 39,66 Triliun. Realisasi PNBP sebesar Rp. 35,49 triliun tersebut, terdiri atas iuran tetap deadrent Rp. 453,20 milyar, iuran produksi royalty Rp. 19,190 triliun dan penjualan hasil tambang Rp. 15,843 triliun. Dengan kondisi menurunnya harga jual batubara dunia dan pembatasan ekspor ore mineral, tetapi realisasi PNBP TA 2014 dapat mencapai sebesar Rp 35,49 Trilyun yang disebabkan beberapa faktor antara lain: 1. Meningkatnya kepatuhan wajib bayar sesuai Edaran Dirjen Minerba No. 4 Tahun 2013 yang mewajibkan wajib bayar untuk membayar royalti di muka sebelum komoditi tambang dikapalkan diangkut sesuai moda angkutannya, 2. Memperbanyak audit PNBP terhadap pemegang IUP, Kontrak Karya dan PKP2B 3. Meningkatkan koordinasi dengan KPK dengan kegiatan Koordinasi dan Supervisi Pengelolaan Gambar 5.31 Graik Penerimaan Negara Migas Tahun 2010 - 2014 Tabel 5.40 Realisasi PNBP Sub Sektor Minerba 2009-2014 Triwulan III Jenis PNBP Realisasi 2010 2011 2012 2013 2014 Iuran Tetap 0,16 0,3 0,38 0,818 0,435 Royalti 13,05 16,3 16,48 18,138 19,19 Penjualan Hasil Tambang 5,34 7,6 8,2 9,45 15,84 Total 18,6 24,2 25,07 28,407 35,49 126 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Minerba kepada pemerintah daerah di 31 provinsi, kecuali Provinsi DKI Jakarta dan Bali 4. Meningkatkan koordinasi dengan KPK, BPK dan BPKP dalam rangka tindak lanjut hasil audit PNBP 5. Mengoptimalkan penagihan kepada wajib bayar dengan tembusan kepada KPK dalam rangka Koordinasi dan Supervisi Pengelolaan Minerba Kegiatan Koordinasi dan Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi bersama Ditjen Mineral dan Batubara atas pengelolaan pertambangan Mineral dan Batubara khususnya di 12 Provinsi yang meliputi Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara mampu meningkatkan penerimaan negara TA 2014 dibandingkan penerimaan negara TA 2013 terutama dari pendapatan royalti dan iuran tetap sebesar 147,92 yang berasal dari pemegang IUP batubara. Sedangkan pendapatan dari kontrak karya turun sebesar 66,66 karena berkurangnya penjualan mineral akibat dari pemogokan buruh tambang, blokade dan masalah keamanan di sekitar wilayah tambang. Untuk pendapatan PKP2B secara kuantitas meningkat 105,34 dibandingkan penerimaan negara 2013. Untuk monitoring pendapatan negara dari sub sektor mineral dan batubara secara langsungonline, Ditjen Mineral dan Batubara telah berkoordinasi dengan Ditjen Anggaran untuk mengakses langsung sistem penerimaan negara online Simponi melalui sistem MOMI Minerba on Map Indonesia. Meskipun begitu, terdapat beberapa alasan untuk angka realisasi penerimaan Negara turun dari target yang ditentukan, pertama harga mineral dan batubara tahun 2014 masih mengalami tekanan dan cenderung terus menurun sejak tahun 2013, kedua, turunnya produksi mineral dikarenakan adanya pembatasan sesuai dengan Permen ESDM No.1 Tahun 2014.PNBP dari sub sektor pertambangan umum selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan PNBP selama lima tahun terakhir Periode 2010-2014 sebesar rata-rata 18,7tahun. Perlu diinformasikan di sini bahwa pencatatan pajak sub sektor pertambangan umum adalah pencatatan yang dilakukan Kementerian Keuangan, sedangkan pencatatan PNBP sub sektor mineral dan batubara adalah pencatatan yang dilakukan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, sehingga pada penetapan kinerja hanya dijelaskan mengenai realisasi PNBP sub sektor pertambangan umum. Berbagai upaya-upaya yang dilakukan selama Tahun pat angka ara ukan, dan asih dan ejak nya kan suai o.1 sub Gambar 5.32 Graik Pertumbuhan PNBP Periode 2010 - 2014 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA 2014 untuk meningkatkan optimalisasi PNBP Sumber Daya Alam Pertambangan Umum, yaitu: a. Mengintensifkan veriikasi dan penagihan kewajiban keuangan iuran tetap, royalti, dan DHPB Dana Hasil Produksi Batubara; b. Meningkatkaninventarisasi IUP terbitan Pemda KabupatenKota dan Prov. seluruh Indonesia; c. Veriikasi PNBP atas penjualan ekspor batubara dan mineral; d. Bekerjasama dengan Tim Optimalisasi Penerimaan Negara dibentuk oleh Menko Perekonomian dalam mengaudit pemenuhan kewajiban Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP; e. Menindaklanjuti temuan hasil pemeriksaan BPK- RI: • Membentuk Tim Inventarisasi IUP terbitan Pemda, Produksi, penjualan dan PNBP secara terpadu dengan BPKP, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan dan surveyor; • Sosialisasi dan koordinasi dengan Pemerintah Daerah mengenai penyetoran PNBP harus disetor ke Kas Negara, dan wajib menyampaikan SK IUP yang diterbitkan oleh Pemda ke KESDM. f. Amandemen Kontrak Karya dan PKP2B; g. Menindaklanjuti hasil kajian KPK tentang Pengelolaan Pengusahaan Batubara, yaitu membuat rencana aksi untuk memperbaiki pengelolaan PNBP; h. Penerapan PP No. 9 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif PNBP yang Berlaku di KESDM; i. Sedangkan dalam rangka pelaporan atas Transparansi dan Akuntabilitas PNBP Mineral dan Batubara, Ditjen Minerba bekerjasama EITI Indonesia dimana bagian utama dari standar ini adalah proses perbandingan antara pembayaran kepada pemerintah yang dilakukan perusahaan di sektor Minerba dengan penerimaan pemerintah. Hasil dari proses yang disebut rekonsiliasi ini menjadi sebuah laporan dan dipublikasikan ke masyarakat. Penerimaan Negara Sub Sektor Energi Baru dan Terbarukan EBT Target Jumlah PNBP dari sub sektor EBTKE adalah 579 miliar rupiah, realisasi 755,51 miliar rupiah atau capaian kinerja 130. Realisasi Melebihi target dan Realisasi sampai Tahun 2014, PNBP berasal dari proyek Panas Bumi yang telah mencapai NOI Kamojang, Darajat, dan Gunung Salak dan Wayang Windu. Penerimaan Negara Sub Sektor Lainnya penerimaan negara bukan pajak dari sub sektor lainnya yaitu dari hasil kegiatan pelayanan jasa pendidikan dan pelatihan ESDM serta dari Badan Pelaksana Hilir Migas BPH Migas yang pada tahun 2014 ini terealisasi sebesar 1,11 Triliun dari target sebesar Rp 0,69 Triliun atau tercapai sebesar 159. 128 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Peran sektor ESDM terhadap pembangunan daerah diwujudkan, antara lain melalui dana bagi hasil DBH, kegiatan pengembangan masyarakat atau community development comdev atau corporate social responsibility CSR. Selain itu terdapat program pembangunan Desa Mandiri Energi DME, dan Pemboran air tanah yang merupakan program- program pro-rakyat sehingga pembangunan daerah dapat berjalan lebih efektif. Melalui program penyediaan listrik perdesaan telah dibangun pembangkit listrik dari energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga mikro hidro PLTMH, pembangkit listrik tenaga bayu PLTB, pembangkit listrik tenaga surya PLTS serta jaringan tegangan menengah dan jaringan tegangan rendah. Penyediaan air bersih melalui pengeboran air tanah juga merupakan program strategis sektor ESDM yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat. Penyediaan air tanah di daerah sangat sulit air diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air minum dan air baku penduduk di desa tertinggal atau desa miskin. Hal ini diharapkan akan memicu rangkaian dampak positif, secara sosial, ekonomi dan pengembangan wilayah. Kegiatan penyediaan air bersih tersebut dilakukan tiap tahunnya melalui pendanaan APBN dari tahun anggaran 19951996. Sejak dimulainya program pengeboran air tanah tersebut, lebih dari satu juta jiwa telah menikmati ketersediaan air bersih ini. Tabel 5.41 – Indikator Kinerja Sasaran 8 Tujuan IV : Terwujudnya Peningkatan Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Daerah No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi 2014 Realisasi 2013 Capaian 1. Jumlah dana bagi hasil sektor ESDM Rp Triliun 34,73 53,59 57,42 154,30 • Jumlah dana bagi hasil subsektor Migas Rp Triliun 15,93 37,87 42,26 237,72 • Jumlah dana bagi hasil subsektor Mineral dan batubara Rp Triliun 18,80 15,72 15,16 83,62

2. Jumlah CSR Comdev sector ESDM

Rp Miliar 2.503,7 2.667,6 1.865,6 106,55 • Jumlah CSR subsektor Minerba Pabum Rp Miliar 1.700 2.026 1.570 119,17 • Jumlah CSR subsektor Ketenagalistrikan Rp Miliar 77 92,6 76,6 120,26 • Jumlah CSR subsektor Migas Rp Miliar 726,7 549 219 75,55

3. Jumlah jaringan distribusi listrikkms

dan gardu distribusi listrik Kms MVA 6.713,93 148,89 9.542,62 180,92 12.702,5 258,91 142,13 121,51

4. Jumlah desa mandiri energi DME

DME 50 51 55 108 5. Jumlah sumur bor daerah sulit air Titik Bor 200 199 190 99,50 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Gambar 5.33 Proses Penyetoran PNBP Sub Sektor Pertambangan Umum Desa Mandiri Energi DME merupakan program yang baru diluncurkan pada tahun 2007 dan merupakan terobosan dalam mendukung diversiikasi energi dan penyediaan energi daerah perdesaan. Program ini terdiri dari DME berbasis Bahan Bakar Nabati BBN dan non-BBN. DME berbasis BBN antara lain menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa, sawit singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi terbarukan setempat antara lain mikrohidro, angin, surya dan biomassa. Pemenuhan kebutuhan sumber energi mandiri bagi desa-desa di Nusantara terus ditingkatkan agar program ini memberikan manfaat langsung berupa kemandirian energi dan peningkatan ekonomi perdesaan melalui pemberdayaan potensi daerah. Dalam rangka mewujudkan peningkatan peran sector ESDM dalam pembangunan daerah, ditetapkan 1 satu sasaran sebagai berikut: Sasaran 8. Terwujudnya peningkatan peran sektor ESDM dalam pembangunan daerah Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 5 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:

1. Dana Bagi Hasil DBH Sektor Energi dan

Sumber Daya Mineral Dana bagi hasil DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, sebagaimana Undang-Undang Nomor 332004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. DBH sektor ESDM bersumber dari kegiatan minyak bumi, gas bumi dan pertambangan umum, serta panas bumi. DBH sektor ESDM pada tahun 2014 ini mencapai sebesar Rp. 53,59 triliun yang terdiri dari minyak bumi Rp. 21,62 triliun, gas bumi Rp. 16,25 triliun, pertambangan umum Rp. 15,72 triliun. Capaian DBH tahun ini melampaui dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp 34,37 Triliun atau 154,30. Dana Bagi Hasil sub sektor Mineral dan Batubara Capaian indikator kinerja mengenai jumlah dana bagi hasil DBH sub sektor pertambangan umum untuk terwujudnya peningkatan peran sub sektor pertambangan umum dalam pembangunan daerah sebagai sasaran strategisnya adalah capaian mengenai dana yang dialokasikan kepada daerah yang bersumber dari pendapatan APBN berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, sebagaimana Undang-Undang Nomor 332004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Proses pengusulan DBH dilakukan oleh Ditjen Minerba yang dikoordinasikan melalui Sekretariat Jenderal Setjen KESDM dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan. Sedangkan secara teknis penyetoran PNBP sub sektor pertambangan umum sehingga mendapatkan dana bagi hasil. 130 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Realisasi DBH pada tahun 2014 sebesar Rp. 15,720 Triliun,capaiannya masih dibawah target Tahun 2014 sebesar Rp 18,8 Triliun. Tetapi jika dibandingkan dengan realisasi capaian DBH Tahun 2013, naik 3,66. Jika dilihat dari trend peningkatan realisasi besaran Dana Bagi Hasil selama 5 tahun terakhir 2010-2014, mencatatkan pertumbuhan rata-rata sebesar 11,74tahun. Dapatlah disimpulkan bahwa sub sektor mineral dan batubara dalam pembangunan daerah setiap tahunnya memberikan kontribusi cukup besar. Proporsi tiap Provinsi yang mendapatkan DBH didasarkan pada pertimbangan kontribusi dari jumlah iuran tetap dan royalty.Sehingga setiap Provinsi akan mendapatkan jumlah besaran Dana Bagi Hasil yang berbeda pula. Dana bagi hasil sub sektor Minyak dan Gas Bumi Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 27 PP No.55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan yang antara lain menyatakan bahwa Menteri Teknis menetapkan daerah penghasil dan dasar penghitungan SDA paling lambat 60 hari sebelum tahun anggaran bersangkutan setelah berkonsultasi dengan Kementerian Dalam Negeri serta hasil pembahasan RAPBN 2012 di Badan Anggaran DPR-RI, maka Ditjen Migas telah melaksanakan koordinasi dengan instansi pusat terkait dalam rangka menyiapkan konsep lampiran SK MESDM tentang Penetapan daerah penghasil dan dasar penghitungan bagian daerah penghasil migas. Dalam proses penyusunan usulan penetapan daerah penghasil migas, Ditjen Migas berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Anggaran dan Direktorat Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan dan BPMIGAS terkait dengan asumsi lifting migas, ICP dan bagi hasil SDA migas, dengan Kementerian Dalam Negeri terkait isu-isu penegasan batas wilayah daerah khususnya daerah penghasil migas dan pemekaran daerah serta dengan Kontraktor KKS terkait perkiraan angka lifting migas dan justiikasi produksi. Pada tahun 2014, realisasi Dana Bagi hasil Sub Sektor Migas sebesar Rp 37,87 Triliun, dimana angka ini lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebesar Rp 15,93 Triliun sesuai target pada Renstra KESDM tahun 2010-2014 atau mencapai 237. Jka dibandingkan dengan capaian di tahun 2013, realisasi penerimaan DBH tahun 2014 lebih rendah sebesar 10,4.

2. Corporate Social Responsibility

Comdev Sektor ESDM Program CSR dalam bentuk pengembangan lingkungan dan masyarakat dapat memberikan alternative terobosan baru untuk memberdayakan masyarakat dalam mengatasi permasalahan social dan lingkungan yang semakin kompleks dan rumit dalam dekade terakhir. Adanya sinergi antara dunia usaha, masyarakat, dan pemerintah untuk secara terus menerus membangun dan menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dan lingkungan yang berkualitas akan menentukan keberhasilan pembangunan bangsa. Lebih terperinci manfaat program tanggungjawab sosial ini bagi pemerintah dan masyarakat antara Gambar 5.34 Dana Bagi Hasil Pertambangan Umun 2010 - 2014 Tabel 5.42 Realisasi Dana Bagi Hasil Periode 2010-2014 ahun 15,720 asih n 2014 liun. kan aian naik end sasi asil akhir Jenis Realisasi 2010 2011 2012 2013 2014 Dana Bagi Hasil DBH 10.573.001 14.247.097 12.691.858 15.165.470 15.720.000 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA lain sebagai berikut: • Komplementer dari program pembangunan oleh pemerintah • Permasalahan-permasalahan yang terkait dengan kemiskinan, pengangguran, ketimpangan akan relatif teratasi. • Termanfaatkannya potensi dan sumber daya lokal • Bekerjasama dengan mengembangkan hubungan mutual beneit dengan pihak lain • Adanya penguatan kapasitas individu maupun orgamisasi • Proses lesson learned dalam setiap tahapan program • Kehidupan ekonomi menjadi lebih baik menuju kemandirian Dalam ketentuan UUD 1945 dan Undang-Undang No 222001 tentang Minyak dan Gas Bumi terlihat bahwa pengelolaan sektor migas harus lah berorientasi pada kemakmuran rakyat. Keberadaan korporasi sudah selayaknya memberikan manfaat terutama bagi masyarakat sekitar dimana korporasi tersebut menjalankan aktivitas usahanya. Manfaat ini sebagai sesuatu yang wajar atas berbagai dampak yang ditimbulkan dari kegiatan bisnisnya baik ekonomi, social maupun lingkungan. Pada tahun 2014 realisasi dana Comdev dan CSR sektor ESDM yang digunakan untuk pengembangan Masyarakat dan untuk mendukung kegiatan-kegiatan di masyarakat sebesar 2,67 triliun dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp 2,50 triliun atau 106,55. Dana Comdev dan CSR ini berasal dari perusahaan pertambangan umum, perusahaan migas dan perusahaan listrik. Secara rinci, table dan graik di bawah ini memperlihatkan peningkatan dana Comdev dan CSR pada tahun 2010 sampai dengan 2014. Corporate Social Responsibility Comdev Sub Sektor Mineral dan batubara Subsektor mineral dan batubara merupakan subsektor yang sangat strategis dalam pembangunan daerah. Hal ini tidak terlepas dari peran subsektor mineral dan batubara untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Namun, yang perlu diingat adalah seberapapun besarnya kontribusi yang diberikan dari sub sektor mineral dan batubara jika tidak memberikan hasil dan manfaat yang nyata, terutama bagi komunitas lokal masyarakat di sekitar wilayah operasi pertambangan maka usaha yang dilakukan tidak akan mencapai titik maksimal. Berkenaan dengan itu, maka diperlukan Program Pengembangan Masyarakat Community Developmentcomdev. Program pemberdayaan masyarakat community development bertujuan untuk mendorong munculnya kegiatan-kegiatan dan peran sosial ekonomi masyarakat disekitar tambang dalam rangka peningkatan kemandirian masyarakat sekitar kegiatan perusahaan tambang pemegang IUPIUPK, sehingga jika deposit tambang sudah habis ekonomi masyarakat masih tetap berkelanjutan sustainable livelihood.

16.3 22.3