Untuk Kesejahteraan Rakyat
RENCANA KINERJA
mekanisme pada subsidi harga energi namun dilakukan melalui subsidi langsung kepada masyarakat
yang membutuhkan. Untuk melaksanakan itu telah dilakukan pengurangan subsidi BBM secara bertahap
melalui pengurangan volume BBM yang disubsidi. Volume minyak tanah bersubsidi mulai dikurangi tiap
tahunnya seiring dengan diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG. Namun demikian
jangkauan konversi minyak tanah ke LPG yang belum sampai ke seluruh pelosok Indonesia, maka tetap
disediakan minyak tanah bersubsidi sebanyak 100.000 KL.
Diharapkan dengan dilakukan pengurangan subsidi BBM dan listrik maka akan dapat terhindarkan
pemberian subsidi yang tidak tepat sasaran, penyalahgunaaan BBM seperti penyelundupan,
pengoplosan dan penyimpangan penggunaan BBM, pemborosan penggunaan BBM, mempercepat
pengembangan energi alternatif dan meningkatkan eisiensi energi serta yang tidak kalah pentingnya
adalah mengurangi beban subsidi pada keuangan Negara sehingga dapat menambah alokasi untuk
pengembangan sektor lain seperti pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur lainnya.
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat
Kebijakan ketiga adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan diversiikasi energi dan
konservasi energi. Diversiikasi energi menjadi langkah penting dalam penyediaan energi untuk masyarakat.
Diversiikasi energi direncanakan di seluruh sektor pemakai, baik di rumah tangga, komersial, transportasi,
industri maupun pembangkit listrik Diharapkan dengan adanya diversiikasi energi maka sasaran
bauran energi primer nasional dapat tercapai. Berbagai bahan bakar dari jenis LPG, gas kota, batubara, briket
batubara, biofuel, panas bumi, biomassa, solar cell, Coal bed Methane, biogenic gas akan dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Di sektor transportasi akan dikembangkan substitusi
BBM dengan LPG, BBG, coal gasiication, coal liquefaction, bioethanol, biodiesel, solar cell, CBM, Fuel
Cell, dan oil Shale, demikian juga di sektor industri dan pembangkit akan dilakukan substitusi BBM dengan
energi alternatif lain. Untuk pengembangan Bahan Bakar Nabati diharapkan akan dapat dilaksanakan
jalur cepat pengembangan BBN melalui program Desa Mandiri Energi, Kawasan khusus pengembangan
BBN dan setiap daerah mengembangkan BBN sesuai potensi. Dengan jalur cepat pengembangan BBN
tersebut diharapkan pada jangka pendek akan bermanfaat untuk penciptaan lapangan pekerjaan dan
pengurangan kemiskinan, sedangkan jangka panjang diharapkan BBN dapat menjadi alternatif energi yang
dapat diandalkan. Disamping kebijakan utama, terdapat kebijakan lainnya
untuk mewujudkan ketahanan energi dan mineral di Indonesia. Kebijakan tersebut adalah:
a. Kebijakan Domestic Market Obligation DMO
Untuk mengupayakan keamanan pasokan minyak dan gas bumi serta batubara dalam negeri telah ditetapkan
kebijakan domestic market obligation DMO. Untuk sub sektor migas, sesuai Undang Undang nomor 22
Tahun 2001 pasal 22 ayat 1, badan usaha atau badan usaha tetap wajib menyerahkan 25 bagiannya dari
hasil produksi minyak bumi dan atau gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada tahun 2008
produksi minyak sebesar 357,50 juta barel atau 62,3 dari produksi dipasok untuk kebutuhan dalam negeri,
sedangkan gas bumi dari sebesar 7,883 bscfd atau 47,8 dipasok untuk kebutuhan dalam negeri.
Untuk mengupayakan keamanan pasokan batubara dalam negeri, pemerintah menetapkan kebijakan
DMO batubara. Kebijakan DMO batubara merupakan kebijakan bagi produsen batubara untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi mengamanatkan
terjaminnya ketahanan energi nasional melalui kewajiban Pemerintah untuk menyediakan cadangan
penyangga energi. Dari kajian yang dilaksanakan diketahui, bahwa kebijakan DMO batubara sangat
diperlukan untuk menjamin ketahanan energi nasional. Kemudian berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, pasal 5 ayat 2 s.d. 5, Pemerintah untuk kepentingan nasional wajib
melaksanakan pengendalian produksi dan ekspor. Selanjutnya berwenang menetapkan produksi tiap-
tiap komoditas per tahun setiap provinsi, yang wajib ditaati oleh Pemerintah Daerah.
b. Kebijakan Untuk Peningkatan Local Content
Di sub sektor minyak dan gas bumi, sebagaimana yang diamanatkan Undang Undang nomor 22 Tahun
44
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
2001, yaitu mendukung dan menumbuh-kembangkan kemampuan nasional, menciptakan lapangan kerja,
untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional dan internasional, maka telah didukung
dengan berbagai peraturan pelaksanaan dalam upaya mencapai sasaran Peningkatan Kapasitas Migas
Nasional pada tahun 2025, diantaranya adalah: •
Operatorship 50 oleh perusahaan nasional. •
Penggunaan barang dan jasa nasional sebesar 91
• Penggunaan sumber daya manusia SDM
Nasional sebesar 99
c. Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah