Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
lain sebagai berikut: •
Komplementer dari program pembangunan oleh pemerintah
• Permasalahan-permasalahan yang terkait
dengan kemiskinan, pengangguran, ketimpangan akan relatif teratasi.
• Termanfaatkannya potensi dan sumber daya
lokal •
Bekerjasama dengan mengembangkan hubungan mutual beneit dengan pihak lain
• Adanya penguatan kapasitas individu
maupun orgamisasi •
Proses lesson learned dalam setiap tahapan program
• Kehidupan ekonomi menjadi lebih baik
menuju kemandirian Dalam ketentuan UUD 1945 dan Undang-Undang
No 222001 tentang Minyak dan Gas Bumi terlihat bahwa pengelolaan sektor migas harus lah
berorientasi pada kemakmuran rakyat. Keberadaan korporasi sudah selayaknya memberikan manfaat
terutama bagi masyarakat sekitar dimana korporasi tersebut menjalankan aktivitas usahanya. Manfaat
ini sebagai sesuatu yang wajar atas berbagai dampak yang ditimbulkan dari kegiatan bisnisnya
baik ekonomi, social maupun lingkungan. Pada tahun 2014 realisasi dana Comdev dan
CSR sektor ESDM yang digunakan untuk pengembangan Masyarakat dan untuk
mendukung kegiatan-kegiatan di masyarakat sebesar 2,67 triliun dari target yang telah
ditetapkan sebesar Rp 2,50 triliun atau 106,55. Dana Comdev dan CSR ini berasal dari perusahaan
pertambangan umum, perusahaan migas dan perusahaan listrik. Secara rinci, table dan graik
di bawah ini memperlihatkan peningkatan dana Comdev dan CSR pada tahun 2010 sampai dengan
2014.
Corporate Social Responsibility Comdev Sub Sektor Mineral dan batubara
Subsektor mineral dan batubara merupakan subsektor yang sangat strategis dalam
pembangunan daerah. Hal ini tidak terlepas dari peran subsektor mineral dan batubara untuk
memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Namun, yang perlu diingat adalah seberapapun
besarnya kontribusi yang diberikan dari sub sektor mineral dan batubara jika tidak memberikan hasil
dan manfaat yang nyata, terutama bagi komunitas lokal masyarakat di sekitar wilayah operasi
pertambangan maka usaha yang dilakukan tidak akan mencapai titik maksimal. Berkenaan dengan
itu, maka diperlukan Program Pengembangan Masyarakat Community Developmentcomdev.
Program pemberdayaan masyarakat community development bertujuan untuk mendorong
munculnya kegiatan-kegiatan dan peran sosial ekonomi masyarakat disekitar tambang dalam
rangka peningkatan kemandirian masyarakat sekitar kegiatan perusahaan tambang pemegang
IUPIUPK, sehingga jika deposit tambang sudah habis ekonomi masyarakat masih tetap
berkelanjutan sustainable livelihood.
16.3 22.3
23.7 22.0
21.6
2010 2011
2012 2013
2014
12.3 16.4
19.8 20.3
16.3
2010 2011
2012 2013
2014 28.5
38.7 43.6
42.3 37.9
2010 2011
2012 2013
2014
Dana Bagi Hasil Minyak Gas Rp Triliun
1 Minyak
2 Gas
3 Total
132
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kewajiban tanggung jawab sosial telah diatur dalam pasal 74 ayat 1 dan 2 UU No.40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Sejalan dengan hal tersebut, maka sesuai dengan pasal 108 dan
109 UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pemegang Izin Usaha
Pertambangan IUP dan Izin Usaha Pertambangan Khusus IUPK wajib menyusun program comdev.
Program comdev dilakukan dalam rangka mempersiapkan life after mining kehidupan
pasca tambang bagi daerah maupun masyarakat sekitarnya serta sebagai investasi yang memiliki
nilai keuntungan jangka panjang, yaitu dengan diperolehnya social license to operate.
Kewajiban tanggung jawab sosial telah diatur dalam pasal 74 ayat 1 dan 2 UU No.40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Sejalan dengan hal tersebut, maka sesuai dengan pasal 108 dan
109 UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pemegang Izin Usaha
Pertambangan IUP dan Izin Usaha Pertambangan Khusus IUPK wajib menyusun program comdev.
Program comdev dilakukan dalam rangka mempersiapkan life after mining kehidupan
pasca tambang bagi daerah maupun masyarakat sekitarnya serta sebagai investasi yang memiliki
nilai keuntungan jangka panjang, yaitu dengan diperolehnya social license to operate.
Hal yang menggembirakan, ditengah lesunya perekonomian dunia akibat tekanan resesi di
beberapa negara tujuan ekspor komoditas mineral dan batubara, anggaran comdev untuk
keseluruhan KKPKP2B dan IUP BUMN dalam kurun waktu lima tahun terakhir Tahun 2010-2014
mencatatkan pertumbuhan yang positif sebesar 6,80tahun seperti dijelaskan pada Tabel 5.9.
Khusus untuk pertumbuhan anggaran comdev KK yang sempat mengalami penurunan sebesar
32,59 pada Tahun 2013 jika dibandingkan dengan realisasi Comdev pada Tahun 2012 karena
adanya kebijakan pelarangan ekspor konsentrat yang terus dipertahankan hingga akhir Tahun
2014 sehingga menyebabkan beberapa karyawan dirumahkan dan menurunnya pendapatan
beberapa pelaku usaha pertambangan mineral. Namun demikian secara umum dalam kurun
waktu lima tahun terakhir2010-2014 ratA-rata pertumbuhan Comdev Perusahaan KK mengalami
peningkatan sebesar13,18. Realisasi comdev dikatakan berhasil apabila
mampu menciptakan kemandirian masyarakat, bukan ketergantungan, sehingga tujuan dan cita-
cita konsep pembangunan berkelanjutan benar- benar dapat dicapai dan dapat memberikan
kontribusi optimal terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan dan daerah
Gambar 5.35 Graik Penggunaan Dana Comdev Sektor ESDM 2009 - 2013
Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
khususnya. Pembangunan sub sektor mineral dan batubara akan terus berkelanjutan bila dalam
implementasinya memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan tanggung jawab sosial terhadap
masyarakat, tentunya dengan didukung oleh program dan alokasi dana yang tepat sasaran.
Perusahaan PKP2B yang melaksanakan Community Development sebanyak 68 perusahaan, antara lain:
PT. Berau Coal, PT. Kaltim Prima Coal, PT. Adaro Indonesia, PT. Arutmin dan PT. Gunung Bayan
Pratama Coal. Sedangkan perusahaan KK yang melaksanakan Community Development sebanyak
17 perusahaan, antara lain: PT. Freeport Indonesia, PT. Newmont Nusa Tenggara, PT. Nusa Hamahera
Minerals, PT. Vale Indonesia dan PT. Natarang Mining.
Pertumbuhan anggaran Community Development untuk IUP BUMN dalam kurun waktu lima tahun
terakhir sebesar 55tahun. Pertumbuhan anggaran comdev untuk PKP2B dalam kurun
waktu lima tahun terakhir sebesar 18,3 dan pertumbuhan anggaran comdev untuk KK
dalam kurun waktu lima tahun terakhir rata-rata mengalami penurunan sebesar -6,8. Namun
demikian, ditengah lesunya perekonomian dunia akibat tekanan resesi di beberapa negara tujuan
ekspor komoditas mineral dan batubara, anggaran comdev untuk keseluruhan KKPKP2B dan IUP
BUMN mencatatkan pertumbuhan yang positif sebesar 1,8tahun.
Realisasi anggaran comdev dilaksanakan oleh perusahaan melalui program-program sebagai
berikut : a. Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Perusahaan
untuk keperluan; •
Pelatihan pemudamasyarakat dalam keahlian khusus yang dimiliki oleh
perusahaan, seperti; mengelas, bubut, bengkel;
• Pelatihan keterampilan kreatif dengan
memanfaatkan bahan limbah industri, dan penyaluran penjualannya bekerjasama
dengan dinas terkait. b. Pemberdayaan masyarakat berupa Peningkatan
Ekonomi Penduduk sekitar; •
Membentuk kelompok untuk membantu “meningkatkan kualitas, kuantitas dan
packaging, serta jaringan menjual” •
Memanfaatkan hasil produksi dimanfaatkan sebagai gift perusahaan
• Melatih tenaga kerja local yang
mempersiapkan rehabilitasi lahan pertambangan
c. Pelayanan Masyarakat, berupa Bantuan Bencana Alam dan DonasiCharityFilantropi;
d. Peningkatan Pendidikan Penduduk Sekitar •
Pemberian beasiswa bagi murid sekolah berprestasi
• Pemberian bantuan sarana dan prasarana
pendidikan e. Pengembangan Infrastruktur, berupa Sarana,
seperti Sarana Ibadah, Sarana Umum, Sarana Kesehatan, dll.
Dinamisasi perubahan lingkungan strategis pada skala regional dan global yang ditandai dengan
kondisi tidak stabilnya harga komoditi mineral dan batubara di pasar internasional masih menghantui
pelaku usaha utamanya berdampak pada sebagian perusahaan menghentikan kegiatan operasi
produksidan ini tentunya mengurangi alokasi peruntukan dana community Development.
Kementerian ESDM menyakini gejala ini tidak
Tabel 5.43 Realisasi Dana Community Development Comdev 2009-2014
No Perusahaan
Realisasi 2010
2011 2012
2013 2014
1 IUP BUMN
248.189 275.000
300.000 350.000
250.279 2
PKP2B 265.784
280.907 293.406
365.409 304.000
3 KK
1.116.336 1.121.422
1.277.251 860.934
1.471.828 Total
1.630.309 1.677.329
1.870.657 1.576.343
2.026.107
• •
• •
134
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
• •
akan berlangsung lama karena fase transisi, pada saat pembangunan semelter yang dicanangkan
beberapa perusahaan diantaranya PTFI dan PT NNT telah selesai dan siap beroperasi maka kondisi
ini juga akan segera pulihmembaik.
Corporate Social Responsibility CSR Subsektor Minyak dan Gas Bumi
Kegiatan monitoring pelaksanaan Community Development ini bertujuan untuk memetakan
pelaksanaan pengembangan masyarakat setempat oleh perusahaan-perusahaan migas di
sekitar wilayah operasinya. Memantau tumbuh kembangnya wilayah ekonomi masyarakat
serta meminimalkan dampak sosial yang terjadi akibat beroperasinya perusahaan Migas melalui
penyempurnaan program berdasarkan monitoring yang dilakukan. Manfaat dari pelaksanaan
kegiatan ini yaitu mendukung peran sektor ESDM dalam menciptakan pembangunan nasional
yaitu sumber pendapatan negara, pendorong pertumbuhan, sumber energi dan bahan baku
industri domestik dan menciptakan efek multiplier. Disamping hal tersebut diatas, untuk memonitor
langsung pemanfaatan dana CSR, Ditjen Migas juga melakukan kunjungan lapangan KKKS sesuai
skala prioritas, untuk memperoleh data lapangan dari masyarakat setempat. Strategi yang dilakukan
dalam kegiatan ini adalah: –
Koordinasi dengan para pihak pemangku kepentingan
– Monitoring pelaksanaan program
pengembangan masyarakat –
Konsinyering Monitoring CD –
Evaluasi pelaksanaan CD Dalam ketentuan UUD 1945 dan Undang-
Undang No 222001 tentang Minyak dan Gas Bumi terlihat bahwa pengelolaan sektor migas
harus lah berorientasi pada kemakmuran rakyat. Keberadaan korporasi sudah selayaknya
memberikan manfaat terutama bagi masyarakat sekitar dimana korporasi tersebut menjalankan
aktivitas usahanya. Manfaat ini sebagai sesuatu yang wajar atas berbagai dampak yang
ditimbulkan dari kegiatan bisnisnya baik ekonomi, sosial maupun lingkungan. Sesuai dengan amanat
UU No.22 Tahun 2001 pasal 41 ayat 1 dan pasal 42 huruf k dan PP No.35 tahun 2004 pasal 86 ayat
3 yang menyatakan bahwa KESDM cq. Ditjen Migas bertanggungjawab atas pengawasan
pelaksanaan kegiatan usaha minyak dan gas bumi termasuk pengawasan terhadap pengembangan
lingkungan dan masyarakat Sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi
isu-isu sosial, industri hulu migas nasional berusaha untuk melibatkan masyarakat dalam
beragam kegiatan kemasyarakatan yang diupayakan untuk terus meningkat dari tahun
Gambar 5.36 Graik Anggaran dan Realisasi Program Pengembangan Masyarakat 2010 – 2014 dan Rencana 2015
Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
ke tahun. berikut realisasi anggaran program pengembangan masyarakat dari 2010-2014 dan
Rencana 2015. Realisasi CSR subsektor Migas pada tahun 2014
adalah sebesar Rp 549 Milyar, angka ini masih dibawah target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp
764 Miliar atau hanya mencapai72. Dan apabila dibandingkan dengan jumlah yang realisasi
tahun 2013 sebesar 219 miliar maka terdapat peningkatan sebesar 150,68.
Corporate Social Responsibility CSR Sub Sektor Kelistrikan
Dasar hukum yang melandasi kegiatan Community Development dalam bidang ketenagalistrikan
memang belum ada dan masih bersifat partisipatif, akan tetapi sudah terdapat regulasi yang
melandasi kegiatan yang hampir sama dengan Community Development namun dengan istilah
yang berbeda CSR Corporate Social Responsibility. Berikut ini adalah regulasi yang melandasi CSR :
• Pemerintah Indonesia melalui Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan
implementasi CSR Corporate Social Responsibility.
• Meneg BUMN melalui Permen Nomor PER-
05MBU2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan. Pada tahun 2014 target jumlah dana untuk
CSR yang dikeluarkan oleh 20 Unit usaha bidang ketenagalistrikan sebesar 77 miliar
dan realisasi pada akhir tahun 2014 adalah sebesar 92,6 miliar dengan rincian sebagai
berikut: Pada tahun 2014 akan dilakukan pembinaan
terhadap 20 unit usaha. Nilai dana untuk CSR ditargetkan sebesar 77 miliar rupiah. Berikut
ini adalah daftar 20 unit usaha tersebut:
3. Jumlah jaringan distribusi listrik kms dan
gardu distribusi listrik MVA.
Pembangunan daerah juga dilakukan melalui program listrik perdesaan lisdes, yaitu
melalui pembangunan Gardu Distribusi dan Jaringan Distribusi. Pada tahun 2014, realisasi
pembangunan jaringan distribusi sebesar 9.542,62 kms atau 142,13 dari target yang ditetapkan
sebesar 6.713,93 kms. Untuk mempercepat peningkatan rasio
elektriikasi dari 67,2 pada tahun 2010 menjadi sebesar 81,51 pada akhir tahun 2014, maka
Pemerintah melaksanakan secara bertahap setiap tahun melalui satuan kerja Induk Pembangkit
dan Jaringan yang melaksanakan proyek- proyek Pembangkitan, transmisi dan gardu
induk, serta satuan kerja Listrik Perdesaan yang melaksanakan proyek-proyek distribusi kepada
masyarakat perdesaan. Pada tahun 2014 ini, target penambahan kapasitas gardu distribusi melalui
pendanaan APBN adalah sebesar 148,895 MVA, sedangkan realisasinya sebesar 180,92 MVA atau
sebesar 121,5.
Tabel 5.44 Realisasi CSR Subsektor Ketenagalistrikan Tahun 2014
No Pelaksana CSR
2014 Rp. Realisasi sd 1 Desember 2014
1 PT. PLN Persero
44.122.179.000 2
PT. Indonesia Power 18.363.289.000
3 PT. PJB
10.677.605.000 4
IPP 17 Unit Usaha 19.534.716.000
Total Realisasi 92.697.789.000
136
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Tabel 5.45 Pelaksana CSR Subsektor Ketenagalistrikan Tahun 2014
No Nama Unit Usaha
1 PT. Indonesia Power
2 PT. PLN Persero
3 PT Pembangkitan Jawa Bali
4 PT Energi Sengkang
5 PLN Batam
6 PT. Cirebon Electric Power
7 PT Krakatau Daya Listrik
8 PT. Makassar Power
9 Chevron Geothermal Indonesia Ltd
10 PT. Pusaka Jaya Palu Power
11 PT Asrigita Prasarana
12 PT Cikarang Listrindo
13 PT Pertamina Geothermal Energy
14 PT Paiton Energy Company
15 PT Geodipa Energy
16 PT Pura Daya Prima
17 PT Bekasi Power
18 PT Sumberdaya Sewatama - Meppogen
19 PT Central Java Power
20 PT Sumber Segara Primadaya
Realisasi Jaringan Distribusi, Gardu Distribusi, serta Program Instalasi Listrik Gratis Kepada Nelayan
dan Rakyat Tidak Mampu yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Listrik Perdesaan pada tahun 2014
adalah pada tabel 5.46 berikut :
4. Desa Mandiri Energi
Target Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN dan Non BBN pada tahun ini 2014 sebanyak 50
DME, realisasi sebanyak 54DME atau capaian 110. Realisasi tersebut diperoleh dari29berbasis
BBN dan 25 berbasis Non BBN. Pembangunan DME berbasis BBN dari 26 lokasi
terdiri dari: • 26 lokasi Implementasi Pemanfaatan Biogas
Skala Rumah Tangga; Pembangunan DME berbasis Non BBN sebanyak
25 lokasi terdiri dari: • 14 lokasi pembangunan PLTMH dan
Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
Tabel 5.46 Realisasi Jaringan Distribusi, Gardu Distribusi, serta Program Instalasi Listrik Gratis Kepada
Nelayan dan Rakyat Tidak Mampu tahun 2014
NO SATKER
URAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN SATUAN OUTPUT
REALISASI
1 Aceh
Pembangunan JTM KMS
232.322 Pembangunan JTR
KMS 238.794
Pembangunan GD MVA
5.925 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 5,243
2 Sumatera Utara
Pembangunan JTM KMS
159.65 Pembangunan JTR
KMS 59.96
Pembangunan GD MVA
2.475 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 1,249
3 Sumatera Barat
Pembangunan JTM KMS
163.094 Pembangunan JTR
KMS 296.421
Pembangunan GD MVA
3.8 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 841
4 Riau
Pembangunan JTM KMS
204.53 Pembangunan JTR
KMS 293.99
Pembangunan GD MVA
9.75 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 2,373
5 Kepulauan Riau
Pembangunan JTM KMS
108.11 Pembangunan JTR
KMS 112.54
Pembangunan GD MVA
2.9 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 6
Jambi Pembangunan JTM
KMS 203.97
Pembangunan JTR KMS
153.53 Pembangunan GD
MVA 7.15
Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS
2,031 7
Bangka Belitung Pembangunan JTM
KMS 178
Pembangunan JTR KMS
108 Pembangunan GD
MVA 6.025
Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS
3,400 8
Bengkulu Pembangunan JTM
KMS 125.64
Pembangunan JTR KMS
94.22 Pembangunan GD
MVA 2.45
Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS
3,084 9
Sumatera Selatan Pembangunan JTM
KMS 254.32
Pembangunan JTR KMS
301.63 Pembangunan GD
MVA 7.95
Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS
3,397
138
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
NO SATKER
URAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN SATUAN OUTPUT
REALISASI
Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu 3,397
10 Lampung
Pembangunan JTM KMS
129.36 Pembangunan JTR
KMS 137.61
Pembangunan GD MVA
3.7 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 11
Banten Pembangunan JTM
KMS 29.92
Pembangunan JTR KMS
266.16 Pembangunan GD
MVA 5.28
Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS
6,230 12
Jawa Barat Pembangunan JTM
KMS 141.7
Pembangunan JTR KMS
314.46 Pembangunan GD
MVA 7.3
Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS
5,481 13
Jawa Tengah DIY Pembangunan JTM
KMS 153.39
Pembangunan JTR KMS
295.98 Pembangunan GD
MVA 13.3
Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS
3,305 14
Jawa Timur Pembangunan JTM
KMS 107.79
Pembangunan JTR KMS
161.236 Pembangunan GD
MVA 6.95
Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS
2,566 15
Bali Pembangunan JTM
KMS 36.92
Pembangunan JTR KMS
130.85 Pembangunan GD
MVA 3.05
Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS
1,587 16
Nusa Tenggara Barat
Pembangunan JTM KMS
108.034 Pembangunan JTR
KMS 126.437
Pembangunan GD MVA
6.2 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 3,951
17 Nusa Tenggara
Timur Pembangunan JTM
KMS 212.65
Pembangunan JTR KMS
221.65 Pembangunan GD
MVA 3.75
Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS
8,548 18
Kalimantan Barat Pembangunan JTM
KMS 157.52
Pembangunan JTR KMS
92.52 Pembangunan GD
MVA 4.13
Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS
1,519
Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
19 Kalimantan Tengah
Pembangunan JTM KMS
137.48 Pembangunan JTR
KMS 111.24
Pembangunan GD MVA
5.58 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 3,700
20 Kalimantan Selatan
Pembangunan JTM KMS
127.24 Pembangunan JTR
KMS 115.41
Pembangunan GD MVA
5.3 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 3,021
21 Kalimantan Timur
Pembangunan JTM KMS
84 Pembangunan JTR
KMS 36.88
Pembangunan GD MVA
5.42 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 3,087
22 Sulawesi Tengah
Pembangunan JTM KMS
156.456 Pembangunan JTR
KMS 113.622
Pembangunan GD MVA
5.475 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 3,700
23 Sulawesi Barat
Pembangunan JTM KMS
201.48 Pembangunan JTR
KMS 154.19
Pembangunan GD MVA
5.65 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 4,370
24 Sulawesi Selatan
Pembangunan JTM KMS
230.58 Pembangunan JTR
KMS 267.66
Pembangunan GD MVA
12.38 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 6,524
NO SATKER
URAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN SATUAN OUTPUT
REALISASI RTS
25 Sulawesi Tenggara
Pembangunan JTM KMS
147.02 Pembangunan JTR
KMS 137.86
Pembangunan GD MVA
6.95 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 4,065
26 Gorontalo
Pembangunan JTM KMS
99.97 Pembangunan JTR
KMS 208.51
Pembangunan GD MVA
5.4 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 7,124
27 Sulawesi Utara
Pembangunan JTM KMS
60.64 Pembangunan JTR
KMS 135.2
Pembangunan GD MVA
8.7 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 3,160
28 Maluku Utara
Pembangunan JTM KMS
114.73 Pembangunan JTR
KMS 47.88
Pembangunan GD MVA
2.61 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 4,943
140
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu 4,943
29 Maluku
Pembangunan JTM KMS
154.24 Pembangunan JTR
KMS 61.574
Pembangunan GD MVA
3.175 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 3,988
30 Papua
Pembangunan JTM KMS
192.25 Pembangunan JTR
KMS 137.23
Pembangunan GD MVA
7.33 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 9,876
31 Papua Barat
Pembangunan JTM KMS
97.78 Pembangunan JTR
KMS 98.59
Pembangunan GD MVA
4.875 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu
RTS 6,097
TOTAL JTM
4510.786 JTR
5031.834 GD
180.93 LISTRIK GRATIS
118,460 NO
SATKER URAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN
SATUAN OUTPUT REALISASI
Pembangunan JTM KMS
147.02
No Indikator
Realisasi 2009
2010 2011
2012 2013
2014 1.
DME berbasis BBN 28
16 32
44 33
26 2.
DME berbasis Non BBN 62
34 19
8 22
25 Total Lokasi DME
90 50
51 52
55 51
Pembangunan DME berbasis BBN dari 26 lokasi terdiri dari: •
• •
abung
Tabel 5.47 Perbandingan Realisasi Desa Mandiri Energi 2009-2014
Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
Tabel 5.48 Lokasi Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN
• •
•
No Lokasi
Jenis DME Jumlah
Unit Propinsi
Kabupaten Kecamatan
Desa Kelurahan
1 Sumatera Barat
Sijunjung Lubuk Tarok
Lubuk Tarok biogas
10 2
Sumatera Barat Sijunjung
Sijunjung Paru
Biogas 21
3 Sumatera Barat
Sijunjung Sijunjung
Aie Angek Biogas
9 4
Jambi Tanjung Jabung
Timur Kecamatan
Dendang Rantau Indah
Biogas 25
5 Jambi
Muaro Jambi Sungai Bahar
Bakti Mulya Biogas
5 6
Jambi Muaro Jambi
Sekernaan Tunas Mudo
Biogas 5
7 Jambi
Merangin Pamenangan Barat
Pulau Tujuh Biogas
5 8
Jambi Merangin
Pamenangan Barat Mampun Baru
Biogas 5
9 Jambi
Merangin Pamenangan Barat
Pinang Merah biogas
5 10
Jambi Merangin
Pamenangan Barat Simpang Limbur
biogas 5
11 Jambi
Merangin Tabir Selatan
Mekar Jaya Biogas
10 12
Jambi Merangin
Tabir Selatan Bungo Antoi
Biogas 10
13 Jawa Tengah
Boyolali Cepogo
Gedangan Biogas
5 14
Jawa Tengah Boyolali
Musuk Sumur
Biogas 5
15 Jawa Tengah
Boyolali Musuk
Sukorame Biogas
5 16
Jawa Tengah Boyolali
Mojosongo Karangnongko
Biogas 5
17 Jawa Tengah
Boyolali Mojosongo
Tambak Biogas
10 18
Jawa Tengah Boyolali
Nogosari Potronoyan
biogas 10
19 Jawa Tengah
Wonogiri Wonogiri
Pokoh Kidul biogas
20 20
Jawa Tengah Wonogiri
Pracimantoro Sambiroto
Biogas 20
21 DI Yogyakarta
Gunung Kidul Nglipar
Kedungkeris Biogas
25 22
DI Yogyakarta Kulon Progo
Kalibawang Banjarhajo
Biogas 37
23 DI Yogyakarta
Kulon Progo Pengasih
Tawangsari biogas
15 24
DI Yogyakarta Kulon Progo
Temon Plumbon
biogas 5
25 DI Yogyakarta
Kulon Progo Panjatan
Bojong Biogas
7 26
Lampung Pesawaran
Negeri Katon Poncokresno
Biogas 10
at
142
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
No Propinsi
Kabupaten Kecamatan
Desa Unit
Kap kW
Kegiatan Produktif
1 Sumatera Barat
Solok Hiliran Gumanti
Sariak Alahan Tigo 1
13
Pengelolaan hasil komoditi
setempat 2
Sumatera Barat Kepulauan Mentawai Sikakap
Matobe 1
34 3
Sumatera Selatan Muara Enim
Semendo Darat Laut
Air Sawat 1
30 4
Jambi Sarolangun
Batang Asai Simpang Narso
1 18
5 Kalimantan Tengah
Lamandau Belantikan Raya
Benuatan 1
16 6
Kalimantan Barat Landak
Air Besar Tenguwe
1 50
7 Sulawesi Selatan
Luwu utara Sukamaju
Lampuawa 1
64 8
Sulawesi Tenggara Konawe Utara
Oheo Tadoloiyo
1 16
9 Gorontalo
Gorontalo Tolangohula
Polohungo 1
35 10
Nusa Tenggara Barat Sumbawa
Batulanteh Tangkampulit
1 300
11 Maluku
Seram bagian Barat Waysala
Tahalupu 1
30 12
Papua Barat Manokwari
Minyambow Mokwam
1 54
13 Papua
Jayapura Ravenirara
Ormu Necheibe 1
23 14
Sumatera Utara Tapanuli Selatan
Saipar Dolok Hole Sigiring-Giring 1
32
TOTAL 14
715
No Provinsi
Kabupaten Kecamatan
Desa Unit
Kap. kW
Kegiatan Produktif
1 Sumatera Utara
Nias Selatan Simuk
Silina Baru 1
50
Pengelolaan Hasil Perikanan
Berupa Pembuat ES
dan Penyulingan Air Laut Menjadi
Air Tawar 2
Kepulauan Riau Natuna
Subi Kerdau
1 50
3 Bengkulu
Bangkulu Utara Enggano
Banjar Sari 1
50 4
Maluku Maluku Barat Daya Masela
Nura 1
50 5
Papua Supiori
Supiori Utara Masyai
1 50
6 Maluku
Maluku Tenggara Barat
Selaru Lingat
1 100
7 Papua
Merauke Kimaam
Kalilam 1
50 8
Sulawesi Utara Kepulauan Sangihe Kendahe
Kawaluso 1
50 9
Kepulauan Talaud Nanusa
Kakorotan 1
50 10
Kalimantan Timur Berau
Maratua Maratua Teluk Harapan
1 50
11 Nunukan
Sebatik Tengah Bukit Harapan 1
50
TOTAL 11
600 Tabel 5.50 Lokasi Desa Mandiri Energi DME berbasis Non BBN – PLTS Terpusat
Tabel 5.49 Lokasi Desa Mandiri Energi DME berbasis Non BBN - PLTMH
Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
• 11 lokasi PLTS skala besar. Pembangunan DME Tahun Anggaran 2014
sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah ini. Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN
menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa sawit, singkong dan tebu. Sedangkan DME
berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi setempat yaitu mikrohidro, angin, surya dan
biomassa. Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN menggunakan bahan baku energi jarak pagar,
kelapa sawit, singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi
setempat yaitu mikrohidro, angin, surya dan biomassa.
5. Jumlah sumur bor daerah sulit air.
Badan Geologi melalui Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan pada tahun
anggaran 2014 telah melaksanakan kegiatan pemboran air tanah sebanyak 199 titiklokasi dari
Gambar 5.37 Kegiatan Pemboran Air Tanah
n bahan energi
kan ensi
ME sep
pat, an,
uhan ifat
144
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
target 200 titiklokasi hal ini disebabkan karena adanya kendala faktor Sumber Daya alam dan
kendala teknis, dengan rincian lokasi kegiatan sebagai berikut:
Lokasi dan jumlah Sumur Pemboran air produksi: Provinsi NAD
: 7 lokasi
Provinsi Sumatera Utara :
10 lokasi Provinsi Sumatera Barat
: 6 lokasi
Provinsi Bengkulu :
6 lokasi Provinsi Bangka Belitung
: 2 lokasi
Provinsi Riau :
5 lokasi Provinsi Sumatera Selatan
: 5 lokasi
Provinsi Jambi :
5 lokasi Provinsi Lampung
: 7 lokasi
Provinsi Bali :
5 lokasi Provinsi Nusa Tenggara Barat
: 7 lokasi
Gambar 5.38 Rumah Genset dan Penampungan Air
Gambar 5.38
Peta Sebaran Lokasi Penyediaan Sarana Air Bersih Melalui Pengeboran Air Tanah Dalam di Daerah Sulit Air Tahun 2014
Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
Provinsi Nusa Tenggara Timur :
8 lokasi Provinsi Kalimantan Barat
: 3 lokasi
Provinsi Kalimantan :
4 lokasi Provinsi Kalimantan Tengah
: 3 lokasi
Provinsi Kalimantan Utara :
3 lokasi Provinsi Kalimantan Timur
: 4 lokasi
Provinsi Sulawesi Barat :
3 lokasi Provinsi Sulawesi Tengah
: 2 lokasi
Provinsi Sulawesi Tenggara :
4 lokasi Provinsi Gorontalo
: 2 lokasi
Provinsi Sulawesi Utara :
4 lokasi Provinsi Sulawesi Selatan
: 5 lokasi
Provinsi Papua :
6 lokasi Provinsi Banten
: 4 lokasi
Provinsi Jawa Barat : 19 lokasi
Provinsi Jawa Tengah :
28 lokasi Provinsi DI Yogyakarta
: 8 lokasi
Provinsi Jawa Timur :
25 lokasi Pengeboran air tanah dalam di daerah sulit air
tahun anggaran 2014 ditargetkan sebanyak 200 titik, pengeboran sumur produksi yang dapat
dicapai adalah sebanyak 199 titik karena adanya kendala yang disebabkan factor kondisi alam,
dari 199 titik sumur dengan hasil jumlah debit air tahun sebanyak 1.425.960 literjam, dan jumlah
peruntukan 190.128 jiwa atau rata-rata setiap sumur bor mampu untuk memenuhi kebutuhan
air bersih untuk 960 orang sehingga meningkatnya kemudahan penyediaan sarana air bersih bagi
masyarakat di daerah sulit air;
146
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
mulai dikurangi tiap tahunnya seiring dengan diterapkannya program konversi minyak tanah ke
LPG. Selain itu, pengawasan peruntukan minyak tanah terus membaik dengan adanya kartu kendali minyak
tanah. Adapun dalam rangka jaminan pasokan BBM, untuk wilayah yang telah dilakukan konversi minyak
tanah ke LPG, minyak tanah tetap dijual dengan harga keekonomian.
Di sub sektor ketenagalistrikan, dilaksanakan pengelompokan pelanggan dimana untuk pelanggan
kelompok Sosial S-1 sampai dengan S-3, Rumah Tangga R-1 dan R-2, Bisnis B-1 sampai dengan B-3 ,
Industri I-1 sampai dengan I-4, Pemerintah P-1 dan P-2, berlaku harga jual di bawah harga Biaya Pokok
Produksi BPP, artinya hampir seluruh pelanggan listrik masih mendapatkan subsidi.
Dalam rangka mengurangi beban subsidi BBM dan Listrik, ditetapkan 1 satu sasaran dalam tahun 2014,
yaitu sebagai berikut:
Sasaran 9. Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 3 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran
beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran
beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Sebagaimana diketahui subsidi energi yang terdiri dari subsidi untuk BBMLPG dan listrik masih diterapkan
dalam rangka mendukung daya beli masyarakat dan aktivitas perekonomian. Besarnya subsidi BBMLPG
bervariasi tiap tahunnya, tergantung dari kuantitas konsumsi dan luktuasi harga minyak. Adapun subsidi
untuk LPG dimulai saat diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG tahun 2007.
Dalam rangka diversiikasi energi, sejak tahun 2008 dilakukan pencampuran BBN dengan BBM dengan
persentase tertentu, sebagaimana Permen ESDM No. 32 Tahun 2008 Penyediaan, Pemanfaatan Dan Tata Niaga
Bahan Bakar Nabati Biofuel Sebagai Bahan Bakar Lain. BBN juga dicampurkan dengan BBM bersubsidi,
dimana untuk BBN jenis biodiesel dicampurkan dengan minyak solar dan bioetanol dengan bensin Premium.
Kebijakan subsidi BBM yang terdiri dari 3 jenis; yaitu Premium, Minyak tanah dan Solar dilaksanakan secara
bertahap, dimana saat ini jumlah dan jenis BBM yang disubsidi semakin sedikit yaitu minyak tanah, bensin,
premium, dan solar. Volume minyak tanah bersubsidi
Tujuan V : Terwujudnya Pengurangan Beban Subsidi dan Listrik
Tabel 5.51 – Indikator Kinerja Sasaran 9
–
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi 2014
Realisasi 2013
Capaian 1.
Jumlah Subsidi Energi Rp Triliun
246,49 239,99
210,00 97,36
2. Jumlah subsidi :
BBM Ribu KL
46.000 46.790
46.360 101,04
LPG Ribu MT
5.013 4.998
4.403 99,68
3. Jumlah subsidi Listrik
Rp Triliun 85,75
80,02 89,59
93,32 –
Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
Gambar 5.40 Graik Realisasi Volume BBM Bersubsidi Tahun 2010 - 2014 Tabel 5.52 Subsidi Energi Tahun 2013 - 2015
– –
–
148
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
1. Jumlah Subsidi Energi
Salah satu hasil akhir yang ingin dicapai oleh Kementerian ESDM adalah berkurangnya subsidi BBM
dan listrik guna mengurangi beban APBN. Besarnya subsidi energi selama 4 tahun terakhir selalu melebihi
target, namun pada tahun 2014 realisasi subsidi energi sebesar Rp. 239,99 triliun lebih rendah dari target
sebesar 246,49 triliun atau capaiannya 97,36. Realisasi ini masih lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2013
sebesar Rp. 210 triliun atau meningkat sebesar 14,28. Besarnya subsidi energi disebabkan karena:
•
Pertumbuhan ekonomi dan penjualan kendaraan bermotor perkiraan penjualan sd Desember
mencapai 1,2 juta unit mobil dan 7,8 juta unit motor Gaikindo
•
Pengetatan kuota di beberapa daerah mendapat reaksi negatif dari masyarakat dan menimbulkan
panic buying.
•
BBM: overkuota BBM bersubsidi, kurs rupiah dan ICP yang melebihi asumsi
•
Listrik: penjualan listrik, kurs, ICP dan harga bahan bakar utamanya BBM melebihi asumsi APBN-P
•
Selain itu, terkendalanya beberapa proyek PLTU
•
Program penghematan energi belum berjalan dengan sempurna
Meskipun subsidi energi selalu meningkat setiap tahunnya, namun hal ini dapat diimbangi dengan
penerimaan negara sektor energi yang masih l ebih tinggi dibandingkan subsidi energi.
2. Jumlah Subsidi BBM
Volume Jenis BBM Tertentu tahun 2014 mengalami sedikit kenaikan dibandingkan tahun 2013. Pada tahun
2014 realisasi subsidi BBM sebesar 46,47 juta KL atau 101,72 dibandingkan target APBNP sebesar 46 juta
KL, dan mengalami kenaikan sebesar 0,2 dibanding realisasi tahun 2013.
–
Tabel 5.53 Volume BBM Bersubsidi Tahun 2014 JENIS BBM
2014 APBN-P
Realisasi Bensin
Gasoline RON 88 29,43
29,63 Minyak Tanah
0,90 0,92
Minyak Solar Gas Oil
15,67 16,24
TOTAL 46,00
46,79
22,91
58,24 2,24 7,20
7,47 1,94
BENSIN GASOLINE RON 88
29,94
52,87 1,99
6,41 7,14
1,65
MINYAK SOLAR GAS OIL
19,31 0,00
14,49 15,84
20,28 30,07
MINYAK TANAH
Gambar 5.40 Realisasi BBM Bersubsidi Per Wilayah Tahun 2014
Tabel 5.53 Volume BBM Bersubsidi Tahun 2014 Gambar 5.41 Realisasi BBM Bersubsidi Per Wilayah Tahun 2014
Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 Tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual
Eceran Bahan Bakar Minyak, terdapat tiga kategori bahan bakar minyak yaitu:
a. BBM Tertentu adalah bahan bakar yang berasal
danatau diolah dari Minyak Bumi danatau bahan bakar yang berasal danatau diolah dari Minyak
Bumi yang telah dicampurkan dengan Bahan Bakar Nabati Biofuel sebagai Bahan Bakar Lain
dengan jenis, standar dan mutu spesiikasi, harga, volume, dan konsumen tertentu dan diberikan
subsidi. Solar dan Minyak Tanah b.
BBM Khusus Penugasan adalah bahan bakar yang berasal danatau diolah dari Minyak Bumi dan
atau bahan bakar yang berasal danatau diolah dari Minyak Bumi yang telah dicampurkan dengan
Bahan Bakar Nabati Biofuel sebagai Bahan Bakar Lain dengan jenis, standar dan mutu spesiikasi
tertentu, yang didistribusikan di wilayah penugasan Premium di luar Jawa-Bali dan tidak
diberikan subsidi. c.
BBM Umumadalah bahan bakar yang berasal dan atau diolah dari Minyak Bumi danatau bahan
bakar yang berasal danatau diolah dari Minyak Bumi yang telah dicampurkan dengan Bahan
Bakar Nabati Biofuel sebagai Bahan Bakar Lain dengan jenis, standar dan mutu spesiikasi
tertentu diluar angka 1 dan 2 di atas dan tidak diberikan subsidi
Upaya pengurangan subsidi BBM yang telah dilakukan antara lain:
a. Pemberlakuan Peraturan Menteri ESDM No
34 Tahun 2014 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis BBM Tertentu yang
berlaku mulai tangga 18 November 2014. Perubahan harga jual eceran BBM tertentu
menjadi :
•
Minyak tanah kerosine sebesar Rp 2500liter
•
Bensin gasoline RON 88 sebesar Rp 8500 liter
•
Minyak Solar Gas Oil sebesar Rp 7500liter b.
Pemberlakukan Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian,
dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak, perubahan menjadi :
• Subsidi bensin dihapus
• Minyak Solar Gas oil diberikan subsidi
tetap Rp 1000liter dengan harga jual eceran berluktuasi
• Harga minyak tanah kerosine sebesar Rp
2500liter dengan besaran subsidi tetap seperti yang berlaku sebelumnya
3. Jumlah Subsidi LPG
Volume LPG bersubsidi merupakan salah satu asumsi makro yang besarannya ditetapkan melalui Undang-
Undang APBN maupun Undang-Undang APBN-P. Sejauh ini, Pemerintah berupaya melakukan konversi
– Gambar 5.42 Graik Volume LPG Tahun 2010 - 2014
150
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
minyak tanah ke LPG yang bertujuan untuk: 1. Melakukan diversiikasi pasokan energi untuk
mengurangi ketergantungan terhadap BBM, khususnya minyak tanah untuk dialihkan ke LPG
2. Mengurangi penyalahgunaan minyak tanah bersubsidi karena LPG lebih aman dari
penyalahgunaan 3. Melakukan eisiensi anggaran pemerintah karena
penggunaan LPG lebih eisien dan subsidinya relatif lebih kecil daripada subsidi minyak tanah
4. Menyediakan bahan bakar yang praktis, bersih dan eisien untuk rumah tangga dan usaha mikro
Sesuai dengan Perpres No 1042007 tentang tentang tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan
Harga LPG Tabung 3 Kg, maka penerima paket perdana LPG 3 kg sasaran konversi adalah:
• Rumah tangga, yaitu konsumen yang mempunyai
legalitas penduduk, menggunakan minyak tanah untuk memasak dalam lingkup rumah tangga dan
tidak mempunyai kompor gas •
Usaha mikro, yaitu konsumen dengan usaha produktif milik perorangan yang mempunyai
legalitas penduduk, menggunakan minyak tanah untuk memasak dalam lingkup usaha mikro dan
tidak mempunyai kompor gas Alasan penambahan volume LPG 3 Kg :
1. Pertumbuhan rumah tangga baru dan usaha
mikro. Rata-rata kenaikan rumah tangga baru sebesar 2,7 juta rumah tangga baru www.bps.
go.id dan rata-rata kenaikan usaha mikro sebesar 1,5 juta usaha mikro www.depkop.go.id dengan
perhitungan reill dilakukan mulai bulan Januari
Tabel 5.54 Realisasi LPG 3kg per Provinsi Tahun 2014
– PROVINSI
JUMLAH MT PROVINSI
JUMLAH MT Bali
142.893 Kalimantan Utara
1.913 Bangka – Belitung
9.211 Kepulauan Riau
36.509 Banten
265.312 Lampung
129.730 Bengkulu
28.044 Nanggroe Aces Daruss
56.718 DI Yogyakarta
82.017 Nusa Tenggara Barat
53.911 DKI Jakarta
324.927 Riau
94.163 Gorontalo
17.936 Sulawesi Barat
15.674 Jambi
41.588 Sulawesi Selatan
178.954 Jawa Barat
1.115.483 Sulawesi Tengah
6.135 Jawa Tengah
731.947 Sulawesi Tenggara
10.147 Jawa Timur
956.411 Sulawesi Utara
42.425 Kalimantan Barat
82.402 Sumatera Barat
21.222 Kalimantan Selatan
40.642 Sumatera Selatan
168.122 Kalimantan Tengah
6.194 Sumatera Utara
260.367 Kalimantan Timur
76.816 Total
4.997.814
Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
Gambar 5.43 Penjelasan SIMOL3K : Jalur Distribusi LPG 3 kg
Gambar 5.44 Peran SIMOL3K dan Distribusi Tertutup –
–
152
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
2015 dengan pemakaian rumah tangga sebesar 8 kgbulanKK dan usaha mikro sebesar 17 kg
bulanUM untuk 2,7 juta KK baru dan 1,5 juta UM baru.
2. Pembagian paket perdana tahun 2014 sebanyak
776.723 paket perdana yang dilaksanakan pada akhir tahun 2014, sehingga kegiatan isi ulang LPG
Tabung 3 Kg reill dilaksanakan pada tahun 2015 dengan perhitungan reill dilakukan mulai bulan
Januari 2015 dengan pemakaian 8 kgbulanKK untuk 776.723 KK.
3. Rencana pembagian paket perdana tahun
2015 sebanyak 1,163,261 paket perdana yang direncanakan untuk dilaksanakan pertengahan
tahun 2015, sehingga kegiatan isi ulang LPG Tabung 3 Kg reill dilaksanakan pada pertengahan
tahun 2015 dengan perhitungan reill dilakukan mulai bulan Juli 2015 dengan pemakaian 8 kg
bulanKK untuk 1,163,261 KK. 4.
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam menggunakan LPG 3 kg
5. Peningkatan jumlah usaha mikro
6. Perubahan budaya masyarakat dalam rangka
penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan. Kebijakan volume dan subsidi LPG Tabung 3 Kg:
1. Sistem Monitoring LPG Tabung 3 Kg SIMOL3K
a. SIMOL3K Singkatan dari Sistem Monitoring
LPG 3 Kg adalah suatu Sistem Aplikasi Komputer dengan tujuan untuk Monitoring
Penyaluran LPG 3 Kg dari Agen ke Pangkalan. Sistim komputer ini berbasis sistim
server Pertamina dan dirancang untuk mengintegrasikan sistem pendukung lainnya
sesuai kebutuhan, seperti MySAP, MSDS, dll. b.
Kegiatan SIMOL3K meliputi :
• Veriikasi Pangkalan à Survai, cek
langsung ke Pangkalan •
Standarisasi Penomoran Pangkalan LPG •
Penyiapan Sistem Aplikasi SIMOL3K •
Sosialisasi dan Pelatihan kepada Agen LPG 3 kg
• Penyiapan USER ID Agen LPG 3 Kg dan
Akses ke aplikasi SIMOL3K •
Penyiapan Logbook Pangkalan •
Penyiapan Spanduk, Stiker untuk ditempatkan di Agen, Pangkalan
OutletSPBU •
Sablon ketentuan pengguna LPG 3 kg pada Tabung LPG 3 kg
c. Perpaduan SIMOL3K supply side dengan
Distribusi Tertutup demand side akan mampu mengendalikan distribusi LPG PSO.
2. Rayonisasi pendistribusian LPG
3. Penyesuaian harga patokan dan harga jual
eceran LPG Tabung 3 Kg. Alasan penyesuaian harga patokan LPG Tabung 3 Kg adalah kenaikan
UMP, TDL, peningkatan biaya perkapalan mengingat jangkauan distribusi yang semakin
luas dan peningkatan biaya pengadaan seiring meningkatnya volume LPG Tabung 3 Kg.
SEMULA : HARGA PATOKAN = HIP-LPG 3 Kg +
68,64 USDMT + 1,88 HIP-LPG 3 Kg + Rp 1.750,-kg
MENJADI : HARGA PATOKAN = HIP-LPG 3 Kg +
77,70 USDMT + 2,99 HIP-LPG 3 Kg + Rp 2.301,-kg
4. Subsidi Listrik
Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 07 tahun 2010 tentang Tarif tenaga
listrik yang disediakan oleh perusahaan perseroan Persero PT Perusahaan Listrik Negara, diatur mengenai
tarif dasar listrik per golongan pelanggan dan tarif tenaga listrik bagi pelanggan listrik prabayar.
Dimana, didalam peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini, tarif yang diberlakukan masih berada
jauh dari tarif keekonomian sehingga Pemerintah terus berusaha agar tarif tenaga listrik yang disediakan
memiliki nilai keekonomian. Untuk mencapai tarif tenaga listrik yang mencapai nilai keekonomian,
dibutuhkan inovasi baru dalam pemberian subsidi listrik. Inovasi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Diversiikasi penggunaan bahan bakar non BBM
untuk pembangkit; 2.
Pemberian Subsidi listrik bagi golongan pelanggan yang tidak mampu;
3. Mendorong penurunan Biaya Pokok Penyediaan.
Untuk dapat mewujudkan subsidi listrik yang tepat sasaran dengan menentukan jenis golongan
pelanggan yang seharusnya mendapatkan subsidi listrik dan memisahkan dengan pelanggan yang
mampu. Kondisi saat ini, seluruh golongan pelanggan
Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
mendapatkan subsidi listrik. Kedepannya nanti diharapkan subsidi listrik dapat diberikan hanya untuk
golongan pelanggan yang tidak mampu. Mengenai menurunnya besaran subsidi listrik yaitu Pemerintah
bersama PT PLN Persero melakukan langkah-langkah upaya penurunan Biaya Pokok Penyediaan BPP
Tenaga Listrik. Tarif Tenaga Listrik TTL disesuaikan secara bertahap menuju harga keekonomian, pada
Tahun 2014 diharapkan mencapai Nilai Keekonomian. Di tahun 2014, untuk pelanggan mampu akan
diterapkan Automatic Tarif Adjustment. Subsidi listrik hanya diperuntukkan bagi pelanggan tidak mampu.
Margin usaha PT PLN Persero diperlukan untuk investasi sarana penyediaan tenaga listrik.
Sedangkan untuk meningkatkan efektiitas pemberian subsidi listrik kepada pelanggan yang tidak mampu
yaitu seiring meningkatnya Biaya Pokok Penyediaan tiap tahunnya, maka subsidi listrik bagi semua golongan
akan meningkat tapi kedepannya nanti pemberian subsidi listrik hanya akan diberikan kepada pelanggan
yang tidak mampu sehingga bagi pelanggan mampu akan diterapkan tarif sesuai dengan harga biaya pokok
penyediaannya. Dengan adanya pemberian subsidi listrik bagi pelanggan yang tidak mampu, maka subsidi
dapat dikurangi dan menjadi nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat.
Semenjak berlakunya kebijakan subsidi diperluas, alokasi anggaran dan realisasi subsidi listrik sangat
berluktuasi dan cenderung meningkat. Akibatnya, komposisi subsidi listrik dari total subsidi dalam APBN
mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab berkurangnya ruang iskal. Kenaikan harga
bahan bakar yang melampaui harga normal seperti kejadian tahun 2008 mengakibatkan pembengkakan
subsidi yang cukup besar sehingga menimbulkan risiko kerentanan iscal sustainability.
Sedangkan untuk meningkatnya efektiitas pemberian subsidi listrik kepada pelanggan yang tidak mampu
yaitu seiring meningkatnya Biaya Pokok Penyediaan tiap tahunnya, maka subsidi listrik bagi semua golongan
akan meningkat tapi kedepannya nanti pemberian subsidi listrik hanya akan diberikan kepada pelanggan
yang tidak mampu sehingga bagi pelanggan mampu akan diterapkan tarif sesuai dengan biaya pokok
penyediaannya. Dengan adanya pemberian subsidi listrik bagi pelanggan yang tidak mampu, maka subsidi
–
PERTIMBANGAN EKONOMI
2010 2014
Tahun RpkWh
Biaya Pokok Penyediaan
411
PERTIMBANGAN POLSOSKAM TDL KEEKONOMIAN
Bantuan Dana Investasi Pemerintah
2013 2012
2011 1.038
Subsidi Subsidi
662
–
Gambar 5.45 Roadmap Subsidi Listrik 2010 - 2014
154
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
dapat dikurangi dan menjadi nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat.
Semenjak berlakunya kebijakan subsidi diperluas, alokasi anggaran dan realisasi subsidi listrik sangat
berluktuasi dan cenderung meningkat. Akibatnya, komposisi subsidi listrik dari total subsidi dalam APBN
mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab berkurangnya ruang iskal. Kenaikan harga
bahan bakar yang melampaui harga normal seperti kejadian tahun 2008 mengakibatkan pembengkakan
subsidi yang cukup besar sehingga menimbulkan risiko kerentanan iscal sustainability.
Pada tahun 2014 ini realisasi subsidi listrik sebesar Rp. 80,02 triliun lebih rendah dari target yang ditetapkan.
Tahun 2014 sesuai dengan APBN-P besaran subsidi listrik direncanakan sebesar Rp 85,75 triliun atau
capaiannya sebesar 93,32 Pada tahun 2014 dilaksanakan penyesuaian tarif
tenaga listrik secara bertahap sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 30 Tahun 2012 tentang Tarif
Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh PT PLN Persero. Pada akhir tahun 2013 terdapat 4 empat golongan
tarif yang diterapkan tarif non subsidi yaitu golongan pelanggan Rumah Tangga Besar R-3 daya 6.600 VA ke
atas, golongan pelanggan Bisnis Menengah B-2 daya 6.600 VA s.d 200 kVA, golongan pelanggan Bisnis Besar
B-3 daya di atas 200 kVA, dan golongan pelanggan Kantor Pemerintah Sedang P-1 daya 6.600 VA s.d 200
kVA. Untuk keempat golongan pelanggan tarif non subsidi tersebut pada tahun 2014 direncanakan akan
diterapkan tarif adjustment yang dilakukan dengan mengacu pada perubahan indicator ekonomi makro
yaitu Kurs, ICP dan inlasi. Subsidi listrik diberikan kepada pelanggan dengan
golongan tarif yang TTL Tarif Tenaga Listrik rata- ratanya lebih rendah dari BPP Biaya Pokok Penyediaan
tenaga listrik. Perhitungan subsidi saat ini berdasarkan biaya pokok penyediaannya, sementara pengendalian
biaya didasarkan dibagi ke dalam allowable dan non- allowable.
Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
Sekitar 60 produksi minyak Indonesia dipasok untuk dalam negeri dan dan sisanya sebesar 40 untuk
ekspor. Terkait Neraca Minyak Mentah Indonesia, saat ini ekspor sebesar 399 ribu bph 61 masih lebih besar
dari impor sebesar 254 ribu bph 39, atau ekspor lebih besar dari impor net exporter. Namun, jika impor
BBM sebesar 418 ribu barelhari juga diperhitungkan, maka balance minyak berubah menjadi ekspor 399 ribu
bph 37 dan impor 672 bph 77, sehingga impor lebih besar daripada ekspor net importer.
Sehubungan dengan resesi ekonomi global, dalam konteks perekonomian nasional, pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2010 ini masih positif, yaitu 5,5. Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh
dominasi konsumsi domestik, belanja pemerintah yang lebih tinggi, investasi yang relatif konstan dan
pendapatan bersih ekspor ekspor dikurangi impor yang masih positif.
Guna mewujudkan Peran Penting Sektor ESDM Dalam Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan dengan
Mengurangi Impor, maka dalam tahun 2014 ditetapkan 1 satu sasaran sebagai berikut:
Sasaran 10. Optimalnya Ekspor dan Impor Sektor ESDM
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 4 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran
beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
1. Jumlah ekspor minyak mentah
Produksi minyak mentah Indonesia terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan domestik, namun
sebagian diekspor karena spesiikasinya tidak sesuai dengan kebutuhan kilang dalam negeri.
Kilang minyak Indonesia dibangun pada saat produksi minyak Indonesia masih sekitar 1,5 juta BOPD atau di
atas kapasitas kilang 1,057 juta BOPD dan masih dapat memenuhi konsumsi dalam negeri. Perkembangan
selanjutnya menunjukkan bahwa produksi minyak semakin menurun dan dibawah kapasitas kilang
Tujuan VI : Terwujudnya Peran penting Sektor ESDM Dalam Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor
–
Tujuan VI : Terwujudnya Peran Penting Sektor ESDM dalam Peningkatan Surplus
Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi 2014
Realisasi 2013
Capaian 1.
Jumlah ekspor minyak mentah Juta Barel 135
110,82 117,38
82,09 2.
Jumlah ekspor gas BBTU
379.539 1.186.973
1.232.616 312
3. Jumlah impor BBM
Juta KL 42,25
32,40 32,69
76,69 4.
Jumlah impor minyak mentah Juta Barel
90,04 121,93
118,33 135,42
–
Tabel 5.55
Indikator Kinerja Sasaran 10
– 21.4
28.7 22.6