22.3 22.0 16.4 20.3 43.6 37.9 content laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kementerian esdm tahun 2014

Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA lain sebagai berikut: • Komplementer dari program pembangunan oleh pemerintah • Permasalahan-permasalahan yang terkait dengan kemiskinan, pengangguran, ketimpangan akan relatif teratasi. • Termanfaatkannya potensi dan sumber daya lokal • Bekerjasama dengan mengembangkan hubungan mutual beneit dengan pihak lain • Adanya penguatan kapasitas individu maupun orgamisasi • Proses lesson learned dalam setiap tahapan program • Kehidupan ekonomi menjadi lebih baik menuju kemandirian Dalam ketentuan UUD 1945 dan Undang-Undang No 222001 tentang Minyak dan Gas Bumi terlihat bahwa pengelolaan sektor migas harus lah berorientasi pada kemakmuran rakyat. Keberadaan korporasi sudah selayaknya memberikan manfaat terutama bagi masyarakat sekitar dimana korporasi tersebut menjalankan aktivitas usahanya. Manfaat ini sebagai sesuatu yang wajar atas berbagai dampak yang ditimbulkan dari kegiatan bisnisnya baik ekonomi, social maupun lingkungan. Pada tahun 2014 realisasi dana Comdev dan CSR sektor ESDM yang digunakan untuk pengembangan Masyarakat dan untuk mendukung kegiatan-kegiatan di masyarakat sebesar 2,67 triliun dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp 2,50 triliun atau 106,55. Dana Comdev dan CSR ini berasal dari perusahaan pertambangan umum, perusahaan migas dan perusahaan listrik. Secara rinci, table dan graik di bawah ini memperlihatkan peningkatan dana Comdev dan CSR pada tahun 2010 sampai dengan 2014. Corporate Social Responsibility Comdev Sub Sektor Mineral dan batubara Subsektor mineral dan batubara merupakan subsektor yang sangat strategis dalam pembangunan daerah. Hal ini tidak terlepas dari peran subsektor mineral dan batubara untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Namun, yang perlu diingat adalah seberapapun besarnya kontribusi yang diberikan dari sub sektor mineral dan batubara jika tidak memberikan hasil dan manfaat yang nyata, terutama bagi komunitas lokal masyarakat di sekitar wilayah operasi pertambangan maka usaha yang dilakukan tidak akan mencapai titik maksimal. Berkenaan dengan itu, maka diperlukan Program Pengembangan Masyarakat Community Developmentcomdev. Program pemberdayaan masyarakat community development bertujuan untuk mendorong munculnya kegiatan-kegiatan dan peran sosial ekonomi masyarakat disekitar tambang dalam rangka peningkatan kemandirian masyarakat sekitar kegiatan perusahaan tambang pemegang IUPIUPK, sehingga jika deposit tambang sudah habis ekonomi masyarakat masih tetap berkelanjutan sustainable livelihood.

16.3 22.3

23.7 22.0

21.6 2010 2011 2012 2013 2014

12.3 16.4

19.8 20.3

16.3 2010 2011 2012 2013 2014 28.5

38.7 43.6

42.3 37.9

2010 2011 2012 2013 2014 Dana Bagi Hasil Minyak Gas Rp Triliun 1 Minyak 2 Gas 3 Total 132 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kewajiban tanggung jawab sosial telah diatur dalam pasal 74 ayat 1 dan 2 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sejalan dengan hal tersebut, maka sesuai dengan pasal 108 dan 109 UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pemegang Izin Usaha Pertambangan IUP dan Izin Usaha Pertambangan Khusus IUPK wajib menyusun program comdev. Program comdev dilakukan dalam rangka mempersiapkan life after mining kehidupan pasca tambang bagi daerah maupun masyarakat sekitarnya serta sebagai investasi yang memiliki nilai keuntungan jangka panjang, yaitu dengan diperolehnya social license to operate. Kewajiban tanggung jawab sosial telah diatur dalam pasal 74 ayat 1 dan 2 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sejalan dengan hal tersebut, maka sesuai dengan pasal 108 dan 109 UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pemegang Izin Usaha Pertambangan IUP dan Izin Usaha Pertambangan Khusus IUPK wajib menyusun program comdev. Program comdev dilakukan dalam rangka mempersiapkan life after mining kehidupan pasca tambang bagi daerah maupun masyarakat sekitarnya serta sebagai investasi yang memiliki nilai keuntungan jangka panjang, yaitu dengan diperolehnya social license to operate. Hal yang menggembirakan, ditengah lesunya perekonomian dunia akibat tekanan resesi di beberapa negara tujuan ekspor komoditas mineral dan batubara, anggaran comdev untuk keseluruhan KKPKP2B dan IUP BUMN dalam kurun waktu lima tahun terakhir Tahun 2010-2014 mencatatkan pertumbuhan yang positif sebesar 6,80tahun seperti dijelaskan pada Tabel 5.9. Khusus untuk pertumbuhan anggaran comdev KK yang sempat mengalami penurunan sebesar 32,59 pada Tahun 2013 jika dibandingkan dengan realisasi Comdev pada Tahun 2012 karena adanya kebijakan pelarangan ekspor konsentrat yang terus dipertahankan hingga akhir Tahun 2014 sehingga menyebabkan beberapa karyawan dirumahkan dan menurunnya pendapatan beberapa pelaku usaha pertambangan mineral. Namun demikian secara umum dalam kurun waktu lima tahun terakhir2010-2014 ratA-rata pertumbuhan Comdev Perusahaan KK mengalami peningkatan sebesar13,18. Realisasi comdev dikatakan berhasil apabila mampu menciptakan kemandirian masyarakat, bukan ketergantungan, sehingga tujuan dan cita- cita konsep pembangunan berkelanjutan benar- benar dapat dicapai dan dapat memberikan kontribusi optimal terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan dan daerah Gambar 5.35 Graik Penggunaan Dana Comdev Sektor ESDM 2009 - 2013 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA khususnya. Pembangunan sub sektor mineral dan batubara akan terus berkelanjutan bila dalam implementasinya memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat, tentunya dengan didukung oleh program dan alokasi dana yang tepat sasaran. Perusahaan PKP2B yang melaksanakan Community Development sebanyak 68 perusahaan, antara lain: PT. Berau Coal, PT. Kaltim Prima Coal, PT. Adaro Indonesia, PT. Arutmin dan PT. Gunung Bayan Pratama Coal. Sedangkan perusahaan KK yang melaksanakan Community Development sebanyak 17 perusahaan, antara lain: PT. Freeport Indonesia, PT. Newmont Nusa Tenggara, PT. Nusa Hamahera Minerals, PT. Vale Indonesia dan PT. Natarang Mining. Pertumbuhan anggaran Community Development untuk IUP BUMN dalam kurun waktu lima tahun terakhir sebesar 55tahun. Pertumbuhan anggaran comdev untuk PKP2B dalam kurun waktu lima tahun terakhir sebesar 18,3 dan pertumbuhan anggaran comdev untuk KK dalam kurun waktu lima tahun terakhir rata-rata mengalami penurunan sebesar -6,8. Namun demikian, ditengah lesunya perekonomian dunia akibat tekanan resesi di beberapa negara tujuan ekspor komoditas mineral dan batubara, anggaran comdev untuk keseluruhan KKPKP2B dan IUP BUMN mencatatkan pertumbuhan yang positif sebesar 1,8tahun. Realisasi anggaran comdev dilaksanakan oleh perusahaan melalui program-program sebagai berikut : a. Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Perusahaan untuk keperluan; • Pelatihan pemudamasyarakat dalam keahlian khusus yang dimiliki oleh perusahaan, seperti; mengelas, bubut, bengkel; • Pelatihan keterampilan kreatif dengan memanfaatkan bahan limbah industri, dan penyaluran penjualannya bekerjasama dengan dinas terkait. b. Pemberdayaan masyarakat berupa Peningkatan Ekonomi Penduduk sekitar; • Membentuk kelompok untuk membantu “meningkatkan kualitas, kuantitas dan packaging, serta jaringan menjual” • Memanfaatkan hasil produksi dimanfaatkan sebagai gift perusahaan • Melatih tenaga kerja local yang mempersiapkan rehabilitasi lahan pertambangan c. Pelayanan Masyarakat, berupa Bantuan Bencana Alam dan DonasiCharityFilantropi; d. Peningkatan Pendidikan Penduduk Sekitar • Pemberian beasiswa bagi murid sekolah berprestasi • Pemberian bantuan sarana dan prasarana pendidikan e. Pengembangan Infrastruktur, berupa Sarana, seperti Sarana Ibadah, Sarana Umum, Sarana Kesehatan, dll. Dinamisasi perubahan lingkungan strategis pada skala regional dan global yang ditandai dengan kondisi tidak stabilnya harga komoditi mineral dan batubara di pasar internasional masih menghantui pelaku usaha utamanya berdampak pada sebagian perusahaan menghentikan kegiatan operasi produksidan ini tentunya mengurangi alokasi peruntukan dana community Development. Kementerian ESDM menyakini gejala ini tidak Tabel 5.43 Realisasi Dana Community Development Comdev 2009-2014 No Perusahaan Realisasi 2010 2011 2012 2013 2014 1 IUP BUMN 248.189 275.000 300.000 350.000 250.279 2 PKP2B 265.784 280.907 293.406 365.409 304.000 3 KK 1.116.336 1.121.422 1.277.251 860.934 1.471.828 Total 1.630.309 1.677.329 1.870.657 1.576.343 2.026.107 • • • • 134 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah • • akan berlangsung lama karena fase transisi, pada saat pembangunan semelter yang dicanangkan beberapa perusahaan diantaranya PTFI dan PT NNT telah selesai dan siap beroperasi maka kondisi ini juga akan segera pulihmembaik. Corporate Social Responsibility CSR Subsektor Minyak dan Gas Bumi Kegiatan monitoring pelaksanaan Community Development ini bertujuan untuk memetakan pelaksanaan pengembangan masyarakat setempat oleh perusahaan-perusahaan migas di sekitar wilayah operasinya. Memantau tumbuh kembangnya wilayah ekonomi masyarakat serta meminimalkan dampak sosial yang terjadi akibat beroperasinya perusahaan Migas melalui penyempurnaan program berdasarkan monitoring yang dilakukan. Manfaat dari pelaksanaan kegiatan ini yaitu mendukung peran sektor ESDM dalam menciptakan pembangunan nasional yaitu sumber pendapatan negara, pendorong pertumbuhan, sumber energi dan bahan baku industri domestik dan menciptakan efek multiplier. Disamping hal tersebut diatas, untuk memonitor langsung pemanfaatan dana CSR, Ditjen Migas juga melakukan kunjungan lapangan KKKS sesuai skala prioritas, untuk memperoleh data lapangan dari masyarakat setempat. Strategi yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah: – Koordinasi dengan para pihak pemangku kepentingan – Monitoring pelaksanaan program pengembangan masyarakat – Konsinyering Monitoring CD – Evaluasi pelaksanaan CD Dalam ketentuan UUD 1945 dan Undang- Undang No 222001 tentang Minyak dan Gas Bumi terlihat bahwa pengelolaan sektor migas harus lah berorientasi pada kemakmuran rakyat. Keberadaan korporasi sudah selayaknya memberikan manfaat terutama bagi masyarakat sekitar dimana korporasi tersebut menjalankan aktivitas usahanya. Manfaat ini sebagai sesuatu yang wajar atas berbagai dampak yang ditimbulkan dari kegiatan bisnisnya baik ekonomi, sosial maupun lingkungan. Sesuai dengan amanat UU No.22 Tahun 2001 pasal 41 ayat 1 dan pasal 42 huruf k dan PP No.35 tahun 2004 pasal 86 ayat 3 yang menyatakan bahwa KESDM cq. Ditjen Migas bertanggungjawab atas pengawasan pelaksanaan kegiatan usaha minyak dan gas bumi termasuk pengawasan terhadap pengembangan lingkungan dan masyarakat Sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi isu-isu sosial, industri hulu migas nasional berusaha untuk melibatkan masyarakat dalam beragam kegiatan kemasyarakatan yang diupayakan untuk terus meningkat dari tahun Gambar 5.36 Graik Anggaran dan Realisasi Program Pengembangan Masyarakat 2010 – 2014 dan Rencana 2015 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA ke tahun. berikut realisasi anggaran program pengembangan masyarakat dari 2010-2014 dan Rencana 2015. Realisasi CSR subsektor Migas pada tahun 2014 adalah sebesar Rp 549 Milyar, angka ini masih dibawah target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp 764 Miliar atau hanya mencapai72. Dan apabila dibandingkan dengan jumlah yang realisasi tahun 2013 sebesar 219 miliar maka terdapat peningkatan sebesar 150,68. Corporate Social Responsibility CSR Sub Sektor Kelistrikan Dasar hukum yang melandasi kegiatan Community Development dalam bidang ketenagalistrikan memang belum ada dan masih bersifat partisipatif, akan tetapi sudah terdapat regulasi yang melandasi kegiatan yang hampir sama dengan Community Development namun dengan istilah yang berbeda CSR Corporate Social Responsibility. Berikut ini adalah regulasi yang melandasi CSR : • Pemerintah Indonesia melalui Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan implementasi CSR Corporate Social Responsibility. • Meneg BUMN melalui Permen Nomor PER- 05MBU2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Pada tahun 2014 target jumlah dana untuk CSR yang dikeluarkan oleh 20 Unit usaha bidang ketenagalistrikan sebesar 77 miliar dan realisasi pada akhir tahun 2014 adalah sebesar 92,6 miliar dengan rincian sebagai berikut: Pada tahun 2014 akan dilakukan pembinaan terhadap 20 unit usaha. Nilai dana untuk CSR ditargetkan sebesar 77 miliar rupiah. Berikut ini adalah daftar 20 unit usaha tersebut:

3. Jumlah jaringan distribusi listrik kms dan

gardu distribusi listrik MVA. Pembangunan daerah juga dilakukan melalui program listrik perdesaan lisdes, yaitu melalui pembangunan Gardu Distribusi dan Jaringan Distribusi. Pada tahun 2014, realisasi pembangunan jaringan distribusi sebesar 9.542,62 kms atau 142,13 dari target yang ditetapkan sebesar 6.713,93 kms. Untuk mempercepat peningkatan rasio elektriikasi dari 67,2 pada tahun 2010 menjadi sebesar 81,51 pada akhir tahun 2014, maka Pemerintah melaksanakan secara bertahap setiap tahun melalui satuan kerja Induk Pembangkit dan Jaringan yang melaksanakan proyek- proyek Pembangkitan, transmisi dan gardu induk, serta satuan kerja Listrik Perdesaan yang melaksanakan proyek-proyek distribusi kepada masyarakat perdesaan. Pada tahun 2014 ini, target penambahan kapasitas gardu distribusi melalui pendanaan APBN adalah sebesar 148,895 MVA, sedangkan realisasinya sebesar 180,92 MVA atau sebesar 121,5. Tabel 5.44 Realisasi CSR Subsektor Ketenagalistrikan Tahun 2014 No Pelaksana CSR 2014 Rp. Realisasi sd 1 Desember 2014 1 PT. PLN Persero 44.122.179.000 2 PT. Indonesia Power 18.363.289.000 3 PT. PJB 10.677.605.000 4 IPP 17 Unit Usaha 19.534.716.000 Total Realisasi 92.697.789.000 136 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tabel 5.45 Pelaksana CSR Subsektor Ketenagalistrikan Tahun 2014 No Nama Unit Usaha 1 PT. Indonesia Power 2 PT. PLN Persero 3 PT Pembangkitan Jawa Bali 4 PT Energi Sengkang 5 PLN Batam 6 PT. Cirebon Electric Power 7 PT Krakatau Daya Listrik 8 PT. Makassar Power 9 Chevron Geothermal Indonesia Ltd 10 PT. Pusaka Jaya Palu Power 11 PT Asrigita Prasarana 12 PT Cikarang Listrindo 13 PT Pertamina Geothermal Energy 14 PT Paiton Energy Company 15 PT Geodipa Energy 16 PT Pura Daya Prima 17 PT Bekasi Power 18 PT Sumberdaya Sewatama - Meppogen 19 PT Central Java Power 20 PT Sumber Segara Primadaya Realisasi Jaringan Distribusi, Gardu Distribusi, serta Program Instalasi Listrik Gratis Kepada Nelayan dan Rakyat Tidak Mampu yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Listrik Perdesaan pada tahun 2014 adalah pada tabel 5.46 berikut :

4. Desa Mandiri Energi

Target Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN dan Non BBN pada tahun ini 2014 sebanyak 50 DME, realisasi sebanyak 54DME atau capaian 110. Realisasi tersebut diperoleh dari29berbasis BBN dan 25 berbasis Non BBN. Pembangunan DME berbasis BBN dari 26 lokasi terdiri dari: • 26 lokasi Implementasi Pemanfaatan Biogas Skala Rumah Tangga; Pembangunan DME berbasis Non BBN sebanyak 25 lokasi terdiri dari: • 14 lokasi pembangunan PLTMH dan Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Tabel 5.46 Realisasi Jaringan Distribusi, Gardu Distribusi, serta Program Instalasi Listrik Gratis Kepada Nelayan dan Rakyat Tidak Mampu tahun 2014 NO SATKER URAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN SATUAN OUTPUT REALISASI 1 Aceh Pembangunan JTM KMS 232.322 Pembangunan JTR KMS 238.794 Pembangunan GD MVA 5.925 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 5,243 2 Sumatera Utara Pembangunan JTM KMS 159.65 Pembangunan JTR KMS 59.96 Pembangunan GD MVA 2.475 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 1,249 3 Sumatera Barat Pembangunan JTM KMS 163.094 Pembangunan JTR KMS 296.421 Pembangunan GD MVA 3.8 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 841 4 Riau Pembangunan JTM KMS 204.53 Pembangunan JTR KMS 293.99 Pembangunan GD MVA 9.75 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 2,373 5 Kepulauan Riau Pembangunan JTM KMS 108.11 Pembangunan JTR KMS 112.54 Pembangunan GD MVA 2.9 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 6 Jambi Pembangunan JTM KMS 203.97 Pembangunan JTR KMS 153.53 Pembangunan GD MVA 7.15 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 2,031 7 Bangka Belitung Pembangunan JTM KMS 178 Pembangunan JTR KMS 108 Pembangunan GD MVA 6.025 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 3,400 8 Bengkulu Pembangunan JTM KMS 125.64 Pembangunan JTR KMS 94.22 Pembangunan GD MVA 2.45 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 3,084 9 Sumatera Selatan Pembangunan JTM KMS 254.32 Pembangunan JTR KMS 301.63 Pembangunan GD MVA 7.95 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 3,397 138 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah NO SATKER URAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN SATUAN OUTPUT REALISASI Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu 3,397 10 Lampung Pembangunan JTM KMS 129.36 Pembangunan JTR KMS 137.61 Pembangunan GD MVA 3.7 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 11 Banten Pembangunan JTM KMS 29.92 Pembangunan JTR KMS 266.16 Pembangunan GD MVA 5.28 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 6,230 12 Jawa Barat Pembangunan JTM KMS 141.7 Pembangunan JTR KMS 314.46 Pembangunan GD MVA 7.3 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 5,481 13 Jawa Tengah DIY Pembangunan JTM KMS 153.39 Pembangunan JTR KMS 295.98 Pembangunan GD MVA 13.3 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 3,305 14 Jawa Timur Pembangunan JTM KMS 107.79 Pembangunan JTR KMS 161.236 Pembangunan GD MVA 6.95 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 2,566 15 Bali Pembangunan JTM KMS 36.92 Pembangunan JTR KMS 130.85 Pembangunan GD MVA 3.05 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 1,587 16 Nusa Tenggara Barat Pembangunan JTM KMS 108.034 Pembangunan JTR KMS 126.437 Pembangunan GD MVA 6.2 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 3,951 17 Nusa Tenggara Timur Pembangunan JTM KMS 212.65 Pembangunan JTR KMS 221.65 Pembangunan GD MVA 3.75 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 8,548 18 Kalimantan Barat Pembangunan JTM KMS 157.52 Pembangunan JTR KMS 92.52 Pembangunan GD MVA 4.13 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 1,519 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA 19 Kalimantan Tengah Pembangunan JTM KMS 137.48 Pembangunan JTR KMS 111.24 Pembangunan GD MVA 5.58 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 3,700 20 Kalimantan Selatan Pembangunan JTM KMS 127.24 Pembangunan JTR KMS 115.41 Pembangunan GD MVA 5.3 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 3,021 21 Kalimantan Timur Pembangunan JTM KMS 84 Pembangunan JTR KMS 36.88 Pembangunan GD MVA 5.42 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 3,087 22 Sulawesi Tengah Pembangunan JTM KMS 156.456 Pembangunan JTR KMS 113.622 Pembangunan GD MVA 5.475 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 3,700 23 Sulawesi Barat Pembangunan JTM KMS 201.48 Pembangunan JTR KMS 154.19 Pembangunan GD MVA 5.65 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 4,370 24 Sulawesi Selatan Pembangunan JTM KMS 230.58 Pembangunan JTR KMS 267.66 Pembangunan GD MVA 12.38 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 6,524 NO SATKER URAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN SATUAN OUTPUT REALISASI RTS 25 Sulawesi Tenggara Pembangunan JTM KMS 147.02 Pembangunan JTR KMS 137.86 Pembangunan GD MVA 6.95 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 4,065 26 Gorontalo Pembangunan JTM KMS 99.97 Pembangunan JTR KMS 208.51 Pembangunan GD MVA 5.4 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 7,124 27 Sulawesi Utara Pembangunan JTM KMS 60.64 Pembangunan JTR KMS 135.2 Pembangunan GD MVA 8.7 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 3,160 28 Maluku Utara Pembangunan JTM KMS 114.73 Pembangunan JTR KMS 47.88 Pembangunan GD MVA 2.61 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 4,943 140 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu 4,943 29 Maluku Pembangunan JTM KMS 154.24 Pembangunan JTR KMS 61.574 Pembangunan GD MVA 3.175 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 3,988 30 Papua Pembangunan JTM KMS 192.25 Pembangunan JTR KMS 137.23 Pembangunan GD MVA 7.33 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 9,876 31 Papua Barat Pembangunan JTM KMS 97.78 Pembangunan JTR KMS 98.59 Pembangunan GD MVA 4.875 Listrik Gratis untuk Rakyat Tidak Mampu RTS 6,097 TOTAL JTM 4510.786 JTR 5031.834 GD 180.93 LISTRIK GRATIS 118,460 NO SATKER URAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN SATUAN OUTPUT REALISASI Pembangunan JTM KMS 147.02 No Indikator Realisasi 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1. DME berbasis BBN 28 16 32 44 33 26 2. DME berbasis Non BBN 62 34 19 8 22 25 Total Lokasi DME 90 50 51 52 55 51 Pembangunan DME berbasis BBN dari 26 lokasi terdiri dari: • • • abung Tabel 5.47 Perbandingan Realisasi Desa Mandiri Energi 2009-2014 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Tabel 5.48 Lokasi Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN • • • No Lokasi Jenis DME Jumlah Unit Propinsi Kabupaten Kecamatan Desa Kelurahan 1 Sumatera Barat Sijunjung Lubuk Tarok Lubuk Tarok biogas 10 2 Sumatera Barat Sijunjung Sijunjung Paru Biogas 21 3 Sumatera Barat Sijunjung Sijunjung Aie Angek Biogas 9 4 Jambi Tanjung Jabung Timur Kecamatan Dendang Rantau Indah Biogas 25 5 Jambi Muaro Jambi Sungai Bahar Bakti Mulya Biogas 5 6 Jambi Muaro Jambi Sekernaan Tunas Mudo Biogas 5 7 Jambi Merangin Pamenangan Barat Pulau Tujuh Biogas 5 8 Jambi Merangin Pamenangan Barat Mampun Baru Biogas 5 9 Jambi Merangin Pamenangan Barat Pinang Merah biogas 5 10 Jambi Merangin Pamenangan Barat Simpang Limbur biogas 5 11 Jambi Merangin Tabir Selatan Mekar Jaya Biogas 10 12 Jambi Merangin Tabir Selatan Bungo Antoi Biogas 10 13 Jawa Tengah Boyolali Cepogo Gedangan Biogas 5 14 Jawa Tengah Boyolali Musuk Sumur Biogas 5 15 Jawa Tengah Boyolali Musuk Sukorame Biogas 5 16 Jawa Tengah Boyolali Mojosongo Karangnongko Biogas 5 17 Jawa Tengah Boyolali Mojosongo Tambak Biogas 10 18 Jawa Tengah Boyolali Nogosari Potronoyan biogas 10 19 Jawa Tengah Wonogiri Wonogiri Pokoh Kidul biogas 20 20 Jawa Tengah Wonogiri Pracimantoro Sambiroto Biogas 20 21 DI Yogyakarta Gunung Kidul Nglipar Kedungkeris Biogas 25 22 DI Yogyakarta Kulon Progo Kalibawang Banjarhajo Biogas 37 23 DI Yogyakarta Kulon Progo Pengasih Tawangsari biogas 15 24 DI Yogyakarta Kulon Progo Temon Plumbon biogas 5 25 DI Yogyakarta Kulon Progo Panjatan Bojong Biogas 7 26 Lampung Pesawaran Negeri Katon Poncokresno Biogas 10 at 142 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah No Propinsi Kabupaten Kecamatan Desa Unit Kap kW Kegiatan Produktif 1 Sumatera Barat Solok Hiliran Gumanti Sariak Alahan Tigo 1 13 Pengelolaan hasil komoditi setempat 2 Sumatera Barat Kepulauan Mentawai Sikakap Matobe 1 34 3 Sumatera Selatan Muara Enim Semendo Darat Laut Air Sawat 1 30 4 Jambi Sarolangun Batang Asai Simpang Narso 1 18 5 Kalimantan Tengah Lamandau Belantikan Raya Benuatan 1 16 6 Kalimantan Barat Landak Air Besar Tenguwe 1 50 7 Sulawesi Selatan Luwu utara Sukamaju Lampuawa 1 64 8 Sulawesi Tenggara Konawe Utara Oheo Tadoloiyo 1 16 9 Gorontalo Gorontalo Tolangohula Polohungo 1 35 10 Nusa Tenggara Barat Sumbawa Batulanteh Tangkampulit 1 300 11 Maluku Seram bagian Barat Waysala Tahalupu 1 30 12 Papua Barat Manokwari Minyambow Mokwam 1 54 13 Papua Jayapura Ravenirara Ormu Necheibe 1 23 14 Sumatera Utara Tapanuli Selatan Saipar Dolok Hole Sigiring-Giring 1 32 TOTAL 14 715 No Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Unit Kap. kW Kegiatan Produktif 1 Sumatera Utara Nias Selatan Simuk Silina Baru 1 50 Pengelolaan Hasil Perikanan Berupa Pembuat ES dan Penyulingan Air Laut Menjadi Air Tawar 2 Kepulauan Riau Natuna Subi Kerdau 1 50 3 Bengkulu Bangkulu Utara Enggano Banjar Sari 1 50 4 Maluku Maluku Barat Daya Masela Nura 1 50 5 Papua Supiori Supiori Utara Masyai 1 50 6 Maluku Maluku Tenggara Barat Selaru Lingat 1 100 7 Papua Merauke Kimaam Kalilam 1 50 8 Sulawesi Utara Kepulauan Sangihe Kendahe Kawaluso 1 50 9 Kepulauan Talaud Nanusa Kakorotan 1 50 10 Kalimantan Timur Berau Maratua Maratua Teluk Harapan 1 50 11 Nunukan Sebatik Tengah Bukit Harapan 1 50 TOTAL 11 600 Tabel 5.50 Lokasi Desa Mandiri Energi DME berbasis Non BBN – PLTS Terpusat Tabel 5.49 Lokasi Desa Mandiri Energi DME berbasis Non BBN - PLTMH Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA • 11 lokasi PLTS skala besar. Pembangunan DME Tahun Anggaran 2014 sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah ini. Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa sawit, singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi setempat yaitu mikrohidro, angin, surya dan biomassa. Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa sawit, singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi setempat yaitu mikrohidro, angin, surya dan biomassa.

5. Jumlah sumur bor daerah sulit air.

Badan Geologi melalui Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan pada tahun anggaran 2014 telah melaksanakan kegiatan pemboran air tanah sebanyak 199 titiklokasi dari Gambar 5.37 Kegiatan Pemboran Air Tanah n bahan energi kan ensi ME sep pat, an, uhan ifat 144 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah target 200 titiklokasi hal ini disebabkan karena adanya kendala faktor Sumber Daya alam dan kendala teknis, dengan rincian lokasi kegiatan sebagai berikut: Lokasi dan jumlah Sumur Pemboran air produksi: Provinsi NAD : 7 lokasi Provinsi Sumatera Utara : 10 lokasi Provinsi Sumatera Barat : 6 lokasi Provinsi Bengkulu : 6 lokasi Provinsi Bangka Belitung : 2 lokasi Provinsi Riau : 5 lokasi Provinsi Sumatera Selatan : 5 lokasi Provinsi Jambi : 5 lokasi Provinsi Lampung : 7 lokasi Provinsi Bali : 5 lokasi Provinsi Nusa Tenggara Barat : 7 lokasi Gambar 5.38 Rumah Genset dan Penampungan Air Gambar 5.38 Peta Sebaran Lokasi Penyediaan Sarana Air Bersih Melalui Pengeboran Air Tanah Dalam di Daerah Sulit Air Tahun 2014 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Provinsi Nusa Tenggara Timur : 8 lokasi Provinsi Kalimantan Barat : 3 lokasi Provinsi Kalimantan : 4 lokasi Provinsi Kalimantan Tengah : 3 lokasi Provinsi Kalimantan Utara : 3 lokasi Provinsi Kalimantan Timur : 4 lokasi Provinsi Sulawesi Barat : 3 lokasi Provinsi Sulawesi Tengah : 2 lokasi Provinsi Sulawesi Tenggara : 4 lokasi Provinsi Gorontalo : 2 lokasi Provinsi Sulawesi Utara : 4 lokasi Provinsi Sulawesi Selatan : 5 lokasi Provinsi Papua : 6 lokasi Provinsi Banten : 4 lokasi Provinsi Jawa Barat : 19 lokasi Provinsi Jawa Tengah : 28 lokasi Provinsi DI Yogyakarta : 8 lokasi Provinsi Jawa Timur : 25 lokasi Pengeboran air tanah dalam di daerah sulit air tahun anggaran 2014 ditargetkan sebanyak 200 titik, pengeboran sumur produksi yang dapat dicapai adalah sebanyak 199 titik karena adanya kendala yang disebabkan factor kondisi alam, dari 199 titik sumur dengan hasil jumlah debit air tahun sebanyak 1.425.960 literjam, dan jumlah peruntukan 190.128 jiwa atau rata-rata setiap sumur bor mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk 960 orang sehingga meningkatnya kemudahan penyediaan sarana air bersih bagi masyarakat di daerah sulit air; 146 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mulai dikurangi tiap tahunnya seiring dengan diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG. Selain itu, pengawasan peruntukan minyak tanah terus membaik dengan adanya kartu kendali minyak tanah. Adapun dalam rangka jaminan pasokan BBM, untuk wilayah yang telah dilakukan konversi minyak tanah ke LPG, minyak tanah tetap dijual dengan harga keekonomian. Di sub sektor ketenagalistrikan, dilaksanakan pengelompokan pelanggan dimana untuk pelanggan kelompok Sosial S-1 sampai dengan S-3, Rumah Tangga R-1 dan R-2, Bisnis B-1 sampai dengan B-3 , Industri I-1 sampai dengan I-4, Pemerintah P-1 dan P-2, berlaku harga jual di bawah harga Biaya Pokok Produksi BPP, artinya hampir seluruh pelanggan listrik masih mendapatkan subsidi. Dalam rangka mengurangi beban subsidi BBM dan Listrik, ditetapkan 1 satu sasaran dalam tahun 2014, yaitu sebagai berikut: Sasaran 9. Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 3 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut: Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut: Sebagaimana diketahui subsidi energi yang terdiri dari subsidi untuk BBMLPG dan listrik masih diterapkan dalam rangka mendukung daya beli masyarakat dan aktivitas perekonomian. Besarnya subsidi BBMLPG bervariasi tiap tahunnya, tergantung dari kuantitas konsumsi dan luktuasi harga minyak. Adapun subsidi untuk LPG dimulai saat diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG tahun 2007. Dalam rangka diversiikasi energi, sejak tahun 2008 dilakukan pencampuran BBN dengan BBM dengan persentase tertentu, sebagaimana Permen ESDM No. 32 Tahun 2008 Penyediaan, Pemanfaatan Dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati Biofuel Sebagai Bahan Bakar Lain. BBN juga dicampurkan dengan BBM bersubsidi, dimana untuk BBN jenis biodiesel dicampurkan dengan minyak solar dan bioetanol dengan bensin Premium. Kebijakan subsidi BBM yang terdiri dari 3 jenis; yaitu Premium, Minyak tanah dan Solar dilaksanakan secara bertahap, dimana saat ini jumlah dan jenis BBM yang disubsidi semakin sedikit yaitu minyak tanah, bensin, premium, dan solar. Volume minyak tanah bersubsidi Tujuan V : Terwujudnya Pengurangan Beban Subsidi dan Listrik Tabel 5.51 – Indikator Kinerja Sasaran 9 – No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi 2014 Realisasi 2013 Capaian 1. Jumlah Subsidi Energi Rp Triliun 246,49 239,99 210,00 97,36 2. Jumlah subsidi : BBM Ribu KL 46.000 46.790 46.360 101,04 LPG Ribu MT 5.013 4.998 4.403 99,68 3. Jumlah subsidi Listrik Rp Triliun 85,75 80,02 89,59 93,32 – Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Gambar 5.40 Graik Realisasi Volume BBM Bersubsidi Tahun 2010 - 2014 Tabel 5.52 Subsidi Energi Tahun 2013 - 2015 – – –       148 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

1. Jumlah Subsidi Energi

Salah satu hasil akhir yang ingin dicapai oleh Kementerian ESDM adalah berkurangnya subsidi BBM dan listrik guna mengurangi beban APBN. Besarnya subsidi energi selama 4 tahun terakhir selalu melebihi target, namun pada tahun 2014 realisasi subsidi energi sebesar Rp. 239,99 triliun lebih rendah dari target sebesar 246,49 triliun atau capaiannya 97,36. Realisasi ini masih lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2013 sebesar Rp. 210 triliun atau meningkat sebesar 14,28. Besarnya subsidi energi disebabkan karena: • Pertumbuhan ekonomi dan penjualan kendaraan bermotor perkiraan penjualan sd Desember mencapai 1,2 juta unit mobil dan 7,8 juta unit motor Gaikindo • Pengetatan kuota di beberapa daerah mendapat reaksi negatif dari masyarakat dan menimbulkan panic buying. • BBM: overkuota BBM bersubsidi, kurs rupiah dan ICP yang melebihi asumsi • Listrik: penjualan listrik, kurs, ICP dan harga bahan bakar utamanya BBM melebihi asumsi APBN-P • Selain itu, terkendalanya beberapa proyek PLTU • Program penghematan energi belum berjalan dengan sempurna Meskipun subsidi energi selalu meningkat setiap tahunnya, namun hal ini dapat diimbangi dengan penerimaan negara sektor energi yang masih l ebih tinggi dibandingkan subsidi energi.

2. Jumlah Subsidi BBM

Volume Jenis BBM Tertentu tahun 2014 mengalami sedikit kenaikan dibandingkan tahun 2013. Pada tahun 2014 realisasi subsidi BBM sebesar 46,47 juta KL atau 101,72 dibandingkan target APBNP sebesar 46 juta KL, dan mengalami kenaikan sebesar 0,2 dibanding realisasi tahun 2013. – Tabel 5.53 Volume BBM Bersubsidi Tahun 2014 JENIS BBM 2014 APBN-P Realisasi Bensin Gasoline RON 88 29,43 29,63 Minyak Tanah 0,90 0,92 Minyak Solar Gas Oil 15,67 16,24 TOTAL 46,00 46,79 22,91 58,24 2,24 7,20 7,47 1,94 BENSIN GASOLINE RON 88 29,94 52,87 1,99 6,41 7,14 1,65 MINYAK SOLAR GAS OIL 19,31 0,00 14,49 15,84 20,28 30,07 MINYAK TANAH Gambar 5.40 Realisasi BBM Bersubsidi Per Wilayah Tahun 2014 Tabel 5.53 Volume BBM Bersubsidi Tahun 2014 Gambar 5.41 Realisasi BBM Bersubsidi Per Wilayah Tahun 2014 Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Sesuai Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 Tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak, terdapat tiga kategori bahan bakar minyak yaitu: a. BBM Tertentu adalah bahan bakar yang berasal danatau diolah dari Minyak Bumi danatau bahan bakar yang berasal danatau diolah dari Minyak Bumi yang telah dicampurkan dengan Bahan Bakar Nabati Biofuel sebagai Bahan Bakar Lain dengan jenis, standar dan mutu spesiikasi, harga, volume, dan konsumen tertentu dan diberikan subsidi. Solar dan Minyak Tanah b. BBM Khusus Penugasan adalah bahan bakar yang berasal danatau diolah dari Minyak Bumi dan atau bahan bakar yang berasal danatau diolah dari Minyak Bumi yang telah dicampurkan dengan Bahan Bakar Nabati Biofuel sebagai Bahan Bakar Lain dengan jenis, standar dan mutu spesiikasi tertentu, yang didistribusikan di wilayah penugasan Premium di luar Jawa-Bali dan tidak diberikan subsidi. c. BBM Umumadalah bahan bakar yang berasal dan atau diolah dari Minyak Bumi danatau bahan bakar yang berasal danatau diolah dari Minyak Bumi yang telah dicampurkan dengan Bahan Bakar Nabati Biofuel sebagai Bahan Bakar Lain dengan jenis, standar dan mutu spesiikasi tertentu diluar angka 1 dan 2 di atas dan tidak diberikan subsidi Upaya pengurangan subsidi BBM yang telah dilakukan antara lain: a. Pemberlakuan Peraturan Menteri ESDM No 34 Tahun 2014 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis BBM Tertentu yang berlaku mulai tangga 18 November 2014. Perubahan harga jual eceran BBM tertentu menjadi : • Minyak tanah kerosine sebesar Rp 2500liter • Bensin gasoline RON 88 sebesar Rp 8500 liter • Minyak Solar Gas Oil sebesar Rp 7500liter b. Pemberlakukan Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak, perubahan menjadi : • Subsidi bensin dihapus • Minyak Solar Gas oil diberikan subsidi tetap Rp 1000liter dengan harga jual eceran berluktuasi • Harga minyak tanah kerosine sebesar Rp 2500liter dengan besaran subsidi tetap seperti yang berlaku sebelumnya

3. Jumlah Subsidi LPG

Volume LPG bersubsidi merupakan salah satu asumsi makro yang besarannya ditetapkan melalui Undang- Undang APBN maupun Undang-Undang APBN-P. Sejauh ini, Pemerintah berupaya melakukan konversi – Gambar 5.42 Graik Volume LPG Tahun 2010 - 2014 150 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah minyak tanah ke LPG yang bertujuan untuk: 1. Melakukan diversiikasi pasokan energi untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM, khususnya minyak tanah untuk dialihkan ke LPG 2. Mengurangi penyalahgunaan minyak tanah bersubsidi karena LPG lebih aman dari penyalahgunaan 3. Melakukan eisiensi anggaran pemerintah karena penggunaan LPG lebih eisien dan subsidinya relatif lebih kecil daripada subsidi minyak tanah 4. Menyediakan bahan bakar yang praktis, bersih dan eisien untuk rumah tangga dan usaha mikro Sesuai dengan Perpres No 1042007 tentang tentang tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga LPG Tabung 3 Kg, maka penerima paket perdana LPG 3 kg sasaran konversi adalah: • Rumah tangga, yaitu konsumen yang mempunyai legalitas penduduk, menggunakan minyak tanah untuk memasak dalam lingkup rumah tangga dan tidak mempunyai kompor gas • Usaha mikro, yaitu konsumen dengan usaha produktif milik perorangan yang mempunyai legalitas penduduk, menggunakan minyak tanah untuk memasak dalam lingkup usaha mikro dan tidak mempunyai kompor gas Alasan penambahan volume LPG 3 Kg : 1. Pertumbuhan rumah tangga baru dan usaha mikro. Rata-rata kenaikan rumah tangga baru sebesar 2,7 juta rumah tangga baru www.bps. go.id dan rata-rata kenaikan usaha mikro sebesar 1,5 juta usaha mikro www.depkop.go.id dengan perhitungan reill dilakukan mulai bulan Januari Tabel 5.54 Realisasi LPG 3kg per Provinsi Tahun 2014 – PROVINSI JUMLAH MT PROVINSI JUMLAH MT Bali 142.893 Kalimantan Utara 1.913 Bangka – Belitung 9.211 Kepulauan Riau 36.509 Banten 265.312 Lampung 129.730 Bengkulu 28.044 Nanggroe Aces Daruss 56.718 DI Yogyakarta 82.017 Nusa Tenggara Barat 53.911 DKI Jakarta 324.927 Riau 94.163 Gorontalo 17.936 Sulawesi Barat 15.674 Jambi 41.588 Sulawesi Selatan 178.954 Jawa Barat 1.115.483 Sulawesi Tengah 6.135 Jawa Tengah 731.947 Sulawesi Tenggara 10.147 Jawa Timur 956.411 Sulawesi Utara 42.425 Kalimantan Barat 82.402 Sumatera Barat 21.222 Kalimantan Selatan 40.642 Sumatera Selatan 168.122 Kalimantan Tengah 6.194 Sumatera Utara 260.367 Kalimantan Timur 76.816 Total 4.997.814      Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Gambar 5.43 Penjelasan SIMOL3K : Jalur Distribusi LPG 3 kg Gambar 5.44 Peran SIMOL3K dan Distribusi Tertutup – – 152 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2015 dengan pemakaian rumah tangga sebesar 8 kgbulanKK dan usaha mikro sebesar 17 kg bulanUM untuk 2,7 juta KK baru dan 1,5 juta UM baru. 2. Pembagian paket perdana tahun 2014 sebanyak 776.723 paket perdana yang dilaksanakan pada akhir tahun 2014, sehingga kegiatan isi ulang LPG Tabung 3 Kg reill dilaksanakan pada tahun 2015 dengan perhitungan reill dilakukan mulai bulan Januari 2015 dengan pemakaian 8 kgbulanKK untuk 776.723 KK. 3. Rencana pembagian paket perdana tahun 2015 sebanyak 1,163,261 paket perdana yang direncanakan untuk dilaksanakan pertengahan tahun 2015, sehingga kegiatan isi ulang LPG Tabung 3 Kg reill dilaksanakan pada pertengahan tahun 2015 dengan perhitungan reill dilakukan mulai bulan Juli 2015 dengan pemakaian 8 kg bulanKK untuk 1,163,261 KK. 4. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam menggunakan LPG 3 kg 5. Peningkatan jumlah usaha mikro 6. Perubahan budaya masyarakat dalam rangka penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan. Kebijakan volume dan subsidi LPG Tabung 3 Kg: 1. Sistem Monitoring LPG Tabung 3 Kg SIMOL3K a. SIMOL3K Singkatan dari Sistem Monitoring LPG 3 Kg adalah suatu Sistem Aplikasi Komputer dengan tujuan untuk Monitoring Penyaluran LPG 3 Kg dari Agen ke Pangkalan. Sistim komputer ini berbasis sistim server Pertamina dan dirancang untuk mengintegrasikan sistem pendukung lainnya sesuai kebutuhan, seperti MySAP, MSDS, dll. b. Kegiatan SIMOL3K meliputi : • Veriikasi Pangkalan à Survai, cek langsung ke Pangkalan • Standarisasi Penomoran Pangkalan LPG • Penyiapan Sistem Aplikasi SIMOL3K • Sosialisasi dan Pelatihan kepada Agen LPG 3 kg • Penyiapan USER ID Agen LPG 3 Kg dan Akses ke aplikasi SIMOL3K • Penyiapan Logbook Pangkalan • Penyiapan Spanduk, Stiker untuk ditempatkan di Agen, Pangkalan OutletSPBU • Sablon ketentuan pengguna LPG 3 kg pada Tabung LPG 3 kg c. Perpaduan SIMOL3K supply side dengan Distribusi Tertutup demand side akan mampu mengendalikan distribusi LPG PSO. 2. Rayonisasi pendistribusian LPG 3. Penyesuaian harga patokan dan harga jual eceran LPG Tabung 3 Kg. Alasan penyesuaian harga patokan LPG Tabung 3 Kg adalah kenaikan UMP, TDL, peningkatan biaya perkapalan mengingat jangkauan distribusi yang semakin luas dan peningkatan biaya pengadaan seiring meningkatnya volume LPG Tabung 3 Kg. SEMULA : HARGA PATOKAN = HIP-LPG 3 Kg + 68,64 USDMT + 1,88 HIP-LPG 3 Kg + Rp 1.750,-kg MENJADI : HARGA PATOKAN = HIP-LPG 3 Kg + 77,70 USDMT + 2,99 HIP-LPG 3 Kg + Rp 2.301,-kg

4. Subsidi Listrik

Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 07 tahun 2010 tentang Tarif tenaga listrik yang disediakan oleh perusahaan perseroan Persero PT Perusahaan Listrik Negara, diatur mengenai tarif dasar listrik per golongan pelanggan dan tarif tenaga listrik bagi pelanggan listrik prabayar. Dimana, didalam peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini, tarif yang diberlakukan masih berada jauh dari tarif keekonomian sehingga Pemerintah terus berusaha agar tarif tenaga listrik yang disediakan memiliki nilai keekonomian. Untuk mencapai tarif tenaga listrik yang mencapai nilai keekonomian, dibutuhkan inovasi baru dalam pemberian subsidi listrik. Inovasi yang dapat dilakukan antara lain: 1. Diversiikasi penggunaan bahan bakar non BBM untuk pembangkit; 2. Pemberian Subsidi listrik bagi golongan pelanggan yang tidak mampu; 3. Mendorong penurunan Biaya Pokok Penyediaan. Untuk dapat mewujudkan subsidi listrik yang tepat sasaran dengan menentukan jenis golongan pelanggan yang seharusnya mendapatkan subsidi listrik dan memisahkan dengan pelanggan yang mampu. Kondisi saat ini, seluruh golongan pelanggan Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA mendapatkan subsidi listrik. Kedepannya nanti diharapkan subsidi listrik dapat diberikan hanya untuk golongan pelanggan yang tidak mampu. Mengenai menurunnya besaran subsidi listrik yaitu Pemerintah bersama PT PLN Persero melakukan langkah-langkah upaya penurunan Biaya Pokok Penyediaan BPP Tenaga Listrik. Tarif Tenaga Listrik TTL disesuaikan secara bertahap menuju harga keekonomian, pada Tahun 2014 diharapkan mencapai Nilai Keekonomian. Di tahun 2014, untuk pelanggan mampu akan diterapkan Automatic Tarif Adjustment. Subsidi listrik hanya diperuntukkan bagi pelanggan tidak mampu. Margin usaha PT PLN Persero diperlukan untuk investasi sarana penyediaan tenaga listrik. Sedangkan untuk meningkatkan efektiitas pemberian subsidi listrik kepada pelanggan yang tidak mampu yaitu seiring meningkatnya Biaya Pokok Penyediaan tiap tahunnya, maka subsidi listrik bagi semua golongan akan meningkat tapi kedepannya nanti pemberian subsidi listrik hanya akan diberikan kepada pelanggan yang tidak mampu sehingga bagi pelanggan mampu akan diterapkan tarif sesuai dengan harga biaya pokok penyediaannya. Dengan adanya pemberian subsidi listrik bagi pelanggan yang tidak mampu, maka subsidi dapat dikurangi dan menjadi nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat. Semenjak berlakunya kebijakan subsidi diperluas, alokasi anggaran dan realisasi subsidi listrik sangat berluktuasi dan cenderung meningkat. Akibatnya, komposisi subsidi listrik dari total subsidi dalam APBN mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab berkurangnya ruang iskal. Kenaikan harga bahan bakar yang melampaui harga normal seperti kejadian tahun 2008 mengakibatkan pembengkakan subsidi yang cukup besar sehingga menimbulkan risiko kerentanan iscal sustainability. Sedangkan untuk meningkatnya efektiitas pemberian subsidi listrik kepada pelanggan yang tidak mampu yaitu seiring meningkatnya Biaya Pokok Penyediaan tiap tahunnya, maka subsidi listrik bagi semua golongan akan meningkat tapi kedepannya nanti pemberian subsidi listrik hanya akan diberikan kepada pelanggan yang tidak mampu sehingga bagi pelanggan mampu akan diterapkan tarif sesuai dengan biaya pokok penyediaannya. Dengan adanya pemberian subsidi listrik bagi pelanggan yang tidak mampu, maka subsidi – PERTIMBANGAN EKONOMI 2010 2014 Tahun RpkWh Biaya Pokok Penyediaan 411 PERTIMBANGAN POLSOSKAM TDL KEEKONOMIAN Bantuan Dana Investasi Pemerintah 2013 2012 2011 1.038 Subsidi Subsidi 662 – Gambar 5.45 Roadmap Subsidi Listrik 2010 - 2014 154 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dapat dikurangi dan menjadi nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat. Semenjak berlakunya kebijakan subsidi diperluas, alokasi anggaran dan realisasi subsidi listrik sangat berluktuasi dan cenderung meningkat. Akibatnya, komposisi subsidi listrik dari total subsidi dalam APBN mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab berkurangnya ruang iskal. Kenaikan harga bahan bakar yang melampaui harga normal seperti kejadian tahun 2008 mengakibatkan pembengkakan subsidi yang cukup besar sehingga menimbulkan risiko kerentanan iscal sustainability. Pada tahun 2014 ini realisasi subsidi listrik sebesar Rp. 80,02 triliun lebih rendah dari target yang ditetapkan. Tahun 2014 sesuai dengan APBN-P besaran subsidi listrik direncanakan sebesar Rp 85,75 triliun atau capaiannya sebesar 93,32 Pada tahun 2014 dilaksanakan penyesuaian tarif tenaga listrik secara bertahap sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 30 Tahun 2012 tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh PT PLN Persero. Pada akhir tahun 2013 terdapat 4 empat golongan tarif yang diterapkan tarif non subsidi yaitu golongan pelanggan Rumah Tangga Besar R-3 daya 6.600 VA ke atas, golongan pelanggan Bisnis Menengah B-2 daya 6.600 VA s.d 200 kVA, golongan pelanggan Bisnis Besar B-3 daya di atas 200 kVA, dan golongan pelanggan Kantor Pemerintah Sedang P-1 daya 6.600 VA s.d 200 kVA. Untuk keempat golongan pelanggan tarif non subsidi tersebut pada tahun 2014 direncanakan akan diterapkan tarif adjustment yang dilakukan dengan mengacu pada perubahan indicator ekonomi makro yaitu Kurs, ICP dan inlasi. Subsidi listrik diberikan kepada pelanggan dengan golongan tarif yang TTL Tarif Tenaga Listrik rata- ratanya lebih rendah dari BPP Biaya Pokok Penyediaan tenaga listrik. Perhitungan subsidi saat ini berdasarkan biaya pokok penyediaannya, sementara pengendalian biaya didasarkan dibagi ke dalam allowable dan non- allowable. Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA Sekitar 60 produksi minyak Indonesia dipasok untuk dalam negeri dan dan sisanya sebesar 40 untuk ekspor. Terkait Neraca Minyak Mentah Indonesia, saat ini ekspor sebesar 399 ribu bph 61 masih lebih besar dari impor sebesar 254 ribu bph 39, atau ekspor lebih besar dari impor net exporter. Namun, jika impor BBM sebesar 418 ribu barelhari juga diperhitungkan, maka balance minyak berubah menjadi ekspor 399 ribu bph 37 dan impor 672 bph 77, sehingga impor lebih besar daripada ekspor net importer. Sehubungan dengan resesi ekonomi global, dalam konteks perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 ini masih positif, yaitu 5,5. Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh dominasi konsumsi domestik, belanja pemerintah yang lebih tinggi, investasi yang relatif konstan dan pendapatan bersih ekspor ekspor dikurangi impor yang masih positif. Guna mewujudkan Peran Penting Sektor ESDM Dalam Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor, maka dalam tahun 2014 ditetapkan 1 satu sasaran sebagai berikut: Sasaran 10. Optimalnya Ekspor dan Impor Sektor ESDM Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 4 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:

1. Jumlah ekspor minyak mentah

Produksi minyak mentah Indonesia terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan domestik, namun sebagian diekspor karena spesiikasinya tidak sesuai dengan kebutuhan kilang dalam negeri. Kilang minyak Indonesia dibangun pada saat produksi minyak Indonesia masih sekitar 1,5 juta BOPD atau di atas kapasitas kilang 1,057 juta BOPD dan masih dapat memenuhi konsumsi dalam negeri. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa produksi minyak semakin menurun dan dibawah kapasitas kilang Tujuan VI : Terwujudnya Peran penting Sektor ESDM Dalam Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor – Tujuan VI : Terwujudnya Peran Penting Sektor ESDM dalam Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi 2014 Realisasi 2013 Capaian 1. Jumlah ekspor minyak mentah Juta Barel 135 110,82 117,38 82,09 2. Jumlah ekspor gas BBTU 379.539 1.186.973 1.232.616 312

3. Jumlah impor BBM

Juta KL 42,25 32,40 32,69 76,69 4. Jumlah impor minyak mentah Juta Barel 90,04 121,93 118,33 135,42 – Tabel 5.55 Indikator Kinerja Sasaran 10 – 21.4

28.7 22.6