68
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
6. Persentase pemanfaatan produk sektor ESDM :
a. Persentase pemanfaatan hasil produksi
minyak bumi domestik yang diolah menjadi LPG, BBM dan hasil olahannya.
Terkait jaminan pasokan bahan baku minyak mentah untuk kilang BBM dalam negeri,
kendala utama dalam pencapaian indikator prosentase jaminan pasokan bahan baku
adalah bahwa secara alamiah pasokan crude dari lapangan minyak domestik terus
menurun dan penemuan cadangan baru seperti dari lapangan Banyu Urip yang
dipasok ke kilang dalam negeri belum optimal berproduksi tahun 2013 ini.
Jumlah minyak mentah domestik tidak termasuk kondensat yang masuk kilang
minyak pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 205 juta barel, dengan jumlah total
minyak mentah tidak termasuk kondensat dan bahan baku lainnya yang diolah di
kilang di sebesar 301 juta barel. Minyak mentah domestik yang digunakan antara lain
dari jenis minyak SLC Minas, Duri Widuri, dan Banyu Urip.
Sedangkan minyak mentah impor yang masuk kilang antara lain Bonny Light crude,
Azeri crude dan Escravos Light. Kilang yang dapat mengolah crude impor di
Indonesia kilang RU IV Cilacap dan kilang RU V Balikpapan, sedangkan kilang-kilang
minyak lainnya memang dari sejak awal didesain untuk hanya dapat mengoah crude
domestik. Kilang RU IV Cilacap sudah sejak awal memang didesain untuk mengolah
heavy crude yang berasal dari Timur Tengah, sedangkan kilang RU V Balikpapan semula
menggunakan crude domestik yang berasal dari sekitar Kalimantan Timur, namun
semenjak produksinya menipis, kilang RU V Balikpapan mulai dapat mengolah crude
yang ebrasal dari impor hasil blending di Terminal Lawe-lawe sehingga didapatkan
hasil blending crude yang mendekati desain awal kilang.
Tercatat peningkatan penggunaan crude impor di RU V Balikpapan yang saat ini
mencapai 45 dari kapasitas kilang 260 mbcd cukup mempengaruhi presentase
penggunaan crude domestic dan crude impor yang diolah di kilang minyak dalam
negeri. Untuk tahun ini, persentase pasokan bahan baku minyak mentah domestic yang
diolah di kilang BBM dalam negeri adalah sebesar 68 crude domestik vs crude impor
= 68 : 32. Terkait jaminan pasokan BBM dari kilang dalam negeri, dengan semakin
tingginya tingkat konsumsi BBM sementara pasokan BBM dari kilang cenderung tetap
dikarenakan tidak adanya pembangunan fasiltas kilang BBM di Indonesia semenjak
tahun 1994, maka persentase pasokan BBM dari kilang domestik hanya sebesar 51.33
dari total konsumsi BBM nasional.
b. Prosentase pemanfaatan produksi gas untuk kebutuhan domestik
Dalam penyaluran gas bumi dari produsen gas sampai kepada konsumen dalam negeri
perlu dilakukan suatu monitoring pasokan gas bumi.
Monitoring dilakukan baik melalui pipa maupun LNG melalui FSRU, yang meliputi
konsumen untuk peningkatan produksi minyak dan gas bumi, pabrik pupuk,
pembangkit listrik, industri lain, rumah tangga dan transportasi. Monitoring pasokan
gas bumi dilakukan sebagai upaya dalam mempertahankan pemenuhan kebutuhan
gas bumi dalam negeri, sehingga dapat dicarikan solusi pemecahan permasalahan
apabila terjadi hambatan dalam perjalanan pengaliran gas dari produsen kepada
konsumen. Prosentase pemanfaatan gas bumi untuk
kebutuhan dalam negeri sebesar 47,5 dari target sebesar 60 dikarenakan adanya
beberapa penambahan ekspor LNG ke pembeli Jepang disebabkan keterbatasan
infrastruktur domestik dalam negeri sehingga belum dapat menyerap gas bumi tersebut.
c. Prosentase hasil pemanfaatan batubara
Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
untuk kebutuhan domestik.
Selain peran batubara sebagai komoditi, batubara juga memiliki peran sebagai salah
satu jenis energi primer yang diprioritaskan untuk pasokan bagi kebutuhan domestik.
Pasokan batubara untuk domestik memiliki korelasi ketahanan energi nasional untuk
mendukung pembangunan nasional. Pasokan batubara untuk sumber energi
domestik perlu dipenuhi dan dijaga supaya tidak terjadi kelangkaan batubara. Domestic
Market Obligation DMO batubara adalah kewajiban pemasokan batubara untuk
kebutuhan pemakai batubara di dalam negeri. DMO batubara dikenakan kepada
badan usaha pertambangan batubara di Indonesia, dalam rangka mengamankan
penyediaan batubara dalam negeri. Dalam pelaksanaan kebijakan DMO
batubara, produsen batubara diwajibkan menjual sejumlah tertentu batubara yang
diproduksikannya ke dalam negeri, yang selanjutnya disebut sebagai kuota DMO
batubara. Penentuan besarnya kuota DMO batubara dilakukan setiap tahun
berdasarkan jumlah kebutuhan batubara dan tingkat produksi batubara pada
tahun yang bersangkutan. Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.2901.K30
MEM2013 tentang Penetapan Kebutuhan dan Persentase Minimal Penjualan untuk
Kepentingan Dalam Negeri Tahun 2014 maka untuk DMO tahun 2014 sebesar 95,5 juta
ton atau sekitar 22,68 dari total produksi batubara sebesar 421 juta ton.
d. Persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati BBN pada BBM Transportasi