viii
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
• pemanfaatan energi secara eisien di semua sektor;
• akses masyarakat terhadap energi secara adil dan
merata; •
pengembangan kemampuan teknologi, industri dan jasa energi dalam negeri agar mandiri dan
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia; •
terciptanya lapangan kerja; dan •
terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
d. Sasaran Kebijakan Energi Nasional
Sumber energi danatau sumber daya energi ditujukan untuk modal pembangunan guna sebesar-besar
kemakmuran rakyat, dengan cara mengoptimalkan pemanfaatannya bagi pembangunan ekonomi
nasional, penciptaan nilai tambah di dalam negeri dan penyerapan tenaga kerja.
Sasaran penyediaan dan pemanfaatan energi primer dan energi inal adalah sebagai berikut:
a. terpenuhinya penyediaan energi primer pada
tahun 2025 sekitar 400 MTOE, dan pada tahun 2050 sekitar 1.000 MTOE;
b. tercapainya pemanfaatan energi primer per kapita
pada tahun 2025 sekitar 1,4 TOE, dan pada tahun 2050 sekitar 3,2 TOE;
c. terpenuhinya penyediaan kapasitas pembangkit
listrik pada tahun 2025 sekitar 115 GW, dan pada tahun 2050 sekitar 430 GW;
d. tercapainya pemanfaatan listrik per kapita pada
tahun 2025 sekitar 2.500 KWh, dan pada tahun 2050 sekitar 7.000 KWh.
Untuk pemenuhan penyediaan energi dan pemanfaatan energi sebagaimana dimaksud di atas,
diperlukan pencapaian sasaran kebijakan energi nasional sebagai berikut:
a. terwujudnya paradigma baru bahwa sumber
energi merupakan modal pembangunan nasional; b.
tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 satu pada tahun 2025 yang diselaraskan dengan
target pertumbuhan ekonomi; c.
tercapainya penurunan intensitas energi inal sebesar 1 satu persen per tahun sampai dengan
tahun 2025; d.
tercapainya rasio elektriikasi sebesar 85 delapan puluh lima persen pada tahun 2015 dan
mendekati sebesar 100 seratus persen pada tahun 2020;
e. tercapainya rasio penggunaan gas rumah tangga
infrastruktur energi sesuai penetapan besaran pertumbuhan ekonomi baik pusat maupun
daerah.
b. Proyeksi Kebutuhan Energi Sampai Dengan
2050
Kebijakan Energi Nasonal KEN menuju tahun 2050 adalah kebijakan Energi yang menjabarkan
pasal 33 ayat 3 UUD’45 yang telah dituangkan di Undang Undang Energi No. 30 tahun 2007 yaitu
kebijakan untuk menuju kemandirian dan ketahanan energi nasional yang berdaulat. KEN telah disusun
berdasarkan asas kemanfaatan, rasionalitas, eisiensi berkeadilan, peningkatan nilai tambah,
keberlanjutan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan hidup, ketahanan nasional, dan
keterpaduan dengan mengutamakan kemampuan nasional. Tujuan pengelolaan energi sendiri seperti
dicantumkan pada Bab II pasal 3, diantaranya: i tercapainya kemandirian pengelolaan energi nasional,
ii terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, baik dari sumber di dalam negeri maupun di luar
negeri, untuk pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri, pemenuhan kebutuhan bahan baku industri
dalam negeri dan peningkatan devisa Negara, iii terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara
optimal, terpadu, dan berkelenjutan, iv tercapainya akses masyarakat yang tidak mampu, v tercapainya
pengembangan kemampuan industri dan jasa energi dalam negeri agar mandiri dan meningkatkan
profesionalisme sumber daya manusia, vi terciptanya lapangan kerja dan vii terjaganya kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
c. Tujuan Kebijakan Energi Nasional
Kebijakan energi nasional disusun sebagai pedoman untuk memberi arah pengelolaan energi nasional
guna mewujudkan kemandirian energi dan ketahanan energi untuk mendukung pembangunan nasional
berkelanjutan. Kemandirian energi dan ketahanan energi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
dicapai dengan berpedoman pada: •
sumber daya energi tidak dijadikan sebagai komoditas ekspor semata tetapi sebagai modal
pembangunan nasional; •
kemandirian pengelolaan energi; •
ketersediaan energi dan terpenuhinya kebutuhan sumber energi dalam negeri;
• pengelolaan sumber daya energi secara optimal,
terpadu, dan berkelanjutan;
Untuk Kesejahteraan Rakyat
Untuk mewujudkan pengelolaan energi nasional disusunlah arah dan pokok Kebijakan Energi Nasional
sampai dengan tahun 2050, dengan dua tahapan pencapaian yaitu periode sampai dengan tahun
2025 ditekankan untuk mendukung pembangunan Indonesia menjadi negara kekuatan ekonomi baru
sejalan dengan RPJPN dan periode 2025 – 2050 ditekankan untuk mencapai ketahanan energi nasional
guna mendukung pembangunan Indonesia menjadi negara maju.
Arah dan pokok Kebijakan Energi Nasional disusun dalam sepuluh bagian, yaitu:
1. Ketersediaan Energi Untuk Kebutuhan Nasional;
2. Prioritisasi Pengembangan Energi;
3. Pemanfaatan Sumber Daya Energi Nasional;
4. Cadangan Penyangga Energi Nasional;
5. Konservasi dan Diversiikasi Energi;
6. Lingkungan dan Keselamatan;
7. Harga, Subsidi dan Insentif Energi;
8. Infrastruktur, Akses Masyarakat dan Industri
Energi; 9.
Penelitian dan Pengembangan Energi; 10. Kelembagaan dan Pendanaan;
I.3 Kinerja Sektor ESDM
Kinerja sektor ESDM secara umum dapat dinilai dari capaian indikator kinerja sektor ESDM yang mencakup
pada tahun 2015 sebesar 85 delapan puluh lima persen;
f. tercapainya bauran energi primer yang optimal;
g. pada tahun 2025 peran energi baru dan energi
terbarukan paling sedikit 23 dua puluh tiga persen, dan pada tahun 2050 paling sedikit 31 tiga
puluh satu persen sepanjang keekonomiannya terpenuhi;
h. pada tahun 2025 peran minyak bumi kurang dari
25 dua puluh lima persen, dan pada tahun 2050 menjadi kurang dari 20 dua puluh persen;
i. pada tahun 2025 peran batubara minimal 30 tiga
puluh persen, dan pada tahun 2050 minimal 25 dua puluh lima persen;
j. pada tahun 2025 peran gas bumi minimal 22 dua
puluh dua persen, dan pada tahun 2050 minimal 24 dua puluh empat persen.
e. Arah Kebijakan Energi Nasional
Arah Kebijakan Energi Nasional adalah dengan menekan laju konsumsi energi nasional sehingga pada
tahun 2025, konsumsi dapat ditekan sebesar 33,85 dari skenario business as usual BAU atau menurun
dari 5.100 SBM menjadi 3.200 SBM. Bauran energi juga diubah dengan lebih mengutamakan
peranan energi baru terbarukan dan menurunkan ketergantungan akan energi fosil. Peranan energi baru
terbarukan akan ditingkatkan hingga mencapai 23.
Gambar 02 – Arah Kebijakan Energi s.d. 2025
RINGKASAN EK SEK
UTIF
x
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
nasional. Sebagai sumber penerimaan negara, sektor ESDM tiap tahunnya memberikan kontribusi
setidaknya 30 terhadap penerimaan negara. Minyak dan gas bumi masih merupakan penghasil penerimaan
negara terbesar. Pada tahun 80-an, komoditi migas merupakan sumber utama bagi penerimaan negara,
dimana kontribusinya bahkan mencapai lebih dari 70. Penerimaan dan kontribusi migas terhadap APBN
tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat produksi dan harga minyak. Sejak pertengahan tahun 90-an produksi
minyak bumi, yang merupakan energi habis pakai, mulai menurun.
Namun demikian, seiring dengan optimisme dan kerja keras, meskipun produksi minyak nasional relatif
menurun, realisasi penerimaan migas selalu melebihi dari target yang ditetapkan setiap tahunnya. Dengan
proporsi produksi migas yang selalu jauh lebih besar dibandingkan dengan komoditi lainnya di sektor
ESDM, maka realisasi total penerimaan sektor ESDM juga selalu lebih tinggi dari targetnya.
Graik di atas menunjukkan bahwa trend realisasi penerimaan sektor ESDM dalam 4 tahun terakhir
mengalami pertumbuhan positif . Hal ini menunjukkan bukti bahwa sektor ESDM masih mempunyai peran
yang besar dalam penerimaan APBN dimana Minyak dan gas bumi masih merupakan komoditi primadona.
Pada tahun 2014, penerimaan migas sebesar 89,5 antara lain: pasokan energi dan mineral, penerimaan
sektor ESDM, investasi, Subsidi, dan pembangunan daerah. Selain itu, capaian kinerja sektor ESDM juga
dapat terlihat dari kegiatan atau capaian-capaian pembangunan yang berhasil dilaksanakan selama
tahun berjalan seperti pembangunan infrastruktur, penandatangangan kontrak-kontrak ESDM,
penyelesaian permasalahan, dan prestasi-prestasi kinerja strategis lainnya.
Laporan Kinerja KESDM Tahun 2014 merupakan tahun terakhir dari pelaksanaan Rencana Strategis KESDM
Tahun 2010-2014, oleh sebab itu disamping melaporkan perbandingan antara capaian kinerja performance
results dengan Rencana Kinerja Performance Plan Tahun 2014, dalam Laporan Kinerja Tahun 2014 ini juga
berisi perbandingan capaian kinerja dengan periode sebelumnya.
Pada Tahun 2014 ini, telah dilaksanakan berbagai upaya dalam rangka pelaksanaan kebijakan ESDM. Hasil‐hasil
capaian strategis dari berbagai kegiatan Kementerian ESDM selama kurun waktu tersebut diuraikan, sebagai
berikut:
Penggerak Perekonomian Nasional
Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral masih menjadi sumber penggerak utama roda perekonomian
278.4 301.6 305.6 320.3
2011 2012
2013 2014
107.3 122.2
140.4 35.4
2011 2012
2013 2014
0.43 0.74
0.87 0.75
2011 2012
2013 2014
1.89 0.87
0.99 1.10
2011 2012
2013 2014
1 MIGAS
2 MINERBA
4 Lain-lain
3 EBT
388.0 425.4
447.9 357.5
2011 2012
2013 2014
5 TOTAL
Rp Triliun
Gambar 0.3 Penerimaan Negara Sektor ESDM Tahun 2011 - 2014
Untuk Kesejahteraan Rakyat
Dari sisi jumlah, subsidi BBM dari target 46 ribu KL teralisasi 46,79 ribu KL, atau lebih tinggi 1,04 dari
target. Untuk LPG dari target 5.013 ribu MT terealisasi 4.997 atau mencapai 99,68 dari target.
Untuk subsidi listrik, realisasi tahun 2013 sebesar Rp 89,6 triliun lebih tinggi dari target Rp 87,2 triliun.
Namun apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2012 yang sebesar Rp. 100,2 triliun. Hal ini disebabkan
adanya kenaikan kenaikan tarif dasar listrik yang dapat menekan jumlah subsidi.
dari total penerimaan sektor ESDM atau Rp320,25 triliun berasal dari penerimaan migas, dan selebihnya
Rp35,4 triliun dari pertambangan umum 9,9, Rp0,75 triliun dari panas bumi 0,2, dan Rp1,1 triliun dari
penerimaan lainnya 0,3. Nilai investasi sektor ESDM secara relatif meningkat.
Realisasi investasi pada tahun 2014 sebesar US 33,06 miliar meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar
US 27,82 miliar. Walaupun realisasi investasi meningkat dibandingkan tahun 2013, namun bila dibandingkan
dengan target pada tahun 2014 masih belum tercapai. Tidak tercapainya target investasi tahun 2014 antara
lain disebabkan karena beberapa kegiatan operasi sektor ESDM mengalami kendala baik teknis maupun
administrasi.
Berkurangnya Subsidi Energi Sehingga Mengurangi Beban APBN
Salah satu hasil akhir yang ingin dicapai oleh Kementerian ESDM adalah berkurangnya subsidi BBM
dan listrik guna mengurangi beban APBN. Pada tahun 2014 realisasi subsidi energi sebesar Rp 239,99 triliun
dibawah target yang sebesar Rp. 246,49 triliun. Hal ini disebabkan adanya kenaikan harga BBM yang dapat
menekan jumlah subsidi.
Gambar 0.4 Investasi Sektor ESDM Tahun 2011 - 2014
Gambar 0.5 Subsidi Energi 2011 - 2014 5.0
5.6 4.3
4.3
2011 2012
2013 2014
18.7 19.6
15.0 20.7
2011 2012
2013 2014
0.10 0.31
3.34 0.61
2011 2012
2013 2014
3.41 4.26
5.13 7.43
2011 2012
2013 2014
1 LISTRIK
2 MIGAS
4 MINERBA
3 EBT
27.2 29.8
27.8 33.1
2011 2012
2013 2014
5 TOTAL
U Billion
ngin DM
BM ban
lisasi 239,99
sar kan
ang dari
ribu
RINGKASAN EK SEK
UTIF
xii
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
tersebut, dilakukan upaya antara lain pembangunan pembangkit listrik dengan program 10.000 MW tahap
I, 10.000 MW tahap II dan IPP. Kapasitas terpasang pembangkit listrik tahun 2014
ditargetkan sebesar 48.635 MW. Pada realisasinya, kapasitas terpasang pembangkit tahun 2014 mencapai
48.274,6 MW atau 99,26 terhadap target tahun 2014. Pada tahun 2014 ini produksi mineral relatif baik yaitu
mencapai 586,3 Juta ton, capaian ini lebih rendah dari jumlah produksi mineral yang ditargetkan yaitu
sebesar 825,5 Juta atau capaian kinerja sebesar 71,02. Sebaliknya dengan produksi batubara, Pertumbuhan
produksi batubara selama 5 lima tahun terakhir menunjukkan tren yang positif setiap tahunnya, hal
ini menunjukkan bahwa batubara juga mempunyai peranan penting dalam rangka meningkatkan
perekonomian nasional, karena secara langsung juga meningkatkan penerimaan Negara. Pada tahun 2014
ini Produksi batubara pada ditargetkan sebesar 421 juta ton. Pada realisasinya, produksi batubara tahun 2014
mencapai 458 juta ton atau capaian kinerja sebesar 108,79 terhadap target tahun 2014.
Pembangunan Daerah
Disamping sebagai kontributor penting terhadap penerimaan nasional, sektor ESDM juga turut
mendukung pembangunan daerah, beberapa
Penjamin Sumber Pasokan Energi
Untuk mendukung peningkatan kebutuhan energi nasional yang terus bertumbuh maka dibutuhkan
adanya peningkatan produksi energi dan sumber daya mineral secara berkelanjutan. Produksi minyak sejak
tahun 2011 terus menurun dengan decline rate sekitar 3 persen per tahun. Pada tahun 2014, produksi minyak
terus menurun mencapai sebesar 794 ribu barel per hari. Sedangkan produksi gas bumi pada tahun 2014
sebesar 1.221 ribu BOEPD. Meskipun demikian, kemampuan produksi gas bumi
ini belum dapat memenuhi kebutuhan gas bumi yang terus meningkat. Upaya pengembangan lapangan gas
baru cenderung menemukan cadangan yang mengecil pada mayoritas temuan lapangan gas. Sementara,
upaya pengembangan infrastruktur gas bumi masih sangat terbatas.
Terkait dengan energi domestik, permintaan kebutuhan energi listrik meningkat tiap tahunnya. Kebutuhan
listrik selalu melebihi dari kapasitas terpasang yang ada. Krisis ekonomi 19981999, memiliki dampak
sangat luas bagi pembangunan ketenagalistrikan. Krisis tersebut, menyebabkan tidak adanya investasi
yang masuk dan pertumbuhan kapasitas pembangkit terhambat. Bahkan proyek-proyek IPP pun menjadi
terhenti. Untuk mengejar pertumbuhan kebutuhan
1,508 1,455
1,441 1,221
902 860
825 794
2011 2012
2013 2014
Minyak Bumi Gas Bumi
Minyak Bumi
61 Gas
Bumi 39
2014 Rp Triliun
Gambar 0.6 Produksi Minyak dan Gas Bumi Tahun 2011 - 2014
Untuk Kesejahteraan Rakyat
dan biomassa. Target Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN dan Non BBN pada tahun ini 2014
sebanyak 50 DME, realisasi sebanyak 54 DME atau capaian 108. Realisasi tersebut diperoleh dari 29
berbasis BBN dan 25 berbasis Non BBN. 3.
Jumlah sumur bor daerah sulit air. Program pembangunan daerah lainnya, yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat adalah program penyediaan air bersih melalui pemboran
air tanah dalam di daerah sulit air. Program tersebut dilakukan sejak tahun 1995 melalui
pendanaan dari APBN. Sejak dimulainya program pengeboran air tanah tersebut, lebih dari satu juta
jiwa telah menikmati ketersediaan air bersih ini. Pada tahun 2014 Kementerian ESDM menargetkan
sebanyak 200 titiklokasi titik bor yang dapat direalisasikan 199 titik atau capaian 99,5, dengan
hasil jumlah debit airtahun 1.425.960 literjam, dan jumlah peruntukan 190.128 jiwa atau rata-rata setiap
sumur bor mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk 960 orang.
Meningkatnya Kemampuan Pemanfaatan Energi Terbarukan
Ketergantungan terhadap kebutuhan energi dari waktu ke waktu mengalami peningkatan, sedangkan
kemampuan ketersediaan sumberdaya energi diantaranya adalah program listrik pedesaan, program
Desa Mandiri Energi DME dan penyediaan air bersih pemboran air tanah.
Capaian kinerja pendukung pembangunan daerah adalah sebagai berikut:
1. Program Listrik Pedesaan
Pembangunan daerah juga dilakukan melalui program listrik perdesaan lisdes, yaitu melalui
pembangunan Gardu Distribusi dan Jaringan Distribusi. Pada tahun 2014, realisasi pembangunan
jaringan distribusi dapat melampaui dari target yang ditetapkan yaitu 9.542,62 kms atau 142
dari target sebesar 6.713,93 kms. Demikian pula dengan pembangunan gardu distribusi, di tahun
2014 realisasi juga melebihi target, yaitu sebesar 180,93 MVA atau 121 dari target sebesar 148,89
MVA. 2.
Desa Mandiri Energi Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN
menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa sawit, singkong dan tebu. Sedangkan DME
berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi setempat yaitu mikrohidro, angin, surya dan
biomassa. Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN menggunakan bahan baku energi jarak pagar,
kelapa sawit, singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber
energi setempat yaitu mikrohidro, angin, surya
Gambar 0.7 Realisasi Produksi Ekspo DMO Batubara Tahun 2011 - 2014 353.0
287.0 66.0
407.0 340.0
67.0 421.0
349.0 72.0
458.0 382.0
76.0
Produksi Ekspor
DMO
2011 2012
2013 2014
2011 2012
2013 2014
+30 +33
Rp Triliun
+15
RINGKASAN EK SEK
UTIF
xiv
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Untuk menghasilkan produk yang tidak kalah bersaing baik dalam segi kompetensi, mutu, harga dan jangka
waktu penyerahan barangperalatan, maka dapat mengikuti perkembangan kemajuan teknologi di
bidang pertambangan. Penggunaan barang dan jasa dalam negeri ditujukan
untuk menekan biaya produksi dan menumbuhkan ekonomi lokal, Dengan meningkatkan pengunaan
barang dan jasa dalam negeri diharapkan industri pertambangan akan lebih banyak dapat menampung
tenaga kerja. Salah satu cara yang dilakukan dalam meningkatkan
pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri, Ditjen Minerba menghimbau agar instansi terkait yang
membawahi langsung pembinaan industri produksi dalam negeri dapat menjalin kerjasama yang baik dalam
upaya peningkatan volume dan jenis produksi dalam negeri yang dipasok kedalam industri pertambangan
di Indonesia. Pencapaian kinerja Tahun 2014 mengenai Persentase
pemanfaatan barang dalam negeri untuk sub sektor migas mencapai 54 dan untuk sub sektor mineral dan
batubara sebesar 76,7.
Kemampuan Pengungkapan dan Pemanfaatan Potensi ESDM
Kegiatan eskplorasi dan eksploitasi ESDM bukanlah pekerjaan yang mudah sebab umumnya potensi di
sektor ini berada di dalam perut bumi. Oleh sebab itu, dituntut kemampuan penguasaan teknologi
yang tinggi. Terkait dengan hal ini maka pemerintah konvensional dari waktu ke waktu mengalami
penurunan akibat ekploitasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Menimbang bahwa cadangan sumber daya energi tak terbarukan yang terbatas, maka perlu adanya kegiatan
diversiikasi atau penganekaragaman sumber daya energi agar ketersediaan energi terjamin. Diversiikasi
energi dilakukan melalui upaya pemanfaatan energi baru terbarukan EBT, seperti panas bumi, tenaga
air, energi surya, energi angin, biomassa, dan energi nuklir. Dengan memanfaatkan EBT, ketergantungan
akan penggunaan bahan bakar fosil di dalam sistem penyediaan energi nasional dapat menurun. Selain
itu, isu pemanasan global yang dikaitkan dengan penggunaan bahan bakar fosil merupakan salah satu
alasan untuk menurunkan tingkat konsumsi bahan bakar fosil.
Pada tahun 2014, lokasi pembangunan infrastruktur bidang energi baru terbarukan semakin meningkat
sebanyak 124 lokasi, dengan rincian jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang panas bumi 2
lokasi, bidang digester biogas 21 lokasi, bidang PLTMH 14 lokasi, dan bidang PLTS Terpusat 87 lokasi.
Pemberdayaan Kapasitas Nasional
Terwujudnya pemberdayaan nasional salah satu indikator kinerjanya adalah penggunaan kandungan
lokal produk dalam negeri. Penggunaan produksi dalam negeri untuk menggantikan barang impor tidak
bisa dilakukan sekaligus, namun perlu dilakukan upaya terus-menerus sejak sekarang agar target pencapaian
kandungan lokal secara maksimum dapat dicapai.
Tabel 0.1 Jumlah Lokasi pembangunan Infrastruktur Energi terbarukan
Pemberdayaan Kapasitas Nasional No
Indikator Jumlah Lokasi
1. Jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang Panas Bumi
2 2.
Jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang Digester Biogas 21
3. Jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang PLTMH
14 4.
Jumlah lokasi pembangunan infrastruktur bidang PLTS Terpusat 87
Jumlah Lokasi Fasilitas 124
Untuk Kesejahteraan Rakyat
melalui berbagai indikator kinerja sebagaimana yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Pengaturan dan Pengawasan Penyediaan dan Pendistribusian BBM dan Gas Bumi Melalui Pipa
Sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Undang Undang Minyak dan Gas Bumi dan Peraturan
Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang tugas pokok dan fungsi Badan Pengatur Penyediaan dan
Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa BPH
Migas, adalah melakukan pengawasan terhadap
Usaha Niaga Umum dan terbatas pemegang izin usaha penyediaan dan pendistribusian BBM Non PSO
terealisasi 101 badan usaha dari target sebanyak 75 badan usaha.
Terwujudnya Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik dan Peningkatan Kualitas SDM
Salah satu komitmen utama pemerintah yang dituangkan dalam RPJM 2004-2009 adalah perwujudan
pemerintahan yang baik Good Governance. Keberhasilan hal ini dapat digambarkan melalui
berusaha untuk meningkatkan kemampuan pengungkapan dan pemanfaatan potensi ESDM guna
meningkatkan jumlah produksi yang akhirnya akan menjamin ketersediaan pasokan ESDM dalam negeri
secara berkesinambungan. Selanjutnya, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi ESDM
harus didukung dengan penyediaan basis data yang baik misalnya berupa data usulan WKP, peta geologi,
data dan informasi mitigasi, produk penelitian dan pengembangan misalnya berupa paten dan hak
cipta, makalah dan pilot plant serta demo plant. Oleh sebab itu, capaian kinerja sasaran ini juga digambarkan
pelaksanaan penyediaan dan distribusi Bahan Bakar Minyak dan pengangkutan Gas Bumi melalui pipa,
dalam suatu pengaturan agar ketersediaan dan distribusi BBM yang ditetapkan Pemerintah dapat
terjamin di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta meningkatkan pemanfaatan Gas Bumi
di dalam negeri. Pada tahun 2014 jumlah Badan Usaha yang
mendapatkan Nomor Registrasi Usaha NRU dari BPH Migas sebanyak 51 badan usaha dari target 15 badan
usaha atau capaian 340. Dan untuk jumlah Badan
Tabel 0.2 Indikator Kinerja Pengungkapan Pemanfaatan Potensi ESDM
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1.
Jumlah peta geologi yang dihasilkan Peta
820 595
72,5
2.
Jumlah wilayah keprospekan, potensi, dan status sumber daya geologi panas bumi,
batubara, Shale Gas, Bitumen padat, dan mineral
Lokasi 80
82 102,5
3.
Jumlah gunung api yang dipantau untuk kegiatan gunung api aktif tipe A dari Pos
Pengamatan Gunung Api Gunung Api
70 70
100
4.
Jumlah usulan Paten, Hak Cipta, dan litbang inovasi
Usulan Paten Hak Cipta
20 26
130
5.
Jumlah makalah ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi
Makalah 67
98 146,3
6.
Jumlah Pilot PlantDemo Plant atau Rancang BangunFormula
Pilot Plant Prototype
Demo Plant 21
24 100,8
RINGKASAN EK SEK
UTIF
xvi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
diantara sasaran strategis tersebut memperoleh nilai capaian lebih dari 100 persen. Namun demikian, masih
terdapat beberapa IKU yang masih belum mencapai target yang ditentukan. Kedepannya Kementerian
ESDM akan senantiasa terus berupaya dan bekerja lebih keras lagi untuk menyempurnakan langkah-
langkah strategis melalui penajaman berbagai program dan kegiatan, sehingga hasil pembangunan sektor
ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu, guna menciptakan
birokrasi yang efesien dan efektif, Kementerian ESDM berkomitmen untuk melaksanakan reformasi birokrasi
secara komprehensif. berbagai indikator antara lain dalam pengelolaan
keuangan negara, jumlah rancangan peraturan perundang-undangan sektor ESDM yang diselesaikan,
dan jumlah unit Eselon I yang akuntabilitasnya meningkat. Sedangkan untuk peningkatan kualitas SDM
indikatornya antara lain jumlah SDM yang ditingkatkan kemampuannya dan jumlah penyelenggaraan diklat
dalam setahun. Berikut adalah capaian kinerja dari indikator tersebut.
Berdasarkan evaluasi internal atas Laporan Kinerja KESDM dapat disimpulkan secara umum pencapaian
sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam tahun 2014 telah sesuai dengan yang ditargetkan, bahkan
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1. Opini BPK terhadap laporan keuangan
KESDM Jenis Opini
WTP WTP
100 2.
Jumlah rancangan peraturan perUUan sektor ESDM yang diselesaikan
Rancangan 25
53 212
3. Jumlah unit eselon I yang akuntabilitas
kinerjanya meningkat Unit
2 8
400 4.
Jumlah unit eselon I yang telah melaksanakan Diagnostic Assesment
terhadap unsur SPIP Unit
2 8
400
5. Jumlah SDM yang ditingkatkan
kemampuannya Orang
3.202 3.704
115,6 6.
Jumlah penyelenggaraan diklat dalam setahun
Diklat 512
659 128,7
Tabel 0.3 – Indikator Kinerja Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Peningkatatn Kualitas SDM
Untuk Kesejahteraan Rakyat
KATA PENGANTAR PEJABAT ESELON I DI LINGKUNGAN KESDM
RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Nasional 1.2.
Peran dan Posisi Kementerian ESDM Sebagai Regulator 1.3.
Tugas dan Fungsi KESDM
BAB II RPJM 2010 – 2014 2.1.
Kondisi Umum 2.2.
Visi dan Misi Pembangunan Nasional 2.3.
Prioritas, Sasaran dan Arah Kebijakan Pembangunan Nasional 2.4.
Peran Sektor ESDM dalam RPJMN 2010 - 2014 2.5.
Strategi dan Arah Kebijakan
BAB III PERENCANAAN STRATEGIS 3.1.
Visi dan Misi 3.2.
Tujuan dan Sasaran Strategis 3.3.
Indikator Kinerja Utama
BAB IV RENCANA KINERJA 4.1.
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014 4.2.
Kebijakan dan Strategi Tahun 2014 4.3.
Rencana Kinerja Tahun 2014
BAB V AKUNTABILITAS KINERJA 5.1.
Gambaran Umum Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2013 5.2.
Capaian Indikator Kinerja Utama 5.3.
Capaian Kinerja Tujuan Strategis 5.4.
Capaian Kinerja Sasaran Penunjang 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8.
9.
10.
11.
i iii
v xvii
xix xxiii
1 2
3 5
9 10
11 12
14 17
19 20
21 26
37 38
41 46
51 52
52 80
173
DAFTAR ISI
D AFT
AR ISI
xviii
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
BAB VI PENUTUP 6.1.
Capaian Kinerja Utama 6.2.
Capaian Kinerja Sasaran Strategis 6.3.
Komitmen Langkah Perbaikan ke Depan
LAMPIRAN:
1. Penetapan Kinerja Tahun 2014
2. Pengukuran Kinerja Tahun 2014
229 233
233 237
239 239
249
12.
13.
Untuk Kesejahteraan Rakyat
Tabel 0.1. Jumlah Lokasi pembangunan Infrastruktur Energi terbarukan
Tabel 0.2. Indikator Kinerja Pengungkapan Pemanfaatan Potensi ESDM
Tabel 0.3. Indikator Kinerja Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Peningkatan
Kualitas SDM
Tabel 1.1. Jumlah Pegawai Negeri Sipil KESDM Tahun 2014
Tabel 1.2. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Kementerian ESDM Tahun 2014 Menurut
Tingkat Pendidikan
Tabel 2.1. Sasaran Pembangunan Nasional Sektor ESDM
Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja
Tabel 3.2. Indikator Kinerja Utama
Tabel 4.1. Tujuan 1: Terjaminnya pasokan energi dan bahan baku domestik
Tabel 4.2. Tujuan 2: Meningkatnya investasi sektor ESDM
Tabel 4.3. Tujuan 3: Terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam penerimaan
Negara Tabel 4.4.
Tujuan 4: Terwujudnya peningkatan peran sektor ESDM dalam Pembangunan daerah
Tabel 4.5. Tujuan 5: Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan
Listrik Tabel 4.6.
Tujuan 6: Peningkatan peran penting sektor ESDM dalam peningkatan Surplus neraca perdagangan dengan mengurangi impor
Tabel 4.7. Tujuan 7: Terwujudnya peningkatan efek berantaiketenagakerjaan
Tabel 5.1. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2014
Tabel 5.2. Perbandingan Jumlah WKP Panas Bumi yang Telah Ditetapkan per
Tahun Tabel 5.3.
Realisasi Produksi Uap Panas Bumi Tahun 2014 Tabel 5.4.
Perbandingan Realisasi Produksi Uap Panas Bumi Tahun 2010-2014 Tabel 5.5.
Perbandingan Realisasi Produksi Biodiesel Tahun 2010-2014 Tabel 5.6.
Perbandingan Realisasi Produksi Biogas Tahun 2010-2014 Tabel 5.7.
Realisasi Rasio Elektriikasi 2010 – 2014 Tabel 5.8.
Perbandingan Realisasi Desa Mandiri Energi 2009-2014 Usulan WKP Panas Bumi Tahun 2014
Daftar Usulan Rekomendasi Wilayah Kerja CBM Usulan WIUP Batubara Tahun 2014
Usulan WIUP Mineral Logam dan Bukan Logam Tahun 2014 Tabel 5.9.
Indikator Kinerja Sasaran 1
xiv xv
xvi 8
8 16
27 34
46 47
48 48
48 48
49 55
59 62
63 64
65 69
73 74
74 75
75 81
DAFTAR TABEL
D AFT
AR ISI
xx
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Tabel 5.10. Prognosa dan Realisasi Minyak Bumi Tahun 2010 - 2014
Tabel 5.11. Lifting Minyak Bumi Tahun 2014 Des’13 – Nov’14
Tabel 5.12. Prognosa dan Realisasi Gas Bumi Tahun 2010 - 2014
Tabel 5.13. Lifting Gas Bumi Tahun 2014 Des’13 – Nov’14
Tabel 5.14. DMO Tahun 2014 sesuai Kepmen ESDM No.2901.K30MEM2013
Tabel 5.15. Daftar Badan Usaha Pengolahan Hasil Olahan
Tabel 5.16. Time Schedule Pembangunan Kilang Mini
Tabel 5.17. Indikator Kinerja Sasaran 2
Tabel 5.18. Indikator Kinerja Sasaran 3
Tabel 5.19. Perbandingan Realisasi Kapasitas Terpasang PLTPTahun 2010 s.d 2014
Tabel 5.20. Kapasitas Terpasang PLT Biomassa Tahun 2014
Tabel 5.21. Perbandingan Kapasitas Terpasang PLTMH Tahun 2010 s.d 2014
Tabel 5.22. Perbandingan Kapasitas Terpasang PLTS Tahun 2010 s.d 2014
Tabel 5.23. Indikator Sasaran 4
Tabel 5.24. Pembangunan Jaringan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga Tahun 2014
Tabel 5.25. Kapasitas Terpasang Pembangkit Tenaga Listrik PLN dan IPP Per-Pulau
Tabel 5.26. Perbandingan Realisasi Kapasitas Terpasang PLTP Tahun 2010 s.d 2014
Tabel 5.27. Jumlah Lokasi Pembangunan Infrastruktur EBT
Tabel 5.28. Perbandingan Pembangunan Infrastruktur Bidang Panas Bumi Tahun
2010 s.d 2014 Tabel 5.29
Perbandingan pembangunan infrastruktur bidang Digester Biogas dari tahun 2010 - 2014
Tabel 5.30. Pembangunan Infrastruktur Bidang Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro PLTMH
Tabel 5.31. Perbandingan Lokasi Pembangunan Infrastruktur Bidang PLTMH
Tahun 2010 – 2014 Tabel 5.32.
Perbandingan Lokasi Pembangunan Infrastruktur Bidang PLTS Tahun 2010 – 2014
Tabel 5.33. Indikator Kinerja Sasaran 5
Tabel 5.34. Indikator Kinerja Sasaran 6
Tabel 5.35. Tabel 5.35 Realisasi Nilai Investasi Periode Tahun 2010 – 2014
Tabel 5.36. Investasi Sub Sektor EBT Tahun 2014
Tabel 5.37. Indikator Kinerja Sasaran 7
Tabel 5.38. Penerimaan Negara Sub Sektor Migas Tahun 2014
Tabel 5.39. Perkembangan penerimaan negara subsektor migas
tahun 2010 – 2014 Tabel 5.40.
Realisasi PNBP Sub Sektor Minerba 2009-2014 Tabel 5.41.
Indikator Kinerja Sasaran 8 Tabel 5.42.
Realisasi Dana Bagi Hasil Periode 2010-2014 Tabel 5.43.
Realisasi Dana Community Development Comdev 2009-2014
81 82
83 84
87 91
93 95
97 98
99 100
100 100
103 105
106 106
107 108
108 109
110 113
117 122
123 124
124 125
128 130
133
Untuk Kesejahteraan Rakyat
Tabel 5.44. Realisasi CSR Subsektor Ketenagalistrikan Tahun 2014
Tabel 5.45. Pelaksana CSR Subsektor Ketenagalistrikan Tahun 2014
Tabel 5.46 Realisasi Jaringan Distribusi, Gardu Distribusi, serta Program Instalasi
Listrik Gratis Kepada Nelayan dan Rakyat Tidak Mampu tahun 2014 Tabel 5.47.
Perbandingan Realisasi Desa Mandiri Energi 2009-2014 Tabel 5.48.
Lokasi Desa Mandiri Energi DME berbasis BBN Tabel 5.49.
Lokasi Desa Mandiri Energi DME berbasis Non BBN - PLTMH Tabel 5.50.
Lokasi Desa Mandiri Energi DME berbasis Non BBN – PLTS Terpusat Tabel 5.51.
Indikator Kinerja Sasaran 9 Tabel 5.52.
Subsidi Energi Tahun 2013 - 2015 Tabel 5.53.
Volume BBM Bersubsidi Tahun 2014 Tabel 5.54.
Realisasi LPG 3kg per Provinsi Tahun 2014 Tabel 5.55.
Indikator Kinerja Sasaran 10 Tabel 5.56.
IIndikator Kinerja Sasaran 11 Tabel 5.57.
Tenaga Kerja Nasional Sub Sektor Migas Tahun 2010 - 2014 Tabel 5.58.
Indikator Kinerja Sasaran 12 Tabel 5.59.
Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing TKA Sub Sektor Migas Tabel 5.60.
Jumlah Tenaga Kerja Pada Perusahaan Pertambangan Tahun 2010 - 2014
Tabel 5.61. Pengendalian Impor Barang Operasi Perminyakan Tahun 2012 - 2014
Tabel 5.62. Realisasi Masterlist KK dan PKP24 Periode Tahun 2010-2014
Tabel 5.63. Indikator Kinerja Sasaran 13
Tabel 5.64. Indikator Kinerja Sasaran 14
Tabel 5.65. Program Prioritas Nasional KESDM
Tabel 5.66. Indikator Kinerja Sasaran 1 Penunjang
Tabel 5.67. Realisasi Anggaran Tahun 2014
Tabel 5.68. Program Prioritas Nasional KESDM
Tabel 5.69. Program Prioritas Nasional KESDM
Tabel 5.70. Indikator Kinerja Sasaran 2 Penunjang
Tabel 5.71. Nilai Evaluasi LAKIP pada Eselon I di Lingkungan KESDM
Tabel 5.72. Indikator Kinerja Sasaran 3 Penunjang
Tabel 5.73. Indikator Kinerja Sasaran 4 Penunjang
Tabel 5.74. Capaian Kinerja Pengungkapan Sumber Daya Geologi Tahun 2014
Status Potensi Panas Bumi Tahun 2014 Awal Desember Tabel 5.75.
Perkembangan Status Potensi Energi Panas Bumi Tahun 2010 – 2014 Tabel 5.76.
Rekapitulasi Status Neraca Sumber Daya dan Cadangan Tabel 5.77.
Mineral Logam Strategis Tahun 2014 Tabel 5.78.
Tabel Capaian Hasil PenyelidikanPenelitian Konservasi Sumber Daya Geologi
2014 Tabel 5.79.
Data Pemetaan Geologi Gunung api
135 136
137 140
141 142
142 146
147 143
150 155
156 159
162 262
162 163
164 166
167 168
173 174
175 177
178 179
182 185
193 195
196 200
202 204
206
D AFT
AR ISI
xxii
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Tabel 5.80. Data Pemetaan KRB Gunung api
Tabel 5.81. Indikator Kinerja Sasaran 5 Penunjang
Tabel 5.82. Penyelenggaraan Diklat Berdasarkan Bidang Diklat Tahun 2014
Tabel 5.83. Peserta Diklat Berdasarkan Bidang Diklat Tahun 2014
Tabel 5.84. Diklat Hemat Listrik dan Air Tahun 2014
Tabel 5.85. Diklat Pengawasan dan Perizinan Tambang Tahun 2014
Tabel 5.86. Diklat Pengembangan Tambang Bawah Tanah Tahun 2014
Tabel 5.87. Diklat Pengawasan Ketenagalistrikan Tahun 2014
Tabel 5.88. Diklat Penunjang Kebijakan KEBTKE Tahun 2014
Tabel 5.89. Diklat Peningkatan Produksi Migas Tahun 2014
Tabel 5.90. Diklat Pendukung Kebijakan Konversi BBM ke BBG Tahun 2014
Tabel 5.91. Diklat Mitigasi Bencana Geologi Tahun 2014
Tabel 5.92. Diklat Unggulan Geologi Tahun 2014
Tabel 5.93. Diklat Berdasarkan Pengembangan Ekonomi Wilayah Strategis
Tahun 2014
Tabel 5.94. Diklat Responsif Gender Tahun 2014
Tabel 5.95. Diklat Pendukung Kebijakan Reformasi Birokrasi KESDM Tahun 2014
Tabel 5.96. SDM Badan Diklat ESDM yang Ditingkatkan Kemampuannya
Tahun 2014
Tabel 5.97. Penyusunan dan Penyempurnaan Dokumen Standar Diklat
Tahun 2014
Tabel 5.98. Indikator Kinerja Sasaran 6 Penunjang
Tabel 5.99. Kuota dan Realisasi Volume Penyaluran Jenis BBM Tertentu Tahun 2014
Tabel 5.100. Indikator Kinerja Sasaran 7 Penunjang
Tabel 5.101. Volume Gas Bumi yang Diniagakan Melalui Pipa
Tabel 5.102. Realisasi Volume Gas Bumi yang Diniagakan Setiap Badan Usaha
Tabel 5.103. Realisasi Volume Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa
Tabel 5.104. Realisasi Volume Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa
Setiap Badan Usaha Tabel 5.105.
Indikator Kinerja Sasaran 8 Penunjang Tabel 6.1.
Ringkasan Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2014 Tabel 6.2.
Ringkasan Capaian Strategis Tahun 2014
206 208
209 210
211 211
213 213
214 214
215 215
215 215
216 218
219 220
220 221
223 224
224 225
225 227
230 234
Untuk Kesejahteraan Rakyat
DAFTAR GAMBAR
Gambar 0.1. Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Nasional
Gambar 0.2. Arah Kebijakan Energi s.d. 2025 \
Gambar 0.3. Penerimaan Negara Sektor ESDM Tahun 2011 - 2014
Gambar 0.4. Investasi Sektor ESDM Tahun 2011 - 2014
Gambar 0.5. Investasi Sektor ESDM Tahun 2011 - 2014
Gambar 0.6. Produksi Minyak dan Gas Bumi Tahun 2011 - 2014
Gambar 0.7 Realisasi Produksi Ekspo DMO Batubara Tahun 2011 - 2014
Gambar 1.1. Lingkup Sektor ESDM
Gambar 1.2. Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Nasional
Gambar 1.3. Landasan Hukum Pelaksanaan Kebijakan Sektor ESDM
Gambar 1.4. Pengelolaan Sub Sektor Migas
Gambar 1.5. Pengelolaan Sub Sektor Ketenagalistrikan
Gambar 1.6. Pengelolaan Sub Sektor Mineral dan Batubara
Gambar 1.7. Struktur Organisasi KESDM
Gambar 1.8. Diagram Pegawai Negeri Sipil Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral Tahun
2014 Gambar 1.9.
Diagram Jumlah PNS KESDM Menurut Tingkat Pendidikan Gambar 3.1.
Isu Strategis Terkait Pengelolaan ESDM Gambar 3.2.
Hubungan antara Tujuan Strategis Gambar 3.3.
Pemetaan Tujuan dan Sasaran Gambar 3.4.
Indikator Kinerja Utama KESDM Gambar 4.1.
Kebijakan Energi dan Sumber Daya Mineral Gambar 4.2.
Peta Cekungan Hidrokarbon Indonesia Gambar 4.3.
Peta Cekungan Batubara dan CBM Indonesia Gambar 5.1.
Gambaran Tahapan Laporan Kinerja Gambar 5.2.
Graik Signature Bonus Gambar 5.3.
Peta Wilayah Kerja Panas Bumi Gambar 5.4.
Graik Produksi Batubara dan Peruntukannya Gambar 5.5.
Bahan Baku Bioethanol Gambar 5.6.
Bahan Baku Biodiesel Gambar 5.7.
Graik Realisasi Penyaluran BBM Subsidi Gambar 5.8.
Graik Realisasi Penyaluran LPG Tahun 2010-2014 Gambar 5.9.
Peta Sebaran Rasio Elektriikasi di Indonesia Gambar 5....
Peta Usulan Wilayah Kerj Panas Bumi Daerah Cubadak-Talu, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat
vi ix
x xi
xi xii
xiii 2
2 3
3 4
4 7
7 8
20 21
26 33
41 42
42 52
58 60
61 63
64 66
67 70
75
D AFT
AR ISI
xxiv
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Gambar 5.... Peta Usulan Wilayah Kerj Panas Bumi Daerah Cubadak-Talu,
Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat Gambar 5....
Wilayah Prospek CBM di Kec. Batusoppang, Kalimantan Timur Gambar 5....
Wilayah Prospek CBM di Daerah Srijaya Makmur, Musirawas Utara Gambar 5....
Peta Indek Potensi Mineralisasi Fe-Cu-Pb-Zn di Kabupaten Solok Gambar 5.10.
Graik Perkembangan Lifting Minyak Bumi 2010 - 2014 Gambar 5.11.
Graik Realisasi Produksi, Lifting dan Stok Minyak Bumi Tahun 2014 Gambar 5.12. Graik Perkembangan Lifting Gas Bumi 2010 - 2014
Gambar 5.13. Graik Produksi Batubara Tahun 2014 Gambar 5.14.
Graik Produksi Batubara Nasional Periode 2010 – 2014 Gambar 5.15.
Graik Supply Demand BBM di Indonesia Gambar 5.16.
Perkembangan Kapasitas Kilang Minyak Indonesia Gambar 5.17.
Graik Supply – Demand BBM dan Rencana Pembangunan Kilang Gambar 5.18.
Graik Total Produksi LPG untuk Kebutuhan Dalam Negeri Gambar 5.19.
Kilang LPG dan LNG di Indonesia Gambar 5.20.
Graik Produksi LNG Nasional Gambar 5.21.
Graik Realisasi Penyaluran Gas Pipa untuk Pupuk Tahun 2010 - 2014 Gambar 5.22.
Pembangunan Jaringan Gas Bumi utnuk Rumah Tangga Gambar 5.23.
Rasio Elektriikasi Tahun 2014 Gambar 5.24.
PLTS Terpusat Karang Asam Bali Gambar 5.25.
Graik Intensitas Energi Primer EP dan Energi Final EF Gambar 5.26.
Graik Investasi Sektor ESDM Tahun 2011 - 2014 Gambar 5.27.
Graik Realisasi Investasi Migas 2010 - 2014 Gambar 5.28.
Jenis pelayanan di RPIIT Gambar 5.29.
Halaman utama situs resmi Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Gambar 5.30.
Tracking Perizinan Minerba Gambar 5.31.
Graik Penerimaan Negara Migas Tahun 2010 - 2014 Gambar 5.32.
Graik Pertumbuhan PNBP Periode 2010 - 2014 Gambar 5.33.
Perkembangan dan Target Mix Pembangkit Listrik 2008-2014 Gambar 5.34.
Dana Bagi Hasil Pertambangan Umun 2010 - 2014 Gambar 5.35.
Proses Penyetoran PNBP Sub Sektor Pertambangan Umum Gambar 5.36.
Graik Anggaran dan Realisasi Program Pengembangan Masyarakat 2010 – 2014 dan Rencana 2015
Gambar 5.37. Kegiatan Pemboran Air Tanah
Gambar 5.38. Rumah Genset dan Penampungan Air
Gambar 5.39. Peta Sebaran Lokasi Penyediaan Sarana Air Bersih Melalui
Pengeboran Air Tanah Dalam di Daerah Sulit Air Tahun 2014 Gambar 5.40.
Graik Realisasi Volume BBM Bersubsidi Tahun 2010 - 2014 Gambar 5.41.
Realisasi BBM Bersubsidi Per Wilayah Tahun 2014 Gambar 5.42.
Graik Volume LPG Tahun 2010 - 2014
76 76
77 77
82 83
84 85
86 88
89 90
92 93
94 95
102 104
109 111
114 114
120 121
121 125
126 129
130 132
134 143
144 144
147 148
149
Untuk Kesejahteraan Rakyat
Gambar 5.43. Penjelasan SIMOL3K : Jalur Distribusi LPG 3 kg
Gambar 5.44. Peran SIMOL3K dan Distribusi Tertutup
Gambar 5.45. Roadmap Subsidi Listrik 2010 - 2014
Gambar 5.46. Graik Jumlah Impor BBM Tahun 2010 - 2014
Gambar 5.47. Graik Jumlah Impor BBM Tahun 2010 - 2014
Gambar 5.48. Graik Jumlah Impor Minyak Mentah Tahun 2010 - 2014
Gambar 5.49. Graik Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Yang Terserap Pada
Perusahaan Pertambangan Tahun 2010-2014 Gambar 5.50.
Graik TKDN Sub Sektor Migas Gambar 5.51.
Prosentase Local Content Minerba Periode 2010-2014 Gambar 5.52.
Graik Proporsi jumlah IUJP dan SKT yang diterbitkan oleh Ditjen Minerba Tahun 2014
Gambar 5.53. Graik Jumlah Perusahaan Jasa LokalNasional Tahun 2011 - 2014
Gambar 5.54. Kontribusi pajak dari usaha jasa pertambangan lokalnasional
Tahun 2010 - 2014 Gambar 5.55.
Nilai Pembelanjaan Lokal dan Nasional usaha jasa pertambangan Tahun 2010 - 2014
Gambar 5.56 Diagram Persentase Pemberitaan 2014
Gambar 5.57. Wilayah Kegiatan Interpretasi Geologi Berbasis Data Penginderaan
Jauh T.A.
2014 Gambar 5.58.
Peta Interpretasi Geologi Berbasis Inderaan Jauh Skala 1:50.000 Lembar
Payakumbuh Gambar 5.59.
Peta Geologi Regional Skala 1:50.000 Lembar Binuang Gambar 5.60.
Wilayah Kerja Pemetaan Geokimia T.A. 2014 Gambar 5.61.
Peta Geologi Kuarter Lembar Lamongan dan Sekitarnya Gambar 5.62.
Peta Geomorfologi Lembar Bojonegoro Gambar 5.63.
Peta Seismotektonik Regional Pulau Bali Gambar 5.64.
Peta Seismotektonik Patahan Aktif Karangasem Gambar 5.65.
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Manokwari Gambar 5.66.
Peta Kawasan Rawan Bencana Tsunami Sumbawa Besar Gambar 5.67.
Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa bumi Cianjur Gambar 5.68.
Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar 1820-Lumbis, P. Kalimantan Gambar 5.69.
Peta Lembar Manna Pagar alam, Bengkulu Gambar 5.70.
Diagram Perbandingan Peningkatan Status Potensi dan Penambahan Daerah Prospek Panas Bumi Baru Tahun 2009 - 2014
Gambar 5.71. Status Tahapan Penyelidikan Potensi Panas Bumi Status 2014
Gambar 5.72. Diagram Perbandingan Status Potensi dan Penambahan Daerah
Keprospekan Panas Bumi Baru Tahun 2008-2013 Gambar 5.73.
Diagram Sumber Daya Batubara hasil Penyelidikan Tahun 2012-2014 Gambar 5.74.
Penampang Kedalaman Lintasan A
151 151
153 156
156 156
160 162
165 169
170 171
171 176
186 186
186 187
188 189
190 191
191 192
192 192
193 194
195 196
196 197
D AFT
AR ISI
xxvi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Gambar 5.75. Penampang Kedalaman Lintasan A
Gambar 5.76. Diagram Perubahan Nilai Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Tahun 2010 - 2014 Gambar 5.77.
Sumber Daya Batubara Tambang Dalam Indonesia, 2014 Gambar 5.78.
Diagram Nilai Sumber Daya Coalbed Methane Tahun 2010-2014 Gambar 5.79.
Penambahan Bitumen Padat 2012-2014 Gambar 5.80.
Status Bitumen Padat Indonesia 2010-2014 Gambar 5.81.
Model 3 Dimensi Tipe Endapan Mineralisasi dan Penampang Daerah Ulu Suliti, Solok Selatan 2014
Gambar 5.82. Penambahan Sumber Daya Mineral Logam Strategis Tahun 2014
Gambar 5.83. Diagram Penambahan Sumber Daya Hipotek Bukan Logam Tahun 2014
Gambar 5.84. Sumber Daya dan Cadangan Mineral Logam Tahun 2010 - 2014 Gambar 5.85. Statistik Komoditi pasir kuarsa, lempung, felspar, marmer, batu gamping,
dan granit tahun 2010 – 2014 Gambar 5.86. Statistik Komoditi zeolit, kaolin, bentonit dan dolomite
tahun 2010 – 2014 Gambar 5.87. Penyelidikan Mineral Ikutan dan Unsur Tanah Jarang Daerah Bekas
Tambang di Daerah Pengapit, Kab. Sambas, Kalbar Gambar 5.88.
Lokasi Cekungan Sumatera Tengah Beserta Ketersediaan Data Gambar 5.89. Diagram Perbandingan Penyelenggaraan Diklat Tahun 2010 – 2014
Gambar 5.90. Diagram Perbandingan Peserta Diklat Tahun 2010 – 2014 Gambar 5.91.
Alumni Diklat TPL Penggunaan LPG 3 Kg dan Pengendalian Penggunaan BBM Tahun 2011 – 2013
Gambar 5.92. Graik Peserta Per Bidang Diklat Berdasarkan Gender Tahun 2014 Gambar 5.93. Graik Realisasi dan Prognosa Jenis BBM Tertentu Tahun 2010-2014
Gambar 5.94. Graik Realisasi Volume Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa Setiap Badan
Usaha Gambar 5.95. Graik Perbandingan Realisasi Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa
197 197
198 198
198 198
199 199
200 201
202 203
205 205
208 208
210 217
222 226
226
Untuk Kesejahteraan Rakyat
PEND AHULUAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
KESDM 2014
PENDAHULUAN
01
2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
1.1. Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Nasional
Kementerian ESDM merupakan Kementerian yang memiliki lingkup tugas cukup luas, setidaknya
mencakup 4 bidang strategis yaitu: bidang migas, bidang ketenagalistrkan, bidang mineral dan batubara,
dan bidang energi baru, terbarukan dan konservasi energi. Berbeda halnya dengan negara lain seperti
di Arab Saudi misalnya, dimana lingkup tugas ESDM dikelola oleh lebih dari 1 satu Kementerian, dan
bahkan di India dikelola oleh 6 Kementerian. Dalam pembangunan nasional, sektor ESDM berperan
sebagai penjamin sumber pasokan bahan bakar dan bahan baku energi dan minerba yang didukung
oleh harga energi yang terjangkau dan kemampuan meningkatkan nilai tambah. Sektor ESDM berpengaruh
terhadap indikator iskal, moneter dan sektor riil. Untuk iskal, sektor ESDM berkontribusi kepada
penerimaan negara revenue tapi juga menimbulkan konsekuensi subsidi dalam upaya mewujudkan harga
energi yang terjangkau. Untuk moneter, komoditas ESDM yang bersifat administered price berpengaruh
kepada inlasi. Untuk sektor riil, secara timbal balik, sektor ESDM menumbuhkan investasi dan sekaligus
membutuhkan investasi. Semua menjadi landas gerak pembangunan nasional melalui four tracks yaitu
pertumbuhan pro-growth, penciptaan lapangan kerja pro-job, pemerataan pembangunan dengan orientasi
pengentasan kemiskinan pro-poor, dan kepedulian terhadap lingkungan pro-environmen.
Peran Kementerian ESDM tersebut juga dilaksanakan berdasarkan landasan hukum yang sudah sesuai
dengan hirarki. Dimulai dari landasan konstitusional yaitu UUD 1945 pasal 33 ayat 2, 3 dan 5, kemudian
landasan kebijakan nasional yaitu RPJP dan landasan operasional yang terdiri dari 5 Undang-undang dan
peraturan turunannya sebagai amanat dari peraturan yang lebih tinggi danatau dalam rangka melaksanakan
tugas dan fungsi penyelenggaraan negara.
Gambar 1.1
Lingkup Sektor ESDM
Gambar 1.2
Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Nasional
PENDAHULUAN
nal erian
nya gas,
dan an dan
egara gkup
atu eh 6
Untuk Kesejahteraan Rakyat
PEND AHULUAN
1.2 Peran Sektor ESDM dalam Pembangunan Nasional Sebagai Regulator