Untuk Kesejahteraan Rakyat
AK UNT
ABILIT AS KINERJA
Sekitar 60 produksi minyak Indonesia dipasok untuk dalam negeri dan dan sisanya sebesar 40 untuk
ekspor. Terkait Neraca Minyak Mentah Indonesia, saat ini ekspor sebesar 399 ribu bph 61 masih lebih besar
dari impor sebesar 254 ribu bph 39, atau ekspor lebih besar dari impor net exporter. Namun, jika impor
BBM sebesar 418 ribu barelhari juga diperhitungkan, maka balance minyak berubah menjadi ekspor 399 ribu
bph 37 dan impor 672 bph 77, sehingga impor lebih besar daripada ekspor net importer.
Sehubungan dengan resesi ekonomi global, dalam konteks perekonomian nasional, pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2010 ini masih positif, yaitu 5,5. Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh
dominasi konsumsi domestik, belanja pemerintah yang lebih tinggi, investasi yang relatif konstan dan
pendapatan bersih ekspor ekspor dikurangi impor yang masih positif.
Guna mewujudkan Peran Penting Sektor ESDM Dalam Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan dengan
Mengurangi Impor, maka dalam tahun 2014 ditetapkan 1 satu sasaran sebagai berikut:
Sasaran 10. Optimalnya Ekspor dan Impor Sektor ESDM
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 4 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2014. Indikator kinerja sasaran
beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
1. Jumlah ekspor minyak mentah
Produksi minyak mentah Indonesia terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan domestik, namun
sebagian diekspor karena spesiikasinya tidak sesuai dengan kebutuhan kilang dalam negeri.
Kilang minyak Indonesia dibangun pada saat produksi minyak Indonesia masih sekitar 1,5 juta BOPD atau di
atas kapasitas kilang 1,057 juta BOPD dan masih dapat memenuhi konsumsi dalam negeri. Perkembangan
selanjutnya menunjukkan bahwa produksi minyak semakin menurun dan dibawah kapasitas kilang
Tujuan VI : Terwujudnya Peran penting Sektor ESDM Dalam Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor
–
Tujuan VI : Terwujudnya Peran Penting Sektor ESDM dalam Peningkatan Surplus
Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor
No. Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi 2014
Realisasi 2013
Capaian 1.
Jumlah ekspor minyak mentah Juta Barel 135
110,82 117,38
82,09 2.
Jumlah ekspor gas BBTU
379.539 1.186.973
1.232.616 312
3. Jumlah impor BBM
Juta KL 42,25
32,40 32,69
76,69 4.
Jumlah impor minyak mentah Juta Barel
90,04 121,93
118,33 135,42
–
Tabel 5.55
Indikator Kinerja Sasaran 10
– 21.4
28.7 22.6
21.1 13.2
96.0 101.0
92.6 96.3
97.7 2010
2011 2012
2013 2014
Pemerintah Kontraktor
Ekspor Minyak Mentah Juta Barrel
156
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
dalam negeri. Sementara konsumsi meningkat namun peningkatan kapasitas kilang sangat terbatas. Realisasi
ekspor minyak mentah pada tahun 2014 ini mencapai 110,82 juta barel menurun dibandingkan realisasi
tahun 2013 sebesar 117,38 juta barel, atau lebih rendah dari jumlah yang ditargetkan yaitu sebesar 135 juta
barel atau tercapai 82,09. Ekspor minyak mentah ini terdiri dari 13,17 juta barel dari Pemerintah dan 97,65
juta barel dari kontraktor.
2. Jumlah ekspor gas bumi
Realisasi ekspor gas bumi selama 5 tahun terakhir menunjukan penurunan karena sesuai UU Migas
Tahun 2001 produksi gas bumi di priorotaskan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Hal ini menunjukkan
bahwa pada tataran kebijakan dan perencanaan, upaya pengutamaan pasokan gas bumi domestik sudah
berjalan sangat baik. Meskipun saat ini kebijakan
alokasi gas untuk domestik sudah diprioritaskan, namun ekspor gas juga tetap diperlukan untuk
mencapai skala keekonomian dari suatu lapangan gas bumi, mengingat harga gas bumi domestik pada
umumnya lebih rendah dibandingkan ekspor. Pada tahun 2014 ini realisasi ekspor gas bumi hanya
sebesar 1.186.973 BBTU atau 312 dibandingkan dengan target, dan bila dibandingkan dengan tahun
2013 menurun sebesar 13,76 atau 468 MMBUTD.
3. Jumlah impor BBM
Realisasi impor BBM pada tahun 2014 mencapai 32,41 Juta KL, angka ini lebih rendah dari jumlah target yang
ditetapkan dalam Restra yaitu sebesar 42,25 Juta KL, dengan demikian capaian kinerja mencapai 76,69.
Namun jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 masih terlihat lebih rendah yaitu mengalami penurunan
sebesar 0,8. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi BBM di Indonesia relatif masih tinggi, sedangkan
produksi BBM dalam negeri tidak dapat mencukupi kebutuhan akan BBM, sehingga ketergantungan
terhadap impor BBM masih besar.
– 21.4
28.7 22.6