Persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati BBN pada BBM Transportasi Rasio Elektriikasi

Untuk Kesejahteraan Rakyat AK UNT ABILIT AS KINERJA untuk kebutuhan domestik. Selain peran batubara sebagai komoditi, batubara juga memiliki peran sebagai salah satu jenis energi primer yang diprioritaskan untuk pasokan bagi kebutuhan domestik. Pasokan batubara untuk domestik memiliki korelasi ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan nasional. Pasokan batubara untuk sumber energi domestik perlu dipenuhi dan dijaga supaya tidak terjadi kelangkaan batubara. Domestic Market Obligation DMO batubara adalah kewajiban pemasokan batubara untuk kebutuhan pemakai batubara di dalam negeri. DMO batubara dikenakan kepada badan usaha pertambangan batubara di Indonesia, dalam rangka mengamankan penyediaan batubara dalam negeri. Dalam pelaksanaan kebijakan DMO batubara, produsen batubara diwajibkan menjual sejumlah tertentu batubara yang diproduksikannya ke dalam negeri, yang selanjutnya disebut sebagai kuota DMO batubara. Penentuan besarnya kuota DMO batubara dilakukan setiap tahun berdasarkan jumlah kebutuhan batubara dan tingkat produksi batubara pada tahun yang bersangkutan. Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.2901.K30 MEM2013 tentang Penetapan Kebutuhan dan Persentase Minimal Penjualan untuk Kepentingan Dalam Negeri Tahun 2014 maka untuk DMO tahun 2014 sebesar 95,5 juta ton atau sekitar 22,68 dari total produksi batubara sebesar 421 juta ton.

d. Persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati BBN pada BBM Transportasi

Persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati BBN pada BBM transportasi tahun ini 2014 ditargetkan sebesar 10, realisasi sebesar 7,5 atau capaian sebesar 75. Kendala yang dihadapi berupa keterlambatan pelaksanaan tender pengadaan BBN oleh Pertamina yang menyebabkan tertundanya pelaksanaan penyaluran biodiesel terutama untuk penyaluran di wilayah timur Indonesia. Total Terminal BBM TBBM yang telah menyalurkan biosolar saat ini sebanyak 96 dari 116 TBBM yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sisanya sebanyak 20 TBBM saat ini sedang dalam penyiapan sarana dan fasilitas. Beberapa wilayah seperti NTT, Sulawesi, Maluku, dan Papua akan disuplai langsung Biosolar B10 dari TBBM utama. Suplai langsung Biosolar ini sudah diujicoba di NTB dari TBBM Surabaya. Persentase pemanfaatan BBN pada BBM PSO sektor transportasi sebesar 100 pada sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Pada tahun 2015, Pertamina akan membangun fasilitas blending di TBBM Bau-bau dan Wayame.

e. Rasio Elektriikasi

Untuk mengukur tingkat ketersediaan tenaga listrik bagi masyarakat terutama akses rumah tangga terhadap tenaga listrik adalah dengan menggunakan rasio elektriikasi. Rasio elektriikasi didapatkan dengan cara membandingan antara jumlah rumah tangga yang sudah menikmati tenaga listrik baik melaui sambungan PLN maupun listrik dari sumber yang lain non PLN dengan jumlah rumah tangga keseluruhan pada suatu daerah. Pada Tahun 2012 dan 2013 rasio elektriikasi Indonesia sudah mencapai 76,5 dan 80,5. Pada Tahun 2014 dengan Sasaran Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 Rasio Elektrifikasi 67.2 72.9 76.5 80.5 84.12 Penambahan Rumah Tangga Berlistrik 1.745.698 5.597.620 2.935.895 3.458.997 2.852.807 Tabel 5.7 Realisasi Rasio Elektriikasi 2010 – 2014 70 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah penambahan jumlah rumah tangga berlistrik sekitar 2,8 juta rumah tangga, rasio eletriikasi meningkat menjadi 84,12 yang artinya terjadi peningkatan rasio elektriikasi hampir 4.

f. Penurunan Intensitas Energi