Pendekatan Kritik Holistik Do you think the victims of the earthquake will be fine soon.

commit to user 120

2.2.11 Pendekatan Kritik Holistik

Pendekatan kritik holistik merupakan pendekatan yang digunakan untuk penelitian evaluasi kualitatif yang didasari dengan pola pikir keberkaitan semua variabel pokok yang terlibat Sutopo, 2006: 114. Penelitian evaluasi bertujuan untuk menggali, menemukan, dan memahami, baik kekuatan maupun kelemahan dari semua variabel pokok yang terlibat dalam suatu kegiatan, peristiwa, pelaksanaan program, atau suatu karya tertentu. Pendekatan kritik holistik dianggap lengkap karena memandang berbagai masalah selalu di dalam kesatuannya, tidak terlepas dari kondisi yang lain menyatu dalam suatu konteks. Dengan kata lain bahwa suatu karya, program, atau peristiwa dan kondisi tertentu, kualitasnya harus dipandang dari perspektif latarbelakangnya faktor genetik, kondisi formal yang berupa kenyataan objektifnya faktor objektif, dan hasil atau dampaknya output, product, outcome yang juga meliputi persepsi orang yang berinteraksi dengan program atau karya yang dievaluasi tersebut faktor afektif Sutopo, 2006: 142-143. Simpulan akhir dari model ini dilakukan dengan membuat sintesis dari informasi yang bersumber dari tiga faktor tersebut. Tidak ada satu pun faktor yang memiliki otoritas atau dominan dalam pendekatan kritik holistik. Variabel bebas independent variable dan variabel terikat dependent variable saling terkait dan berkelanjutan. Dalam penelitian ini, penerjemah, terjemahan, dan pembaca yang memahami terjemahan saling terkait dan mempengaruhi. Berbeda dengan pendekatan kritik yang lain, misalnya kritik historis yang mementingkan faktor latarbelakangnya saja, kritik objektif yang lebih commit to user 121 mementingkan faktor objektifnya atau kondisi formalnya, dan model kritik emosional yang lebih mementingkan faktor afektifnya, sehingga secara keseluruhan simpulan makna dari tiga model tersebut dipandang berat sebelah, memihak dan setengah-setengah. Atas dasar itu pendekatan kritik yang dipandang paling lengkap dan tepat adalah pendekatan kritik holistik. Dalam pendekatan ini beragam informasi dikelompokkan ke dalam tiga jenis faktornya, yaitu 1 faktor genetik, 2 faktor objektif, 3 faktor afektif. Dari tiga jenis informasi tersebut dibahas secara menyeluruh dan saling terkait sehingga bisa dilakukan sintesis sebagai suatu simpulan makna akhir dari penelitiannya. Adapun faktor-faktor tersebut digambarkan di dalam bagan sebagai berikut: Bagan 2.8 Pendekatan Kritik Holistik Sutopo, 2006: 145 Faktor Genetik Sintesis Faktor Afektif Faktor Objektif commit to user 122

2.3 Kerangka Pikir

Penelitian ini diawali dari pemikiran bahwa menerjemahkan novel tidaklah mudah. Seorang penerjemah novel diharapkan untuk memahami bahasa sumber dengan sebaik-baiknya, karena pada dasarnya karya susastra lebih mengandung unsur ekspresi pengarang dan kesan khusus yang ingin ditimbulkannya terhadap si pembaca. Karya susastra juga mengandung unsur- unsur emosional, efek keindahan kata dan ungkapan, efek keindahan bunyi, dengan segala nuansa yang mengiringinya. Sebuah terjemahan yang akurat tidak akan dapat memenuhi tujuan praktisnya sebagai alat komunikasi antara penulis teks bahasa sumber dan pembaca teks bahasa sasaran apabila terjemahan yang bersangkutan sulit dipahami oleh pembaca, begitu pula bahwa sebuah terjemahan yang mudah dipahami bukanlah terjemahan yang baik apabila pesannya menyimpang dari pesan teks bahasa sumber. Oleh sebab itu penerjemah karya susastra perlu mempunyai pengetahuan yang luas tentang latar belakang sosiokultural dari bahasa sumber tersebut, memiliki pengetahuan dan kualitas khusus kesususastraan dan estetika, dan artistika kebahasaan, harus dapat mengidentifikasi unsur-unsur susastra dan memiliki pemahaman budaya dan nilai- nilai karya susastra yang diterjemahkan, serta memahami karya susastra secara menyeluruh, memandang karya susastra sebagai suatu wacana yang mengandung unsur informasi, amanat, ekspresi pengarang, dan unsur fiksi. Di dalam menerjemahkan novel, sangat mungkin penerjemah menemukan kesulitan-kesulitan, baik kesulitan dalam aspek budaya, misalnya