commit to user 33
what to communicate, then style is how we communicate that content, that is, the form of the work”.
Dengan demikian apabila makna suatu teks dalam bahasa sumber menggunakan gaya ilmiah, maka terjemahannya juga menggunakan gaya ilmiah.
Begitu juga bila makna teks bahasa sumber menggunakan gaya susastra, maka terjemahannya juga menggunakan gaya susastra.
Makna merupakan sesuatu hal yang utama dalam kegiatan penerjemahan. Tidak akan ada kegiatan penerjemahan jika tidak ada makna yang harus dialihkan.
Dalam kegiatan penerjemahan, seorang penerjemah harus mampu mencari padanan makna dalam bahasa sasaran Bsa yang sedekat-dekatnya sama dengan
makna yang ada dalam bahasa sumber Bsu. Soemarno 1999:1 menjelaskan bahwa seorang penerjemah yang baik harus mampu menganalisis suatu wacana
atau teks untuk mendapatkan makna yang tepat dalam tataran leksikal, frase, kalimat, dan bahkan makna dari seluruh wacana itu kemudian mengalihkannya ke
dalam bahasa sasaran.
2.2.3.1. Definisi Meaning, Denotation, Reference, dan Sense
Kajian mengenai makna ini termasuk dalam ranah semantik. Dalam studi semantik, istilah makna bermacam-macam, yakni meaning, sense, denotation
designation, dan reference Edi Subroto, 1999:1. Menurut Edi Subroto, yang dimaksud dengan meaning diterjemahkan menjadi arti adalah bentuk
pengetahuan kognitif yang terdapat di dalam bahasa, yang terdapat dan distrukturkan di dalam dan oleh sistem bahasa, yang dipahami lebih kurang sama
commit to user 34
oleh para penutur dalam kegiatan berkomunikasi secara umum dan wajar. Hal tersebut berarti bahwa arti itu dipahami oleh pengguna bahasa secara empirik
berdasarkan kemampuan kognitifnya sejak mulai belajar dan menguasai bahasa. Dengan penguasaan arti secara empirik dan kognitif itu, seorang penutur mampu
melakukan pembahasaan atau simbolisasi secara verbal akan sebuah referent yang ada disekitarnya. Sejumlah referent yang secara faktual barangkali berbeda-beda,
namun memiliki sejumlah ciri konseptual yang sama akan dibahasakan dengan unit leksikal yang sama. Sebagai contoh, sebuah unit leksikal dengan nama
‘kursi’, meskipun secara empirik ditangkap adanya sejumlah benda yang disebut kursi yang memiliki ciri-ciri konseptual yang berbeda-beda baik dalam hal
bahannya, wujudnya, jumlah kakinya, namun secara bersama dapat disimbolkan dengan unit leksikal yaitu ‘kursi’.
Kemudian yang dimaksud dengan designation designasi atau denotation denotasi adalah bagian dari arti yang ditentukan oleh sistem bahasa dan tidak
bergantung pada situasi yang khas dari sebuah tuturan. Designasi atau denotasi ini mempunyai maksud yang serupa dengan istilah meaning di atas. Menurut Lyons
1995:79 bahwa denotasi atau designasi ini memiliki kesamaan dengan meaning, yaitu bahwa denotasi dari suatu leksem atau kalimat bersifat invarian dan tidak
tergantung pada tuturan, sebagaimana dinyatakan berikut:”…that the denotation of an expression is invariant utterance-independent: it is part of the meaning
which the expression has in the language-system, independently of its use on particular occasions of utterance.”
commit to user 35
Sementara itu, yang dimaksud dengan reference referensi adalah bagian dari arti yang bergantung pada situasi pemakaiannya dan bergantung pada wujud
tuturannya. Dalam arti bahwa referensi adalah suatu bentuk penunjukan dalam kegiatan berbahasa yang nyata, yang bersifat tertentu, dan bergantung pada
konteks. Misalnya, ‘kursi’ dan ‘kursi itu’ mengandung maksud yang berbeda. Yang pertama berkaitan dengan konsep denotasi, yaitu mengacu pada golongan
entity maujud yang dipersepsikan sama sebagai kursi, dan sebaliknya, ‘kursi itu’ termasuk proses referensi karena hanya menunjuk pada ‘kursi’ tertentu saja.
Hal berikutnya adalah sense. Edi Subroto memadankan istilah sense ini dengan makna, yaitu arti sebuah butir leksikal atau sebuah tuturan kalimat
berdasarkan konteks pemakaian, situasi yang melatarinya, dan intonasinya. Menurut Allan 1986: 68 yang dimaksud dengan sense adalah makna sebuah unit
leksikal atau tuturan sebuah kalimat dalam pemakaian yang konkret dalam situasi tertentu. Tuturan sebuah kalimat itu terikat oleh latar pembicaraan, lingkungan
tekstual, dan dunia nyata yang dituturkan. Makna sebuah unit leksikal ini biasanya ditunjukkan di dalam sebuah kamus. Dengan demikian, kalau arti sebagai
padanan meaning itu bersifat dasar, maka makna itu sudah bersifat spesifik karena dirambu-rambui oleh struktur, oleh konteks pemakaian, oleh intonasi, dan
oleh latar yang melingkupinya. Misalnya kata baru. Untuk mengetahui makna baru ini harus dikaji kemungkinannya berkombinasi atau disubstitusi dengan
leksem-leksem lain, misalnya lama, usang, tua, dan sebagainya. Sementara itu, Lyons 1995:124 menyatakan bahwa sense hanya dapat
diterangkan dalam konteks hubungan makna antara leksem yang satu dengan
commit to user 36
leksem yang lain, atau antara ekspresi yang satu dengan ekspresi yang lain di dalam sistem bahasa yang sama. Berkaitan dengan itu, Lyons menggunakan konsep
hubungan kombinatorial dan substitusional untuk menentukan makna sebuah leksem. Hubungan tersebut sering disebut dengan hubungan sintagmatik dan
hubungan paradigmatik. Hubungan sintakmatik merupakan hubungan linier antara unsur-unsur
bahasa dalam tataran tertentu; misal hubungan antara saya, bermain, dan kelereng dalam kalimat: Saya bermain kelereng. Hubungan itu dikatakan hubungan in
praesentia. Di dalam pola kalimat bahasa Indonesia, pola sintakmatik tersebut dapat dilihat di dalam bagan sebagai berikut:
S P
O Saya
Bermain Kelereng
Bagan 2.3 Hubungan Sintakmatik
Sementara itu, hubungan paradigmatik merupakan hubungan antara unsur- unsur bahasa dalam tataran tertentu dengan unsur-unsur lain di luar tataran itu yang
dapat dipertukarkan; misal dalam kalimat saya bermain kelereng. Antara saya dan dia, mereka, Tuan Kate, dapat dipertukarkan. Hubungan antara unsur-unsur itu
commit to user 37
dikatakan hubungan in absentia. Hubungan pertukaran tersebut dapat dilihat di dalam bagan sebagai berikut:
S P
O Saya
Bermain Kelereng
Bagan 2.4 Hubungan Paradigmatik
Dengan melihat pada pendefinisian di atas, nampak bahwa yang dapat dialihbahasakan dalam penerjemahan terutama adalah sense atau maknanya.
Dengan kata lain, sense atau makna memiliki peran yang penting di dalam penerjemahan.
Saya Pak Udin
Mereka Menteri
Tuan Kate Menendang
Menanam Bermain
Memberikan Menjual
Bola Jagung
Kartu Hadiah
Ikan Hias
commit to user 38
2.2.3.2 Makna Literal dan Makna Figuratif